Tuesday, September 3, 2013

Biografi Ibnu Arabi


Bernama lengkap Abu Bakr Muhammad ibn al-‘Arabi al-Hatimi asal Murcia, Spanyol ini lahir pada tanggal 17 Ramadhan 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165. Dirinya dijuluki ”Syaikh al-Akbar” (Sang Mahaguru) dan ”Muhyiddin” (”Sang Penghidup Agama”).  Ayah Ibn ‘Arabi, ‘Ali, adalah pegawai Muhammad ibn Sa’id ibn Mardanisy, penguasa Murcia, Spanyol. Ketika Ibn’’Arabi berusia tujuh tahun, Murcia ditaklukkan oleh Dinasti al-Muwahiddun (al-Mohad) sehingga Ali membawa pergi keluarganya ke SevillaIa memiliki status sosial yang tinggi.
   Pada masa mudanya Ibn ‘Arabi bekerja sebagai sekretaris Gubernur Sevilla dan menikahi seorang gadis bernama Maryam, yang berasal dari sebuah keluarga berpengaruh. Pada tahun 590, Ibn ’Arabi meninggalkan Spanyol untuk mengunjungi Tunisia. Tahun 597/1200, sebuah ilham spiritual memerintahkan dirinya untuk pergi ke timur. Dua tahun kemudian, ia melakukan ibadah haji ke Mekkah dan berkenalan dengan seorang syaikh dari Isfahan yang memiliki seorang putri. Di Mekkah pula ia berjumpa dengan Majd al-Din Ishaq, seorang syaikh dari Malatya, yang kelak akan mempunyai seorang putra yang menjadi murid terbesar Ibn ’Arabi, Shadr al-Din al-Qunawi (606-673/1210-1274).
Ibn ’Arabi memiliki hubungan baik dengan sultan ini dan mengirimnya surat-surat berisi nasihat praktis. Dia pun merupakan sahabat dari penguasa Aleppo, Malik Zhahir (582-615/1186-1218), putra Sultan Saladin (Shalah al-Din) al-Ayyubi.
Pada tahun 620/1233, Ibn ’Arabi menetap di Damaskus, tempat sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi, menemaninya sampai akhir hayat. Menurut sejumlah sumber awal, ia menikah dengan janda Majd al-Din, ibu al-Qunawi. Selama periode tersebut, penguasa Damaskus dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar al-Din merupakan salah seorang muridnya. Ibn ‘Arabi wafat di Damaskus pada 16 November 1240 bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh tahun. Pencapaian spiritualnya yang luar biasa telah menyebar ke hampir seluruh Dunia Islam, dan bahkan Barat, hingga sekarang.
Justifikasi Pluralisme terhadap Ibnu Arabi
            Kesatuan agama dalam level yang sama meletakkan posisi wahyu yang dimiliki tiap-tiap agama dalam dua aspek agama, yaitu: pertama, konsep eksoterisyang mana menurut Schoun adalah aspek eksternal, formal, hukum, dogmatis, ritual, etika dan moral pada sebuah agama; kedua, konsep esoteris adalah aspek eksternal dan dogmatis formalistik. Kolerasi dua konsep tersebut ibarat dunia bentuk (aworld form) dalam eksoteris namun ia bersumber pada Esensi yang tak berbentuk (the Formless Essence) yaitu Esoteris. Dalam membangun dikhotomi makna tersebut Schoun menjustifikasinya melalui ajaran tasawwufyang mngekspresikan keindahan pandangan metafisika yang terkandung dalam makna wihdatul wujud Ibnu Arabi dan sufi lainnya. Karena Islam merupakan bagian dari Tuhan yang menajdi substansi nisbi.[5]
   Sedangkan fitnah yang mendasar terhadap pemikiran pluralisme Ibnu Arabi yang dijadikan dalil utama serta factor mendasar pada pemikirannya, yaitu:[6]
Sungguh ajaib, Sebuah taman yang terkepung nyalah api
Hatiku telah sanggup  menerima aneka bentuk,
Ia merupakan padang rumput bagi rusa-rusa,
Biara bagi para rahib-rahib Kristen, kuil anjungan berhala,
Ka’bah tempat orang bertawwaf,
Batu tulis untuk taurat ,
Dan mushaf bagi al-Qur’an
Agamaku adalah agama cinta, yang senantiasa kuikuti kemana pun langkahnya; itulah agama keimananku
     Berdasarkan puisi ini, Nasr mendakwa Ibn Arabi konon “menyadari bahwa jalan-jalan yang diturunkan Tuhan mengantarkan ke satu puncak yang sama (came to realize that the divinely revealed paths lead to the same summit).” Meski sekilas tampak meyakinkan, pemaparan golongan ini jika dikaji lebih teliti sebenarnya jauh panggang dari api. Ibn Arabi bukanlah seorang pluralis atau transendentalis sebagaimana mereka khayalkan. Maksud ungkapannya itu telah ia jelaskan dalam kitab yang ditulisnya sendiri: Dzakha’ir al-A‘laq syarh Tarjuman al-Asywaq. Di sana jelas dikatakan bahwa `agama cinta’ yang ia maksud ialah agama Nabi Muhammad SAW, merujuk kepada firman Allah SWT dalam al-Quran, surah Al Imran, ayat 31, yang artinya: “Katakanlah [hai Muhammad!], kalau kalian betul-betul mencintai Allah, maka ikutilah aku! –niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Lihat: kitab Dzakha’ir al-A‘laq syarh Tarjuman al-Asywaq, ed. Muhammad Salim al-Unsi (Beirut, 1312 H).
Kemudian Tauhid dalam perspektif Ibn ‘Arabi tidak lain dan tidak bukan adalah wahdat al-wujud. Doktrin ini adalah prinsip esoterisme sebagai doktrib menuju jalan esoterisme.  Doktrin ini akan menjadi “the root of all things”. Dan, secara lebih spesifik lagi ia akan mejadi akar metafisikanya. Ketika al-wujud adalah “the one and only Real”, yang lain semuanya akan menjadi relatif atau manifestasi bagi-Nya. Dan sebagai manifestasi, setiap detik seluruh ma siwa Allâh adalah “Dia dan tidak Dia”. Ini adalah apa yang Schuon sering istilahkan sebagai (“the spiritual paradox”) yang mendasari kesetaraan semua agama dimata tuhan.
Sedangkan pendapat Nur Muhammad dalam tasawwufnya, menurut Massignon: “ Cahaya-nya ibarat fermenting light yang ada karena the uncreated light of the mystery yang diemanasi oleh Tuhan sendiri.”Berkaitan dengan ini Ibnu Arabi berpendapat bahwa manusia adalah wujud satu-satunya yang ada dalam prinsip Nur Muhammad dimanifestasikan melalui derajat tertinggi sehingga patut disebut kholifah dan image dari Tuhan.[7] Tanggapan tersebut sangat tidak konsekuen dengan wilayah tasawwuf karena untuk menuju nur muhammadiyah seseorang harus melaksanakan syari’at dengan mutlak.
Tapi benarkah Ibnu Arabi menyatakan hal tersebut dan sesuaikah dengan aspek-aspek tasawwuf serta pandangannya terhadap agama Islam?

Biografi Ibnu Sina


Biografi Ibnu Sina

Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara .
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al -Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (ÇÈæÚáì ÓíäÇ Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : ÃÈæ Úáí ÇáÍÓíä Èä ÚÈÏ Çááå Èä ÓíäÇ ). Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai bapak kedokteran disamping itu ia telah mengarang buku Al-Qanun fi At Tibb yang di terjemahkan kebahasa latin dan di cetak di Eropa pada tahun 1593, kemudian buku tersebut di jadikan mata kuliah pokok di universitas-universitas Eropa.
Ibnu Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat – obat yang sesuai." Kemasyhuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Disamping itu pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat – bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri dimana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Sebetulnya, amsih banyak riwayat Ibnu Sina yang begitu cemerlang namun ajal telah menjemput beliau, pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Beliau wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah.Filsafat Wujud.

Metafisika Ibnu Sina

Metafisika Ibnu Sina secara esensial berkenaan dengan ontologi terhadap wujud serta seluruh distingsi mengenainya itulah yang menempati peran sentral dalam spekulasi-spekulasi metafisikanya. Menurutnya,” the reality of a thing depens upon its existence, and the knowledge og an object is ultimately the knowledge of its ontological status in the chain of universal existence which determines all of its attributes and qualities”. Hakekat sesuatu (reality of thing) tergantung pada eksistensinya dan pengetahuan atas sebuah obyek pada puncaknya adalah ontology yang tergantung pada rangkaian eksistensi universal yang menentukan seluruh atribut dan kualitasnya. Segala sesuatu dialam semesta (universe), berdasarkan kenyataan (exist), dimasukkan ke dalam wujud (being). Tapi, Tuhan sebagai wujud murni (pure being) merupakan Asal dan Pencipta segala sesuatu.Maka Tuhan lebih awal dari alam dan bersifat transenden. Ibnu Sina juga berpendapat, bahwa: ”Necessary being due to itself (wajib al-wujud bi-dhatihi) is true in itself, while the contingent being is ‘false in itself’ and ‘true due to something else other than itself’. The necessary is the source of its own being without borrowed existence. It is what always exists.”
Maksudnya, sesuatu yang being (wajib al-wujud bi-dhatihi ) ada pada diri Tuhan, tidak berdasarkan kekuatan lain dalam being maka ini merupakan pertanyaan yang salah dan tidak mungkin wujud melakukan tindakan dengan wujud yang lain. Jadi wujud Tuhan berdiri sendiri dalam dzat-Nya yang akan selalu eksis.
Begitu juga kajiannya, tentang eksistensi pada segala sesuatu tidak terlepas dari distingsi fundamental yang menerangkan kemungkinan dan kemustahilannya. Maka kapanpun orang berfikir eksistensi secara serta merta terdapat 2 aspek berbeda pada kerangka berfikirnya, yaitu :
Esensi atau kuiditasnya (prinsip ashl), yang semua cukup dalam jawaban atas pertanyaan, apakah sesuatu itu ?.
Eksistensi. Misalnya, ketika seseorang memikirkan tentang kuda gagasan tentang kuda tersebut atau kuiditasnya, yang meliputi keadaan, warna dan bentuk yang membentuk sebuah esensi.
Yang terkait erat dengan distingsi mendasar antara kuiditas dan eksistensi adalah pemilahan Ibnu sina atas wujud (being) menjadi ” tidak mungkin” ( mumtani’), mungkin (mumkin) dan niscaya (wajib). Pemilah ini, yang diterima oleh para filosof muslim serta kaum skolastik latin, tidak etrlihat dalam formulasi Aristoteles, tapi asli dari Ibnu Sina. Hakikatnya, Ibnu Sina mendasarkan seluruh filsafatnya pada distingsi diantara tiga pemilahan tersebut dan terdapat keterkaiatan yang dimiliki oleh kuiditas dan eksistensi dalam setiap hal dengan yang lain.
Pandangannya tentang wujud tuhan, merupakan wujud niscaya (wajib al-wujud), atau tuhan yang tidak bisa ”tidak-ada”, karena esensi dan wujud-Nya adalah hal yang sama. Wujud adalah esensi-Nya, dan Esensi adalah wujud-Nya yang memiliki self-subsistent. Sedangkan, semesta dan segala sesuatu yang ada didalamnya merupakan wujud mungkin dan secara metafisik tergantung kepada Wujud – Niscaya dan mungkin wujud-wujud tersebut terdiri dari dua macam: 1). wujud yang, sekalipun mungkin dalam dirinya sendiri, dijadikan niscaya oleh wujud Niscaya dan 2). wujud yang sama sekali mungkin tanpa ada sifat niscaya yang diapsangkan padanya seperti malaikat yang abadi akibat abadi dari Tuhan.
Wujud abadi dan abadi menurut ibnu Sina adalah substansi atau aksidensi` sesuai dengan kategorinya yang dibagi menjadi tiga macam :
Intelek (‘aql) yang sepenuhnya terlepas dari materi dan potensialitas.
Jiwa (nafs) yang sekalipun terlepas dari materi tapi butuh pada tubuh untuk bertindak.
Tubuh (jism) yang bisa dibagi serta memiliki panjang lebar dan luas, karena itu mungkin elemen-elemen semesta ini terbagi menjadi tiga unsur tersebut.

Sifat Tuhan menurut Ibnu Sina

Menurut Ibnu Sina, "Perlu diperhatikan bahwa setiap pelaku yang apabila melakukan suatu perbuatan maka dia akan menjadi lebih baik atau mengerjakan sesuatu baginya lebih baik daripada tidak melakukannya, jika perbuatan itu tidak dilakukan dan dia tak menciptakan sesuatu itu maka secara riil dia akan kehilangan kebaikan dan kesempurnaan, yakni dia tak memiliki kesempurnaan tertentu dan untuk memperolehnya ia mesti berusaha. Maujud yang membutuhkan upaya untuk mencapai suatu kesempurnaan tak bisa dikategorikan sebagai Wâjibul Wujûd , karena maujud seperti itu adalah maujud yang tak sempurna dan maujud yang tak sempurna bukanlah Wâjibul Wujûd . Dengan demikian, hal-hal yang berkaitan dengan Wâjibul Wujûd dan perbuatan-perbuatan-Nya sama sekali tidak bisa berhubungan dengan pencapian dan perolehan segala bentuk kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan." Ibnu Sina juga mendefinisikan maujud sempurna yang sama sekali tak bergantung pada sesuatu yang lain dan lantas menentukan wujud tak sempurna yang bergantung pada yang lain. Poin ini merupakan mukadimah untuk menegaskan bahwa Wâjibul Wujûd tidak berupaya mencapai suatu tujuan tertentu dalam menciptaan alam. Menurut Ibnu Sina, "Anda ketahui bahwa mana di antara maujud yang Maha Kuat dan Maha Kaya (tak membutuhkan sesuatu)? Suatu maujud bisa dikatakan yang Maha Kuat dan Kaya itu jika tidak bergantung pada selain dirinya dari tiga aspek: 1. Dari sisi zat, 2. Dari sisi sifat hakiki, 3. Dari sisi kesempurnaan hakiki yang terkait dengan zat. Oleh karena itu, setiap maujud yang butuh dan bergantung kepada maujud lain dari dimensi zat, sifat hakiki, dan kesempurnaan (seperti bentuk, ilmu, kodrat, keindahan) ialah maujud yang tak sempurna, fakir, dan lemah. Sedangkan Wâjibul Wujûd merupakan sifat yang Esa pada tuhan dari sisi zat dan sifat-Nya sama sekali tidak mengandung kekurangan dan kelemahan. Maka sangat mustahil Tuhan melakukan sesuatu disebabkan oleh maujud-maujud yang rendah seperti manusia.
Oleh sebab itu, menurut Ibnu Sina sifat-sifat tidak menyatakan atas wajibul wujud kecuali dengan dzat-Nya. Maka sifat Tuhan yang satu merupakan dasar dari sifat-sifat Tuhan. Tidak di sekutukan menyatu dengan dzatnya, bersatu dengan tindakan (fi’il) Tuhan pernyataan ini menyatakan bahwa tindakan dan keinginan tuhan menyatu dalam dzat-Nya. Jika Tuhan memiliki sifat yang universal, maka tidak diperkenankan sebagai wajibul wujud. Hal tersebut sangat berkaitan dengan “Perbuatan Ilahi” dalam pemikiran Ibnu Sina dapat disimpulkan dalam 4 catatan sebagai berikut :
Pertama, perbuatan yang tidak kontinu (ghairi mutajaddid) yaitu perbuatan yang telah selesai sebelum zaman dan tidak ada lagi yang baharu. Dalam kitab An-Najah Ibnu Sina berkata : “yang wajib wujud (Tuhan) itu adalah wajib (mesti) dari segala segi, sehingga tidak terlambat wujud lain (wujud muntazhar) – dari wujud-Nya, malah semua yang mungkin menjadi wajib dengan-Nya. Tidak ada bagi-Nya kehendak yang baru, tidak ada tabi’at yang baru, tidak ada ilmu yang baru dan tidak ada suatu sifat dzat-Nya yang baru”. Demikianlah perbuatan Allah telah selesai dan sempurna sejak qadim, tidak ada sesuatu yang baru dalam pemikiran Ibnu Sina, seolah – olah alam ini tidak perlu lagi kepada Allah sesudah diciptakan.
Kedua, perbuatan Ilahi itu tidak ada tujuan apapun. Seakan – akan telah hilang dari perbuatan sifat akal yang dipandang oleh Ibnu Sina sebagai hakekat Tuhan, dan hanya sebagai perbuatan mekanis karena tidak ada tujuan sama sekali.
Ketiga, manakala perbuatan Allah telah selesai dan tidak mengandung sesuatu maksud, keluar dari-Nya berdasarkan “hukum kemestian”, seperti pekerjaan mekanis, bukan dari sesuatu pilihan dan kehendak bebas.
Yang dimaksudkan dalam catatan ketiga ini yaitu Ibnu Sina menisbatkan sifat yang paling rendah kepada Allah karena sejak semula ia menggambarkan “kemestian” pada Allah dari segala sudut. Akibatnya upaya menetapkan iradah Allah sesudah itu menjadi sia – sia, akrena iradah itu tidak lagi bebas sedikitpun dan perbuatan yang keluar dari kehendak itu adalah kemestian dalam arti yang sebenarnya. Jadi tidak ada kebebasan dan kehendak selagi kemestian telah melilit Tuhan sampai pada perbuatan-Nya, lebih – lebih lagi pada dzat-Nya.
Keempat, perbuatan itu hanyalah “memberi wujud” dalam bentuk tertentu. Untuk memberi wujud ini Ibnu Sina menyebutnya dengan beberapa nama, seperti : shudur (keluar), faidh (melimpah), luzum (mesti), wujub anhu (wajib darinya). Nama – nama ini dipakai oleh Ibnu Sina untuk membebaskan diri dari pikiran “Penciptaan Agamawi”, karena ia berada di persimpangan jalan anatara mempergunakan konsep Tuhan sebagai “sebab pembuat” (Illah fa’ilah) seperti ajaran agama dengan konsep Tuhan sebagai sebab tujuan (Illah ghaiyyah) yang berperan sebagai pemberi kepada materi sehingga bergerak ke arahnya secara gradual untuk memperoleh kesempurnaan.
Dalam empat catatan tersebut para penulis sejarah dan pengkritik Ibnu Sina selalu memahami bahwa Ibnu Sina menggunakan konsep pertama yaitu konsep Tuhan sebagai “sebab pembuat”. Tidak terpikir oleh mereka kemunginan Ibnu Sina menggunakan konsep kedua, yang menyatakan bahwa Tuhan tidak mencipta, tapi hanya sebagai “tujuan” semata. Semua mahluk merindui Tuhan dan bergerak ke arah-Nya seperti yang terdapat dalam konsepsi Aristoteles tentang keindahan seni dalan hubungan alam dengan Tuhan.

Emanasi

Bagi kaum sufi, kemurnian tauhid mempunyai wujud dan semua yang lainnya tidak ada pada hakikatnya (wihdatul wujud) pada diri tuhan yang berhubungan dengan proses penciptaan alam, paham ini merupakan emanasi atau al-faidh . Sementara kajian emanasi Ibnu Sina mengikuti kosmologi platonisme yang mendasar pada distingsi berusaha menunjukkan bagaimana yang banyak itu dilahirkan dari yang Satu (ex uno non fit nisi unum) atau inteleksi tuhanlah (akal pertama) penciptaan itu terjadi, yang pada saat bersamaan transenden dalam kaitannya dengan seluruh keragaman (multiplicity). Tapi oleh karena tujuan metafisika Ibnu Sina secara esensial adalah menampilakan sifat tergantung (contingent). Semesta maka tujuannya dalam emanasi adalah untuk menggambarkan konsep kesinambungan yang ada antara Prinsip dan manifestasi-Nya. Sedangkan proses penciptaan, atau manifestasi, terkait erat dengan fungsi dan signifikan malaikat sebagai alat yang mewujudkan tindakan penciptaan.
Dengan menyandarkan pada pada skema Platonian tentang pancaran hirarkie malaikat berurutan, Ibnu Sina mulai menggambarkan proses penurunan Semesta bahwa dari Satu atau Kesatuan hanya mungkin melahirkan satu wujud (ex uno non fit nisi unum). Ibnu Sina juga menggunakan gagasan bahwa melalui inteleksilah penciptaan itu terjadi. Proses penciptaan dan inteleksi adalah sama, karena melalui kontemplasi tatanan realitas yang lebih tinggi itulah yang lebih bisa muncul. Kemudian dari Wujud Niscaya Tunggal- yang merupakansumber segala sesuatu – wujud tunggal tercipta sesuai dengan prinsip sebelumnya- yaitu akal pertama (First intellect/al-’Aql al-Awwal) yang disetarakan dengan malaikat muncullah akal yang kedua yaitu jiwa dan tumbuh akal langit pertama melalui kontemplasi akal pertama melahirkan akal ketiga, yaitu jiwa dan tubuh langit pertama. Lalu proses ini berlangsung hingga langit kesembilan dan melahirkan Akal kesepuluh, yaitu bulan Akal kesepuluh juga berfungsi sebagai pemberi cahaya kepada fikiran manusia. Dari sinilah substansi semesta tidak lagi memiliki kemurnian untuk melahirkan langit yang lain. Karena itu, dari kemungkinan kosmik yang tersisa dunia turun temurun dan berubah muncul. Ia juga berpendapat bahwa dari akal kesupuluhlah terpancar illuminasi dan penciptaan Tuhan.
Karena itulah emanasi Ibnu Sina pada dasarnya terkait dengan angelologi dan sangat mengikuti kosmologi Platonian. Menurutnya, konsepsi Islam tentang hubungan antara Tuhan dan Semesta selalu berusaha menunjukkan sifat tergantung seluruh tatanan ciptaan terhadap Sang Pencipta.


Sumber  di sini

KISAH TENGGELAMNYA KAPAL TITANIC DALAM ALQUR’AN

لَقَدۡ كَانَ فِى قَصَصِہِمۡ عِبۡرَةٌ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ‌ۗ مَا كَانَ حَدِيثً۬ا يُفۡتَرَىٰ وَلَـٰڪِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ . سُوۡرَةُ یُوسُف ١١١

Firman Allah Yang bermaksud:
“Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) ia bukanlah cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mau) beriman”.
Dua puluh lima tahun pula sejak ditemukan lokasi karamnya kapal pesiar mewah asal Southhampton ini, belum ada satu penelitian pun yang menelaah secara ilmiah. Tim History Channel, didukung para ilmuwan, arkeolog, dan ahli pencitraan sonar menengok ulang lokasi tenggelamnya Titanic di hamparan Samudera Atlantik. Tak disangka, mereka menemukan puing-puing yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Tentu saja penemuan baru tersebut dapat membantu menguak misteri tenggelamnya kapal yang dijuluki ‘unsinkable’ (tak bisa tenggelam) adapun Titanic sendiri berarti raksasa
Yang menakjubkan lagi, lewat bantuan teknologi sonar yang canggih, seluruh serpihan tersebut direkonstruksi dan dicitrakan ulang hingga membentuk Titanic hologram, sesuai ukuran aslinya, di dalam sebuah hanggar besar.
Penemuan tersebut didokumentasikan History Channel secara apik dalam ‘Titanic: Mystery Solved’.
“Cerita tenggelamnya kapal Titanic telah memukau jutaan orang di seluruh dunia dan diabadikan dalam film tersukses sepanjang sejarah. Masalahnya adalah film tersebut hanya menceritakan kejadian dari sisi kemanusiaan saja. Apa yang mau kami lakukan adalah menengok ulang tragedi ini dari sudut pandang ilmiah dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada malam 14-15 April 1912,Image


Kejadian tenggelamnya kapal Titanic adalah sebuah catatan sejarah manusia yang akan terus melegenda. Hingga manusia juga melegendakannya dalam film Titanic. Kapal ini telah diklaim sebagai kapal yang tidak akan tenggelam. Akan tetapi ternyata sang pengatur alam semesta berkehendak lain hingga akhirnya menenggelamkan kapal ini beserta kesombongan manusia.
Hati mereka telah dibutakan oleh ketakaburan bahwa segala hal yang ada di bumi ini tak ada kekuasaan satupun yang paling kuat kecuali kekuasaan Allah SWT
Bahkan sejarah mencatat salah satu dari awak kapal mengatakan" Tuhan pun tak akan mampu menenggelamkan kapal ini " Maka Allah menenggalamkan kapal “TITANIC” beserta ribuan penumpangnya akibat kesombongan mereka
Pada tanggal 14 april, tanggal ini merupakan tanggal berkabungnya sebagian anak manusia khusunya manusia yang ada di negeri eropa sana. Sebab pada bulan dan tanggal inilah kapal pesiar yang masyhur dengan sebutan “TITANIC”.

Pada pukul 23:40 waktu setempat ketika berlayar di selatan Grand Banks di Newfoundland, pengawas Fredrick Fleet dan Reginald Lee melihat bongkahan gunung es yang besar tepat di depan kapal. Fleet membunyikan loceng kapal sebanyak tiga kali dan menelepon dek pengawal memberitahu, “Gunung es, tepat di depan!” Opsir Pertama Murdoch langsung mengarahkan kemudi ke sisi kiri dan mengurangi kecepatan, kemudian mundurkan mesin kapal.

Tabrakan ternyata tidak dapat terelakkan, dan gunung es terapung tersebut bergesekan dengan bagian lambung kanan kapal, dan merobek badan kapal di empat bagian pertama dan mematahkan paku baja di bagian bawah kapal yang tertutup permukaan air sepanjang sekitar 91 m (300 kaki). Pintu kedap air baru berhasil menutup rapat saat air sudah keburu memasuki lima bagian kedap air pertama, lebih satu bagian dari apa yang dapat ditahan Titanic agar tidak tenggelam. Berat lima bagian kedap air yang dimasuki air menarik kapal ke bawah melebihi ketinggian dinding kedap air, kemudian air memasuki bagian lain. Kapten Smith, merasakan guncangan hantaman itu, sesampainya ke dek pengawal dan memerintahkan berhenti sepenuhnya. Setelah pemeriksaan oleh pegawai kapten dan Thomas Andrews, sadar bahwa Titanic akan tenggelam, dan setelah tengah malam pada 15 April, perahu penyelamat untuk disiapkan dan panggilan darurat diberitahukan.

 Hampir dua jam setelah Titanic tenggelam, RMS Carpathia tiba di tempat kejadian dan mengambil perahu penyelamat pertama. Dalam beberapa jam kemudian, mereka yang masih hidup diselamatkan. Di geladak Carpathia, doa khusyuk yang singkat untuk yang mereka yang terselamatkan dan untuk memperingati mereka yang tewas diadakan, dan pada pukul 08:50 AM, Carpathia menuju ke New York, dan sampai pada tanggal 18 April.

Nah sehubungan dengan peristiwa ini, adak hikmah yang besar dibalik semua ini bahkan jauh sebelumnya Al-qur’an telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan peristiwa semacam ini, namun sangat sedikit manuisa yang menyadari akan hal ini.

Hal inilah yang sepertinya digambarkan dalam Al-Quran:

 QS. Yaasiin (36) : 41-44
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,
42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
43. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.

Sumber : http://catatancintaabi.wordpress.com/

Monday, September 2, 2013

Fakta Buktikan Sabda Nabi Muhammad SAW : Akhir Zaman, Tanah Arab Kembali dipenuhi Tumbuhan dan Banyak Sungai


(لا تقوم الساعة حتى تعود أرض العرب مروجاً وانهاراً [رواه مسلم
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai tanah Arab kembali dipenuhi tumbuh-tumbuhan dan Sungai-sungai (HR. Muslim)


Pada tahun 2012 ditemukan  jaringan dari sungai dan danau yang sangat besar dan luas di bawah gurun pasir.
1 1a 
Gambar jaringan besar sungai (yang tampak hitam) setelah ribuan tahun berlalu dan berubah bentuk seperti lembah yang tenggelam di gurun pasir, diperoleh dari satelit. Referensi:
http://www.dlr.de/blogs/en/desktopdefault.aspx/tabid-5919/9754_read-204/
Profesor Michael Petraglia dari University of Oxford melakukan penelitian di padang pasir di Semenanjung Arab yang pada akhirnya menemukan bahwa ternyata gurun pasir yang gersang tersebut menyembunyikan jaringan sungai yang luas di bawah, hal ini mengindikasikan bahwa daerah ini sebelumnya pernah dipenuhi dengan berbagai kehidupan, keaktifan, organisme dan hutan. Penelitian ini ditangani oleh Tim observasi selama proses akumulasi informasi lebih lanjut tentang daerah ini.
Seperti yang disampaikan dalam situs University of Oxford dengan judul penelitian ` Scientists explore an ancient network of rivers and lakes in the Arabian Desert`.
1 1b 
Tulisan-tulisan kuno yang terdapat di wilayah Najran di Arab Saudi menunjukkan bahwa daerah gurun ini sebelumnya terdapat  peradaban yang kaya dan berbagai kehidupan, tidak seperti padang tandus yang kita saksikan hari ini, Daily Mail Inggris Referensi 2012.
1 1c 
Profesor Petraglia tengah melakukan penggalian bawah gurun pasir untuk mengetahui penyebab keberadaan kehidupan di daerah ini pada ribuan tahun silam serta alasan mengapa kehidupan tersebut bisa lenyap lalu berganti menjadi daerah padang pasir gersang setelah sebelumnya memililiki kekayaan sumber air, populasi Manusia dan hewan. Referensi: Oxford University Press, 2012
1 1d 
Gambar yang diperoleh dari satelit, menunjukkan sebuah danau besar menghilang di bawah gurun pasir Jazirah Arab setelah pengeringan selama ribuan tahun (warna biru). Referensi: Koran dailymail.
Para ilmuwan mengatakan bahwa penemuan ini sangat penting untuk mengetahui hakikat kehidupan di gurun Jazirah Arab, dan bagaimana proses berevolusinya kehidupan manusia di sana serta penyebab migrasi manusia dan hubungannya dengan iklim dan perubahannya.
Sesungguhnya fakta ilmiah membuktikan bahwa gurun pasir Arab sebelumnya ditumbuhi oleh berbagi tumbuh-tumbuhan dengan sumber Air yang terdapat disekitarnya. Para ilmuwan juga mencoba untuk memprediksikan masa depan wilayah tersebut, namun Nabi Saw telah memberitahukan Ummatnya tentang masa lalu dan masa depan gurun itu dalam Sabdanya:
(لا تقوم الساعة حتى تعود أرض العرب مروجاً وانهاراً [رواه مسلم
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai tanah Arab kembali dipenuhi tumbuh-tumbuhan dan Sungai-sungai (HR. Muslim)
Baginda Rasulullah Saw telah mengkaitkan kebenaran hari Kiamat dengan fakta Ilmiyah yang akan ditemukan oleh para ilmuwan setelah empat belas abad  supaya menjadi bukti atas kebenaran Risalah yang dibawahnya… Dan yang menjadi Pertanyaannya adalah: Siapa yang memberitahukan Nabi Muhammad Saw tentang  penemuan ilmiah tahun 2012 tersebut ?
Dari situs:  http://www.kaheel7.com/ar/index.php/2010-02-02-20-10-20/581-2012-12-05-22-41-27
Sumber referensi:
1-  Scientists explore an ancient network of rivers and lakes in the Arabian Desert, http://www.ox.ac.uk/media/news_releases_for_journalists/120426.html



2- Satellite images show how arid Arabian desert once flowed with lakes, http://archaeology.sa/?p=198

3- Climate change, Stone Age-style: Satellite images show how arid Arabian desert once flowed with lakes, rivers and life, http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2138346/Climate-change-Stone-Age-style-Satellite-images-arid-Arabian-desert-flowed-lakes-rivers-life.html

Sumber  : Era muslim.com

".". 10 SURAT AL-QUR'AN YANG DAPAT MENGHALANGI DARI UJIAN BESAR SWT ."."


1. Surah Al-Fatihah dapat memadamkan kemurkaan Allah SWT..

2. Surah Yasin dapat menghilangkan rasa dahaga atau kehausan pada hari kiamat..

3. Surah Dukhan dapat membantu kita ketika menghadapi ujian Allah SWT pada hari kiamat..

4. Surah Al-Waqiah dapat melindungi kita dari kesusahan atau fakir..

5. Surah Al-Mulk dapat meringankan azab di alam kubur..

6. Surah Al-Kauthar dapat meleraikan segala perbalahan..

7. Surah Al-Kafirun dapat menghalangi kita menjadi kafir ketika menghadapi kematian..

8. Surah Al-Ikhlas dapat melindungi kita menjadi golongan munafik..

9. Surah Al-Falq dapat menghapus perasaan hasad dengki,.

10. Surah An-Nas dapat melindungi kita dari penyakit was-was..

Silahkan di Share info ini kesejumlah orang yang anda kenal dan InsyaAllah Ridho Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang anda kirim..
Aamiin..
SUMBER dI SINI