Thursday, December 22, 2011

Surah » Al-Kahfi » Jumlah Ayat: 110 dari 1-110


 
alhamdu lillaahi alladzii anzala 'alaa 'abdihi alkitaaba walam yaj'al lahu 'iwajaan


1. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan [871] di dalamnya;

[871] tidak ada dalam Al-Qur'an itu ma'na-ma'na yang berlawananan dan tak ada penyimpangan dari kebenaran.
 
 
qayyiman liyundzira ba/san syadiidan min ladunhu wayubasysyira almu/miniina alladziina ya'maluuna alshshaalihaati anna lahum ajran hasanaan


2. sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
 
 
maakitsiina fiihi abadaan

3. mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
 
 
wayundzira alladziina qaaluu ittakhadza allaahu waladaan


4. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak."
 
 
maa lahum bihi min 'ilmin walaa li-aabaa-ihim kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim in yaquuluuna illaa kadzibaan


5. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
 
 
fala'allaka baakhi'un nafsaka 'alaa aatsaarihim in lam yu/minuu bihaadzaa alhadiitsi asafaan


6. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Murdawaih mengetengahkan pula hadis yang lain melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika ayat itu turun, yaitu firman-Nya, "Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus." (Q.S. Al Kahfi, 25) para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Tiga ratus apakah, tahun atau bulan?" Allah pun menurunkan kelanjutannya, yaitu firman-Nya, "(tiga ratus) tahun dan ditambah sembilan tahun." (Q.S. Al Kahfi, 25).
 
 
innaa ja'alnaa maa 'alaa al-ardhi ziinatan lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu 'amalaan


7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
 
 
wa-innaa lajaa'iluuna maa 'alayhaa sha'iidan juruzaan


8. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.
 
 
am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa 'ajabaan


9. Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim [872] itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?

[872] Raqim: sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat.
 
 
idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan


10. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."


fadharabnaa 'alaa aatsaanihim fii alkahfi siniina 'adadaan


11. Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu [873],

[873] Maksudnya: Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (lihat ayat 25 ini) sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.
 
 

tsumma ba'atsnaahum lina'lama ayyu alhizbayni ahsaa limaa labitsuu amadaan


12. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu [874] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).

[874] Kedua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu sendiri yang berselisih tentang berapa lamanya mereka tinggal dalam gua itu.
 
 

nahnu naqushshu 'alayka naba-ahum bialhaqqi innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaan


13. Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
 
 

warabathnaa 'alaa quluubihim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi lan nad'uwa min duunihi ilaahan laqad qulnaa idzan syathathaan


14. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri [875], lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".

[875] Maksudnya: berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri.
 
 

haaulaa-i qawmunaa ittakhadzuu min duunihi aalihatan lawlaa ya/tuuna 'alayhim bisulthaanin bayyinin faman azhlamu mimmani iftaraa 'alaa allaahi kadzibaan


15. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
 
 

wa-idzi i'tazaltumuuhum wamaa ya'buduuna illaa allaaha fa/wuu ilaa alkahfi yansyur lakum rabbukum min rahmatihi wayuhayyi/ lakum min amrikum mirfaqaan


16. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu [876].

[876] Perkataan ini terjadi antara mereka sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah.
 
 

wataraa alsysyamsa idzaa thala'at tazaawaru 'an kahfihim dzaata alyamiini wa-idzaa gharabat taqridhuhum dzaata alsysyimaali wahum fii fajwatin minhu dzaalika min aayaati allaahi man yahdi allaahu fahuwa almuhtadi waman yudhlil falan tajida lahu waliyyan mursyidaan


17. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
 
 

watahsabuhum ayqaatsan wahum ruquudun wanuqallibuhum dzaata alyamiini wadzaata alsysyimaali wakalbuhum baasithun dziraa'ayhi bialwashiidi lawi iththhala'ta 'alayhim lawallayta minhum firaaran walamuli/ta minhum ru'baan


18. Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.
 
 

wakadzaalika ba'atsnaahum liyatasaa-aluu baynahum qaala qaa-ilun minhum kam labitstum qaaluu labitsnaa yawman aw ba'dha yawmin qaaluu rabbukum a'lamu bimaa labitstum faib'atsuu ahadakum biwariqikum haadzihi ilaa almadiinati falyanzhur ayyuhaa azkaa tha'aaman falya/tikum birizqin minhu walyatalaththhaf walaa yusy'iranna bikum ahadaan


19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
 
 

innahum in yazhharuu 'alaykum yarjumuukum aw yu'iiduukum fii millatihim walan tuflihuu idzan abadaan


20. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya".


wakadzaalika a'tsarnaa 'alayhim liya'lamuu anna wa'da allaahi haqqun wa-anna alsaa'ata laa rayba fiihaa idz yatanaaza'uuna baynahum amrahum faqaaluu ibnuu 'alayhim bunyaanan rabbuhum a'lamu bihim qaala alladziina ghalabuu 'alaa amrihim lanattakhidzanna 'alayhim masjidaan


21. Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka [877], orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya".

[877] Yang mereka perselisihkan itu tentang hari kiamat: apakah itu akan terjadi atau tidak dan apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau roh ataukah dengan roh saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan jiwa.
 
 

sayaquuluuna tsalaatsatun raabi'uhum kalbuhum wayaquuluuna khamsatun saadisuhum kalbuhum rajman bialghaybi wayaquuluuna sab'atun watsaaminuhum kalbuhum qul rabbii a'lamu bi'iddatihim maa ya'lamuhum illaa qaliilun falaa tumaari fiihim illaa miraa-an zhaahiran walaa tastafti fiihim minhum ahadaan


22. Nanti (ada orang yang akan) mengatakan [878] (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.

[878] Yang dimaksud dengan "orang yang akan mengatakan" ini ialah orang-orang ahli kitab dan lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad SAW
 
 

walaa taquulanna lisyay-in innii faa'ilun dzaalika ghadaan


23. Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,
 
 

illaa an yasyaa-a allaahu waudzkur rabbaka idzaa nasiita waqul 'asaa an yahdiyani rabbii li-aqraba min haadzaa rasyadaan


24. kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" [879]. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".

[879] Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan "insya Allah" (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut "Insya Allah" haruslah segera menyebutkannya kemudian.
 
 

walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis'aan


25. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'". (Q.S. Al Kahfi 28-34). Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Juwaibir yang ia terima dari Dhahhak kemudian ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a. yaitu sehubungan dengan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami." (Q.S. Al Kahfi, 28). Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
 
 

quli allaahu a'lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi' maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan


26. Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".
 
 

wautlu maa uuhiya ilayka min kitaabi rabbika laa mubaddila likalimaatihi walan tajida min duunihi multahadaan


27. Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya.
 
 

waishbir nafsaka ma'a alladziina yad'uuna rabbahum bialghadaati waal'asyiyyi yuriiduuna wajhahu walaa ta'du 'aynaaka 'anhum turiidu ziinata alhayaati alddunyaa walaa tuthi' man aghfalnaa qalbahu 'an dzikrinaa waittaba'a hawaahu wakaana amruhu furuthaan


28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'". (Q.S. Al Kahfi 28-34). Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
 
 

waquli alhaqqu min rabbikum faman syaa-a falyu/min waman syaa-a falyakfur innaa a'tadnaa lilzhzhaalimiina naaran ahatha bihim suraadiquhaa wa-in yastaghiitsuu yughaatsuu bimaa-in kaalmuhli yasywii alwujuuha bi/sa alsysyaraabu wasaa-at murtafaqaan


29. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
 
 

inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati innaa laa nudhii'u ajra man ahsana 'amalaan


30. Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.



ulaa-ika lahum jannaatu 'adnin tajrii min tahtihimu al-anhaaru yuhallawna fiihaa min asaawira min dzahabin wayalbasuuna tsiyaaban khudhran min sundusin wa-istabraqin muttaki-iina fiihaa 'alaa al-araa-iki ni'ma altstsawaabu wahasunat murtafaqaan


31. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah;
 
 

waidhrib lahum matsalan rajulayni ja'alnaa li-ahadihimaa jannatayni min a'naabin wahafafnaahumaa binakhlin waja'alnaa baynahumaa zar'aan


32. Dan berikanlah kepada mereka [880] sebuah perumpamaan dua orang laki-laki [881], Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.

[880] Yaitu: kepada orang-orang mu'min dan orang-orang kafir.

[881] Yaitu: dua orang Yahudi yang seorang mu'min dan yang lain kafir.
 
 

kiltaa aljannatayni aatat ukulahaa walam tazhlim minhu syay-an wafajjarnaa khilaalahumaa naharaan


33. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,
 
 

wakaana lahu tsamarun faqaala lishaahibihi wahuwa yuhaawiruhu anaa aktsaru minka maalan wa-a'azzu nafaraan


34. dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Hakim dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad)". Lalu orang-orang Yahudi itu berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang roh", lalu orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. maka turunlah firman-Nya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.'" (Q.S. Al Isra, 85). Di kala itu juga orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab Taurat; barang siapa yang diberi kitab Taurat, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka turunlah firman-Nya menyanggah perkataan mereka, yaitu, "Katakanlah, 'Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Rabbku.'" (Q.S. Al Kahfi, 109).
 
 

wadakhala jannatahu wahuwa zhaalimun linafsihi qaala maa azhunnu an tabiida haadzihi abadaan


35. Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri [882]; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,

[882] yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.
 
 

wamaa azhunnu alssaa'ata qaa-imatan wala-in rudidtu ilaa rabbii la-ajidanna khayran minhaa munqalabaan


36. dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu".
 
 

qaala lahu shaahibuhu wahuwa yuhaawiruhu akafarta bialladzii khalaqaka min turaabin tsumma min nuthfatin tsumma sawwaaka rajulaa


37. Kawannya (yang mu'min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?
 
 

laakinna huwa allaahu rabbii walaa usyriku birabbii ahadaan


38. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.
 
 

walawlaa idz dakhalta jannataka qulta maa syaa-a allaahu laa quwwata illaa biallaahi in tarani anaa aqalla minka maalan wawaladaan


39. Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "MAASYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,
 
 

fa'asaa rabbii an yu/tiyani khayran min jannatika wayursila 'alayhaa husbaanan mina alssamaa-i fatushbiha sha'iidan zalaqaan


40. maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin;


aw yushbiha maauhaa ghawran falan tastathii'a lahu thalabaan


41. atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi".
 
 

wauhiitha bitsamarihi fa-ashbaha yuqallibu kaffayhi 'alaa maa anfaqa fiihaa wahiya khaawiyatun 'alaa 'uruusyihaa wayaquulu yaa laytanii lam usyrik birabbii ahadaan


42. Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku".
 
 

walam takun lahu fi-atun yanshuruunahu min duuni allaahi wamaa kaana muntashiraan


43. Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.
 
 

hunaalika alwalaayatu lillaahi alhaqqi huwa khayrun tsawaaban wakhayrun 'uqbaan


44. Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.
 
 

waidhrib lahum matsala alhayaati alddunyaa kamaa-in anzalnaahu mina alssamaa-i faikhtalatha bihi nabaatu al-ardhi fa-ashbaha hasyiiman tadzruuhu alrriyaahu wakaana allaahu 'alaa kulli syay-in muqtadiraan


45. Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 
 

almaalu waalbanuuna ziinatu alhayaati alddunyaa waalbaaqiyaatu alshshaalihaatu khayrun 'inda rabbika tsawaaban wakhayrun amalaan


46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
 
 

wayawma nusayyiru aljibaala wataraa al-ardha baarizatan wahasyarnaahum falam nughaadir minhum ahadaan


47. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
 
 

wa'uridhuu 'alaa rabbika shaffan laqad ji/tumuunaa kamaa khalaqnaakum awwala marratin bal za'amtum allan naj'ala lakum maw'idaan


48. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu [883] (memenuhi) perjanjian.

[883] Yang dimaksud dengan waktu di sini ialah hari berbangkit yang telah dijanjikan Allah untuk menerima balasan.
 
 

wawudhi'a alkitaabu fataraa almujrimiina musyfiqiina mimmaa fiihi wayaquuluuna yaa waylatanaa maa lihaadzaa alkitaabi laa yughaadiru shaghiiratan walaa kabiiratan illaa ahsaahaa wawajaduu maa 'amiluu hadiran walaa yazhlimu rabbuka ahadaan


49. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun".
 
 

wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa kaana mina aljinni fafasaqa 'an amri rabbihi afatattakhidzuunahu wadzurriyyatahu awliyaa-a min duunii wahum lakum 'aduwwun bi/sa lilzhzhaalimiina badalaan


50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam [884], maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.

[884] lihat no. 36.



maa asyhadtuhum khalqa alssamaawaati waal-ardhi walaa khalqa anfusihim wamaa kuntu muttakhidza almudhilliina 'adhudaan


51. Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.
 
 

wayawma yaquulu naaduu syurakaa-iya alladziina za'amtum fada'awhum falam yastajiibuu lahum waja'alnaa baynahum mawbiqaan


52. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu". Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).
 
 

waraaa almujrimuuna alnnaara fazhannuu annahum muwaaqi'uuhaa walam yajiduu 'anhaa mashrifaan


53. Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya.
 
 

walaqad sharrafnaa fii haadzaa alqur-aani lilnnaasi min kulli matsalin wakaana al-insaanu aktsara syay-in jadalaan


54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
 
 

wamaa mana'a alnnaasa an yu/minuu idz jaa-ahumu alhudaa wayastaghfiruu rabbahum illaa an ta/tiyahum sunnatu al-awwaliina aw ya/tiyahumu al'adzaabu qubulaan


55. Dam tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.
 
 

wamaa nursilu almursaliina illaa mubasysyiriina wamundziriina wayujaadilu alladziina kafaruu bialbaathili liyudhidhuu bihi alhaqqa waittakhadzuu aayaatii wamaa undziruu huzuwaan


56. Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.
 
 

waman azhlamu mimman dzukkira bi-aayaati rabbihi fa-a'radha 'anhaa wanasiya maa qaddamat yadaahu innaa ja'alnaa 'alaa quluubihim akinnatan an yafqahuuhu wafii aatsaanihim waqran wa-in tad'uhum ilaa alhudaa falan yahtaduu idzan abadaan


57. Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
 
 

warabbuka alghafuuru dzuu alrrahmati law yu-aakhidzuhum bimaa kasabuu la'ajjala lahumu al'adzaaba bal lahum maw'idun lan yajiduu min duunihi maw-ilaan


58. Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari padanya.
 
 

watilka alquraa ahlaknaahum lammaa zhalamuu waja'alnaa limahlikihim maw'idaan


59. Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.
 
 

wa-idz qaala muusaa lifataahu laa abrahu hattaa ablugha majma'a albahrayni aw amdhiya huqubaa


60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya [885]: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".

[885] Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya 'bin Nun.



falammaa balaghaa majma'a baynihimaa nasiyaa huutahumaa faittakhadza sabiilahu fii albahri sarabaan


61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
 
 

falammaa jaawazaa qaala lifataahu aatinaa ghadaa-anaa laqad laqiinaa min safarinaa haadzaa nashabaan


62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
 
 

qaala ara-ayta idz awaynaa ilaa alshshakhrati fa-innii nasiitu alhuuta wamaa ansaaniihu illaa alsysyaythaanu an adzkurahu waittakhadza sabiilahu fii albahri 'ajabaan


63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
 
 

qaala dzaalika maa kunnaa nabghi fairtaddaa 'alaa aatsaarihimaa qashashaan


64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
 
 

fawajadaa 'abdan min 'ibaadinaa aataynaahu rahmatan min 'indinaa wa'allamnaahu min ladunnaa 'ilmaan


65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami [886].

[886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
 
 

qaala lahu muusaa hal attabi'uka 'alaa an tu'allimani mimmaa 'ullimta rusydaan


66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
 
 

qaala innaka lan tastathii'a ma'iya shabraan


67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
 
 

wakayfa tashbiru 'alaa maa lam tuhith bihi khubraan


68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
 
 

qaala satajidunii in syaa-a allaahu shaabiran walaa a'shii laka amraan


69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
 
 

qaala fa-ini ittaba'tanii falaa tas-alnii 'an syay-in hattaa uhditsa laka minhu dzikraan


70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu"



fainthalaqaa hattaa idzaa rakibaa fii alssafiinati kharaqahaa qaala akharaqtahaa litughriqa ahlahaa laqad ji/ta syay-an imraan


71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
 
 

qaala alam aqul innaka lan tastathii'a ma'iya shabraan


72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
 
 

qaala laa tu-aakhidznii bimaa nasiitu walaa turhiqnii min amrii 'usraan


73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
 
 

fainthalaqaa hattaa idzaa laqiyaa ghulaaman faqatalahu qaala aqatalta nafsan zakiyyatan bighayri nafsin laqad ji/ta syay-an nukraan


74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
 
 

qaala alam aqul laka innaka lan tastathii'a ma'iya shabraan


75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
 
 

qaala in sa-altuka 'an syay-in ba'dahaa falaa tushaahibnii qad balaghta min ladunnii 'udzraan


76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
 
 

fainthalaqaa hattaa idzaa atayaa ahla qaryatin istath'amaa ahlahaa fa-abaw an yudhayyifuuhumaa fawajadaa fiihaa jidaaran yuriidu an yanqadhdha fa-aqaamahu qaala law syi/ta laittakhadzta 'alayhi ajraan


77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
 
 

qaala haadzaa firaaqu baynii wabaynika sa-unabbi-uka bita/wiili maa lam tastathi' 'alayhi shabraan


78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
 
 

ammaa alssafiinatu fakaanat limasaakiina ya'maluuna fii albahri fa-aradtu an a'iibahaa wakaana waraa-ahum malikun ya/khudzu kulla safiinatin ghashbaan


79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
 
 

wa-ammaa alghulaamu fakaana abawaahu mu/minayni fakhasyiinaa an yurhiqahumaa thughyaanan wakufraan


80. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.




fa-aradnaa an yubdilahumaa rabbuhumaa khayran minhu zakaatan wa-aqraba ruhmaan


81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
 
 

wa-ammaa aljidaaru fakaana lighulaamayni yatiimayni fii almadiinati wakaana tahtahu kanzun lahumaa wakaana abuuhumaa shaalihan fa-araada rabbuka an yablughaa asyuddahumaa wayastakhrijaa kanzahumaa rahmatan min rabbika wamaa fa'altuhu 'an amrii dzaalika ta/wiilu maa lam tasthi' 'alayhi shabraan


82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
 
 

wayas-aluunaka 'an dzii alqarnayni qul sa-atluu 'alaykum minhu dzikraan


83. Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".
 
 

innaa makkannaa lahu fii al-ardhi waaataynaahu min kulli syay-in sababaan


84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
 
 

fa-atba'a sababaan


85. maka diapun menempuh suatu jalan.
 
 

hattaa idzaa balagha maghriba alsysyamsi wajadahaa taghrubu fii 'aynin hami-atin wawajada 'indahaa qawman qulnaa yaa dzaa alqarnayni immaa an tu'adzdziba wa-immaa an tattakhidza fiihim husnaan


86. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam [887] di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat [888]. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan [889] terhadap mereka.

[887] Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat matahari sedang terbenam.

[888] Ialah umat yang tidak beragama.

[889] yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman.
 
 

qaala ammaa man zhalama fasawfa nu'adzdzibuhu tsumma yuraddu ilaa rabbihi fayu'adzdzibuhu 'adzaaban nukraan


87. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.
 
 

wa-ammaa man aamana wa'amila shaalihan falahu jazaa-an alhusnaa wasanaquulu lahu min amrinaa yusraan


88. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami".
 
 

tsumma atba'a sababaan


89. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).
 
 

hattaa idzaa balagha mathli'a alsysyamsi wajadahaa tathlu'u 'alaa qawmin lam naj'al lahum min duunihaa sitraan


90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari [890] itu,

[890] Menurut sebagian ahli tafsir bahwa golongan yang ditemui Dzulqarnain itu adalah umat yang miskin



kadzaalika waqad ahathnaa bimaa ladayhi khubraan


91. demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
 
 

tsumma atba'a sababaan


92. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
 
 

hattaa idzaa balagha bayna alssaddayni wajada min duunihimaa qawman laa yakaaduuna yafqahuuna qawlaan


93. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan [891].

[891] Maksudnya: mereka mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan mereka.
 
 

qaaluu yaa dzaa alqarnayni inna ya/juuja wama/juuja mufsiduuna fii al-ardhi fahal naj'alu laka kharjan 'alaa an taj'ala baynanaa wabaynahum saddaan


94. Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj [892] itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

[892] Ya'juj dan Ma'juj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol.
 
 

qaala maa makkannii fiihi rabbii khayrun fa-a'iinuunii biquwwatin aj'al baynakum wabaynahum radmaan


95. Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
 
 

aatuunii zubara alhadiidi hattaa idzaa saawaa bayna alshadafayni qaala unfukhuu hattaa idzaa ja'alahu naaran qaala aatuunii ufrigh 'alayhi qithraan


96. berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu".
 
 

famaa isthaa'uu an yazhharuuhu wamaa istathaa'uu lahu naqbaan


97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
 
 

qaala haadzaa rahmatun min rabbii fa-idzaa jaa-a wa'du rabbii ja'alahu dakkaa-a wakaana wa'du rabbii haqqaan


98. Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar".
 
 

wataraknaa ba'dhahum yawma-idzin yamuuju fii ba'dhin wanufikha fii alshshuuri fajama'naahum jam'aan


99. Kami biarkan mereka di hari itu [893] bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi [894] sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya,

[893] Maksudnya: Di hari kehancuran dunia yang dijanjikan oleh Allah.

[894] Maksudnya: tiupan yang kedua yaitu tiupan sebagai tanda kebangkitan dari kubur dan pengumpulan ke padang Mahsyar, sedang tiupan yang pertama ialah tiupan kehancuran alam ini.
 
 

wa'aradhnaa jahannama yawma-idzin lilkaafiriina 'ardaan
 
100. dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu [895] kepada orang-orang kafir dengan jelas,

[895] Pada hari makhluk di padang Mahsyar dikumpulkan.



alladziina kaanat a'yunuhum fii ghithaa-in 'an dzikrii wakaanuu laa yastathii'uuna sam'aan


101. yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.
 
 

afahasiba alladziina kafaruu an yattakhidzuu 'ibaadii min duunii awliyaa-a innaa a'tadnaa jahannama lilkaafiriina nuzulaan


102. maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
 
 

qul hal nunabbi-ukum bial-akhsariina a'maalaan


103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
 
 

alladziina dhalla sa'yuhum fii alhayaati alddunyaa wahum yahsabuuna annahum yuhsinuuna shun'aan


104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
 
 

ulaa-ika alladziina kafaruu bi-aayaati rabbihim waliqaa-ihi fahabithat a'maaluhum falaa nuqiimu lahum yawma alqiyaamati waznaan


105. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia [896], maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.

[896] Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab dan pembalasan.
 
 

dzaalika jazaauhum jahannamu bimaa kafaruu waittakhadzuu aayaatii warusulii huzuwaan


106. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
 
 

inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati kaanat lahum jannaatu alfirdawsi nuzulaan


107. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
 
 

khaalidiina fiihaa laa yabghuuna 'anhaa hiwalaan


108. mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.
 
 

qul law kaana albahru midaadan likalimaati rabbii lanafida albahru qabla an tanfada kalimaatu rabbii walaw ji/naa bimitslihi madadaan


109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis dan demikian pula Ibnu Abud Dunya di dalam kitab Al Ikhlash, yang kedua-dua-nya mengetengahkan hadis ini melalui Thawus. Thawus menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku berada di sini dengan maksud untuk mengharapkan pahala dari Allah, dan aku ingin sekali melihat kedudukanku (pahalaku)". Rasulullah saw. tidak menjawabnya sedikit pun, hingga turunlah firman-Nya, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Q.S. Al Kahfi, 110). Hanya saja predikat hadis di atas Mursal. Hadis di atas diketengahkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Al Mustadrak secara Maushul melalui Thawus yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a. Imam Hakim menganggap hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan bahwa ada seseorang dari kalangan kaum Muslimin ikut berperang di jalan Allah, lalu ia menginginkan supaya dapat melihat kedudukan (pahala)nya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya..."(Q.S. Al Kahfi, 110). Abu Na'im dan Ibnu Asakir di dalam kitab Tarikh mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan As Saddiyush Shaghir. yang ia terima dari Al Kalbiy yang ia terima dari Abu Shaleh dari sahabat lbnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Jundub ibnu Zuhair mengatakan, "Jika seseorang telah salat, telah puasa atau telah bersedekah (maka ia pasti memperoleh pahala)". Maka orang-orang pun menyebutnya dengan baik, dan hal ini menambah semangat Jundub di dalam menjalankan hal-hal tersebut, karena sebutan baik itu membuatnya senang. Maka turunlah firman-Nya mengenai peristiwa tersebut, yaitu, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya ..."(Q.S. Al Kahfi, 110).
 
 

qul innamaa anaa basyarun mitslukum yuuhaa ilayya annamaa ilaahukum ilaahun waahidun faman kaana yarjuu liqaa-a rabbihi falya'mal 'amalan shaalihan walaa yusyrik bi'ibaadati rabbihi ahadaan


110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu tidak menziarahiku sebagaimana biasanya?". Lalu turunlah firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu..." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu. Kemudian hadis Ikrimah ini menceritakan hal yang sama dengan hadis di atas tadi. Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang daerah mana yang disukai oleh Allah dan daerah mana yang dibenci oleh-Nya. Maka malaikat Jibril menjawab, "Aku tidak tahu, nanti akan kutanyakan (kepada-Nya)". Selanjutnya malaikat Jibril turun lagi yang pada saat itu ia telah absen selama beberapa waktu tidak turun menemui Nabi saw. Maka Nabi saw. berkata kepadanya, "Sungguh engkau absen datang kepadaku, sehingga aku sangat merindukanmu". Ketika itu juga malaikat Jibril membacakan firman-Nya, "Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu." (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Ishaq mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. perihal Ash-habul Kahfi, maka selama lima belas hari Allah tidak menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi saw. Ketika malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu-Nya, Nabi saw. berkata kepadanya, "Mengapa engkau absen?" Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan kelanjutan hadis ini sama dengan hadis-hadis yang sebelumnya.

No comments:

Post a Comment