Wednesday, December 21, 2011

Surah » Al-Israa' » Jumlah Ayat: 111 dari 70-111



wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa qaala a-asjudu liman khalaqta thiinaan


61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
 
 

qaala ara-aytaka haadzaa alladzii karramta 'alayya la-in akhkhartani ilaa yawmi alqiyaamati la-ahtanikanna dzurriyyatahu illaa qaliilaan


62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
 
 

qaala idzhab faman tabi'aka minhum fa-inna jahannama jazaaukum jazaa-an mawfuuraan


63. Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.
 
 

waistafziz mani istatha'ta minhum bishawtika wa-ajlib 'alayhim bikhaylika warajlika wasyaarik-hum fii al-amwaali waal-awlaadi wa'idhum wamaa ya'iduhumu alsysyaythaanu illaa ghuruuraan


64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka [861].

[861] Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
 
 

inna 'ibaadii laysa laka 'alayhim sulthaanun wakafaa birabbika wakiilaa


65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga".
 
 

rabbukumu alladzii yuzjii lakumu alfulka fii albahri litabtaghuu min fadhlihi innahu kaana bikum rahiimaan


66. Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.
 
 

wa-idzaa massakumu aldhdhurru fii albahri dhalla man tad'uuna illaa iyyaahu falammaa najjaakum ilaa albarri a'radhtum wakaana al-insaanu kafuuraan


67. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.
 
 

afa-amintum an yakhsifa bikum jaaniba albarri aw yursila 'alaykum hasiban tsumma laa tajiduu lakum wakiilaan


68. Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindungpun bagi kamu,
 
 

am amintum an yu'iidakum fiihi taaratan ukhraa fayursila 'alaykum qaasifan mina alrriihi fayughriqakum bimaa kafartum tsumma laa tajiduu lakum 'alaynaa bihi tabii'aan


69. atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami.
 
 

walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii albarri waalbahri warazaqnaahum mina alththhayyibaati wafadhdhalnaahum 'alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaan


70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan [862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan


yawma nad'uu kulla unaasin bi-imaamihim faman uutiya kitaabahu biyamiinihi faulaa-ika yaqrauuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilaan


71. (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
 
 

waman kaana fii haadzihi a'maa fahuwa fii al-aakhirati a'maa wa-adhallu sabiilaan


72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
 
 

wa-in kaaduu layaftinuunaka 'ani alladzii awhaynaa ilayka litaftariya 'alaynaa ghayrahu wa-idzan laittakhadzuuka khaliilaan


73. Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim keduanya mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah dan dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal dan beberapa orang dari kabilah Quraisy keluar untuk mendatangi Nabi saw. Setelah mereka sampai, lalu mereka berkata kepada Rasulullah saw., "Hai Muhammad! Kemarilah, elus-eluslah tuhan-tuhan (berhala-berhala) kami, maka kami akan masuk ke dalam agamamu." Dan Rasulullah saw. menyukai kaumnya jika masuk Islam, sehingga hal itu membuat lunak hati Nabi saw. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu..." (Q.S. Al-Isra 73) sampai dengan firman-Nya, "Seorang penolong pun terhadap Kami." (Q.S. Al-Isra 75). Menurut hemat saya, riwayat di atas adalah riwayat yang paling sahih berkenaan dengan asbabun nuzulnya, dan lagi sanadnya jayyid serta mempunyai syahid (bukti). Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Jubair yang menceritakan, bahwa Rasulullah saw. selalu mencium Hajar Aswad. Maka orang-orang musyrik mengatakan kepadanya, "Kami tidak akan membiarkanmu mencium Hajar Aswad sehingga kamu terlebih dahulu mengusap-usap berhala-berhala kami." Lalu Rasulullah saw. menjawab, "Apakah gerangan yang akan menimpa diriku, seandainya aku lakukan hal itu sedangkan Allah mengetahui bahwa aku sangat membencinya." Maka turunlah firman-Nya, yaitu ayat tersebut. Abu Syekh mengetengahkan pula hadis yang sama hanya kali ini ia melalui jalur Ibnu Syihab. Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis melalui Jubair bin Nafir, bahwasanya orang-orang Quraisy mendatangi Nabi saw. lalu mereka berkata kepadanya, "Jika kamu memang diutus kepada kami, maka usirlah orang-orang yang menjadi pengikut-pengikutmu itu yang dari kalangan orang-orang rendahan dan bekas-bekas hamba sahaya. Maka jika kamu melakukan hal itu kami benar-benar mau menjadi sahabat-sahabatmu." Mendengar kemauan mereka itu hati Nabi saw. menjadi tenang terhadap mereka; akan tetapi seketika itu juga turunlah ayat tersebut. Abu Syekh mengetengahkan pula hadis lain melalui Muhammad bin Kaab Al-Qurazhiy, bahwasanya Nabi saw. pada suatu hari membacakan firman-Nya, "Demi bintang..." (An-Najm 1) sampai dengan firman-Nya, "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza..." (An-Najm 19). Kemudian setan mulai melancarkan godaannya terhadap Nabi saw., "Bintang-bintang yang di langit tinggi itu pertolongannya sangat diharapkan." Maka turunlah ayat tersebut; sejak saat itu Nabi saw. masih terus dalam keadaan susah hingga Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi melainkan apabila la mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatnya..." (Q.S. Al Hajj,2). Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat ini diturunkan di Mekah, dan orang yang menganggapnya sebagai ayat Madaniah, berarti ia berdalilkan kepada apa yang telah diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur Al-Aufiy dari Ibnu Abbas r.a. Hadis ini mengatakan, bahwa Sya'ab berkata kepada Nabi saw., "Tangguhkanlah kami selama satu tahun hingga Dia memberi petunjuk kepada tuhan-tuhan (berhala berhala) kami, maka jika Dia memberi petunjuk kepada mereka, maka kami akan memegangnya kemudian kami akan masuk Islam." Ketika itu Nabi saw. hampir saja mau memberi tangguh kepada mereka; hanya saja sanad hadis ini dha'if.
 
 

walawlaa an tsabbatnaaka laqad kidta tarkanu ilayhim syay-an qaliilaan


74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
 
 

idzan la-adzaqnaaka dhi'fa alhayaati wadhi'fa almamaati tsumma laa tajidu laka 'alaynaa nashiiraan


75. kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim dan Imam Baihaqi di dalam kitab Ad-Dalail-nya melalui hadisnya Syahr bin Hausyab yang ia terima melalui jalur Abdurrahman bin Ghanam, bahwasanya orang-orang Yahudi mendatangi Nabi saw. lalu mereka berkata, "Jika kamu sungguh-sungguh seorang nabi, maka menyusullah ke negeri Syam, karena sesungguhnya negeri Syam itu adalah negeri tempat berkumpulnya nabi-nabi." Maka Rasulullah saw. membenarkan apa yang telah mereka katakan itu. Lalu Rasulullah saw. berangkat ke medan Tabuk dengan tujuan negeri Syam. Ketika Nabi saw. sampai di Tabuk, lalu Allah menurunkan beberapa ayat dari surah Al-Isra (surah Bani Israil), setelah surah secara sempurna diturunkan, yaitu firman-Nya, "Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri (Madinah) untuk mengusirmu daripadanya..." (Q.S. Al-Isra 76).
 
 

wa-in kaaduu layastafizzuunaka mina al-ardhi liyukhrijuuka minhaa wa-idzan laa yalbatsuuna khilaafaka illaa qaliilaan


76. Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja [863].

[863] Maksudnya: kalau sampai terjadi Nabi Muhammad SAW diusir, oleh penduduk Mekah, niscaya mereka tidak akan lama hidup di dunia, dan Allah segera akan membinasakan mereka. Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah bukan karena pengusiran kaum Quraisy, melainkan semata-mata karena perintah Allah.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Kemudian setelah itu Allah swt. memerintahkan dia supaya kembali lagi ke Madinah; dan malaikat Jibril berkata kepadanya, "Mintalah kepada Rabbmu, karena sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi ada permintaan (yang pasti dikabulkan)." Maka Nabi saw. bersabda, "Apakah yang kamu anjurkan supaya aku memintakannya kepada-Nya?" Maka malaikat Jibril berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Dan katakanlah! 'Ya Rabbku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.'" (Q.S. Al-Isra 80). Maka semua ayat-ayat di atas diturunkan berkenaan dengan kembalinya Nabi saw. dari medan Tabuk. Hadis ini berpredikat mursal lagi dha'if sanadnya, hanya saja ia mempunyai syahid dari hadis mursalnya Sa'id bin Jubair yang ada pada Ibnu Abu Hatim sedangkan lafalnya berbunyi seperti berikut: Orang-orang musyrik berkata kepada Nabi saw., "Adalah para nabi itu bertempat tinggal di negeri Syam, maka mengapa engkau tinggal di Madinah?" Maka hampir saja Nabi saw. melaksanakannya, akan tetapi turunlah firman-Nya, yaitu ayat di atas. Dan hadis ini mempunyai jalur lain yang mursal juga yaitu pada hadisnya Ibnu Jarir. Disebutkan di dalamnya bahwa sebagian orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi saw. Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa adalah Nabi saw. berada di Mekah, kemudian Allah swt. memerintahkannya berhijrah. Maka turunlah firman-Nya, "Dan katakanlah! 'Ya Rabbku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.'" (Q.S. Al-Isra 80). Hal ini jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Mekah. Dan hadis yang sama telah diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih dengan lafal yang lebih jelas lagi.
 
 

sunnata man qad arsalnaa qablaka min rusulinaa walaa tajidu lisunnatinaa tahwiilaan


77. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu [864] dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.

[864] Maksudnya: tiap-tiap umat yang mengusir rasul pasti akan dibinasakan Allah. Demikian itulah sunnah (ketetapan) Allah s.w.t.
 
 

aqimi alshshalaata liduluuki alsysyamsi ilaa ghasaqi allayli waqur-aana alfajri inna qur-aana alfajri kaana masyhuudaan


78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh [865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

[865] Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. Tergelincir matahari untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
 
 

wamina allayli fatahajjad bihi naafilatan laka 'asaa an yab'atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan  


79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
 
 

waqul rabbi adkhilnii mudkhala shidqin wa-akhrijnii mukhraja shidqin waij'al lii min ladunka sulthaanan nashiiraan


80. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong [866].

[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. Dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan, bahwa aku berjalan bersama dengan Nabi saw. di Madinah, sedangkan beliau bersandar pada sekedup kendaraannya. Maka kami bersua dengan segolongan orang-orang Yahudi. Lalu sebagian dari mereka berkata, "Bagaimana kalau kalian tanyakan kepadanya?" Maka berkatalah mereka, "Ceritakanlah tentang roh kepada kami." Maka Nabi saw. bangkit sesaat seraya mendongakkan kepalanya, aku mengetahui bahwa saat itu ada wahyu yang turun kepadanya, dan ketika wahyu telah usai kemudian Nabi saw. bersabda membacakan firman-Nya, "Roh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Q.S. Al-Isra 85). Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, "Ajarkanlah kepada kami sesuatu yang akan kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad saw.)." Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada mereka, "Tanyakanlah kepadanya tentang roh," lalu orang-orang Quraisy itu menanyakannya kepada Nabi saw. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah! 'Roh itu termasuk urusan Rabbku.'.." (Q.S. Al-Isra 85). Ibnu Katsir mengatakan, kedua hadis ini dapat dihimpunkan dengan berbagai peristiwa yang membelakangi turunnya ayat ini. Demikian pula Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan hal yang sama. Atau dapat diartikan sewaktu Nabi saw. diam setelah ditanya oleh orang-orang Yahudi, bahwa hal itu dimaksud untuk memperoleh tambahan penjelasan mengenainya. Dan jika tidak demikian keadaannya, maka hadis yang tertera dalam kitab sahih adalah hadis yang lebih sahih. Dan pula hadis sahih diperkuat pula dengan suatu kenyataan, bahwa perawinya yaitu Abdullah bin Masud, turut hadir menyaksikan kisah turunnya ayat ini, berbeda dengan Ibnu Abbas r.a.




waqul jaa-a alhaqqu wazahaqa albaathilu inna albaathila kaana zahuuqaan


81. Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
 
 

wanunazzilu mina alqur-aani maa huwa syifaaun warahmatun lilmu/miniina walaa yaziidu alzhzhaalimiina illaa khasaaraan

82. Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
 
 

wa-idzaa an'amnaa 'alaa al-insaani a'radha wanaaa bijaanibihi wa-idzaa massahu alsysyarru kaana yauusaan


83. Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.
 
 

qul kullun ya'malu 'alaa syaakilatihi farabbukum a'lamu biman huwa ahdaa sabiilaan


84. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya [867] masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

[867] Termasuk dalam pengertian "keadaan" disini ialah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya.
 
 

wayas-aluunaka 'ani alrruuhi quli alrruuhu min amri rabbii wamaa uutiitum mina al'ilmi illaa qaliilaan


85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said atau Ikrimah dengan bersumberkan dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Salam bin Misykum datang kepada Nabi saw. bersama dengan sebagian besar orang-orang Yahudi yang nama-nama mereka disebutkan oleh Ibnu Abbas. Maka mereka berkata, "Mana mungkin kami mengikutimu, sedangkan kamu benar-benar telah meninggalkan kiblat kami. Dan sesungguhnya apa yang kamu bawa ini (Alquran), kami memandangnya kurang begitu serasi sebagaimana keserasian kitab Taurat. Maka turunkanlah sebuah kitab yang biasa kami kenal atau jika tidak maka kami akan mendatangkan kepadamu seperti apa yang diturunkan kepadamu." Maka seketika itu juga Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia'..." (Q.S. Al-Isra 88).
 
 

wala-in syi/naa lanadzhabanna bialladzii awhaynaa ilayka tsumma laa tajidu laka bihi 'alaynaa wakiilaan


86. Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami,
 
 

illaa rahmatan min rabbika inna fadhlahu kaana 'alayka kabiiraan


87. kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar.
 
 

qul la-ini ijtama'ati al-insu waaljinnu 'alaa an ya/tuu bimitsli haadzaa alqur-aani laa ya/tuuna bimitslihi walaw kaana ba'dhuhum liba'dhin zhahiiraan


88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Ibnu Ishaq dari seorang Syekh Mesir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Atabah, Syaibah yang keduanya merupakan anak dari Rabi'ah, dan Abu Sufyan bin Harb serta beberapa orang lelaki dari kalangan Bani Abduddar, Abu Buhtiri, Aswad bin Muththalib, Rabi'ah bin Aswad, Walid bin Mughirah, Abu Jahal, Abdullah bin Umayyah, Umayyah bin Khalaf, Ashi bin Wail, Nabih dan Munabbah yang keduanya merupakan anak dari Hajjaj, mereka semuanya mengadakan perkumpulan, lalu mereka berkata kepada Nabi saw., "Hai Muhammad! Kami belum pernah mengetahui ada seorang lelaki dari kalangan orang Arab yang lebih berani terhadap kaumnya seperti apa yang kamu lakukan terhadap kaummu sendiri; kamu sungguh telah berani mencaci maki nenek moyang, mencela agama mereka dan membodoh-bodohkan orang-orang bijak mereka, serta engkau berani mencaci maki tuhan-tuhan kami dan memecah belah jamaah. Dan tiada suatu keburukan pun melainkan kamu telah melakukannya di antara kami dan kamu. Maka jika kamu mendatangkan pembicaraan ini (yakni Alquran) hanyalah untuk mencari harta benda, maka akan kami kumpulkan dari harta kami buatmu, sehingga jadilah kamu orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Dan jika ternyata kamu hanyalah untuk mencari kedudukan, maka niscaya kami akan menjadikanmu sebagai pemimpin dan penghulu kami. Dan jika ternyata apa yang datang kepadamu itu (Alquran), barangkali ia adalah mimpi buruk yang telah menguasai dirimu, maka niscaya kami akan membelanjakan harta kami demi untuk mencari obatnya supaya kamu dapat sembuh darinya." Maka Rasulullah saw. menjawab, "Aku tidak seperti apa yang telah kalian katakan itu, tetapi sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul, dan Dia telah menurunkan kitab (Alquran) kepadaku, serta Dia memerintahkan aku supaya membawa berita gembira bagi kalian dan sekaligus sebagai pemberi peringatan." Mereka berkata, "Maka jika ternyata kamu masih juga tidak mau menerima tawaran kami, maka sesungguhnya telah kamu ketahui, bahwa tiada seorang pun yang lebih sempit negerinya, lebih sedikit harta kekayaannya serta lebih keras kehidupannya daripada kami. Maka hendaknyalah kamu mintakan kepada Rabbmu yang telah mengutusmu itu, supaya Dia mengenyahkan dari kami bukit-bukit (Mekah) ini yang telah mempersempit kami. Dan hendaknya Dia melapangkan negeri kami serta hendaknya Dia mengalirkan padanya sungai-sungai seperti sungai-sungai negeri Syam dan negeri Iraq. Dan hendaknyalah Dia membangkitkan hidup kembali orang-orang yang terdahulu daripada bapak-bapak kami. Dan jika kamu tidak mau melakukan hal itu, maka mintakanlah kepada Rabbmu untuk menurunkan malaikat yang membenarkan apa yang kamu katakan itu Dan hendaknya Dia menjadikan bagi kami kebun-kebun, perbendaharaan-perbendaharaan kekayaan dan gedung-gedung dari emas dan perak, maka niscaya kami akan membantu semua apa yang kamu butuhkan, karena sesungguhnya kamu berjalan-jalan di pasar-pasar dan mencari rezeki. Dan jika kamu tidak melakukannya juga, maka runtuhkanlah langit ini sebagaimana apa yang kamu duga itu, yaitu bahwa Rabbmu jika menghendaki niscaya Dia akan memperbuatnya. Maka sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kamu melakukan apa yang kami minta tadi." Maka Rasulullah saw. bangkit pergi meninggalkan mereka akan tetapi bangkit pula mengikutinya Abdullah bin Abu Umayyah, lalu ia berkata, "Hai Muhammad! Kaummu telah menawarkan kepadamu hal-hal tersebut, tetapi kamu masih juga tidak mau menerimanya. Kemudian mereka meminta kepadamu buat diri mereka berbagai macam permintaan, mereka melakukan hal itu untuk mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka ternyata kamu tidak mau melakukannya juga. Kemudian mereka meminta kepadamu supaya kamu menyegerakan azab yang kamu pertakutkan kepada mereka (akan tetapi kamu tidak mau juga untuk melakukannya). Demi Allah, aku selamanya tidak akan beriman percaya kepadamu, hingga kamu dapat membuat tangga ke langit, kemudian kamu menaikinya, sedangkan kami melihat dan menunggu hingga kamu sampai ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan suatu kitab yang terbuka dan disertai dengan empat malaikat yang mengiringimu, lalu mereka menyaksikan bahwa kamu benar-benar sesuai dengan apa yang kamu katakan." Maka pada saat itu juga Rasulullah saw. berpaling darinya dengan rasa sedih. Maka turunlah kepadanya wahyu yang menyitir apa yang telah dikatakan oleh Abdullah bin Abu Umayyah tadi, yaitu firman-Nya, "Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak akan percaya kepadamu.'.." (Q.S. Al-Isra 90) sampai dengan firman-Nya, "Tiada lain aku ini adalah seorang manusia yang menjadi rasul." (Q.S. Al-Isra 93). Sa'id bin Manshur di dalam kitab Sunnah-nya mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Jubair sehubungan dengan firman-Nya, "Dan mereka berkata! 'Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu.'.." (Q.S. Al-Isra 90). Said bin Jubair mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan saudara lelakinya Ummu Salamah, yaitu Abdullah bin Umayyah. Hadis ini berpredikat mursal sahih dan menjadi syahid (bukti) terhadap hadis yang sebelumnya tadi serta ia dapat menambal kemubhaman yang terdapat di dalam sanadnva.
 
 

walaqad sharrafnaa lilnnaasi fii haadzaa alqur-aani min kulli matsalin fa-abaa aktsaru alnnaasi illaa kufuuraan


89. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).
 
 

waqaaluu lan nu/mina laka hattaa tafjura lanaa mina al-ardhi yanbuu'aan


90. Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami,
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Ibnu Ishaq dari seorang Syekh Mesir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Atabah, Syaibah yang keduanya merupakan anak dari Rabi'ah, dan Abu Sufyan bin Harb serta beberapa orang lelaki dari kalangan Bani Abduddar, Abu Buhtiri, Aswad bin Muththalib, Rabi'ah bin Aswad, Walid bin Mughirah, Abu Jahal, Abdullah bin Umayyah, Umayyah bin Khalaf, Ashi bin Wail, Nabih dan Munabbah yang keduanya merupakan anak dari Hajjaj, mereka semuanya mengadakan perkumpulan, lalu mereka berkata kepada Nabi saw., "Hai Muhammad! Kami belum pernah mengetahui ada seorang lelaki dari kalangan orang Arab yang lebih berani terhadap kaumnya seperti apa yang kamu lakukan terhadap kaummu sendiri; kamu sungguh telah berani mencaci maki nenek moyang, mencela agama mereka dan membodoh-bodohkan orang-orang bijak mereka, serta engkau berani mencaci maki tuhan-tuhan kami dan memecah belah jamaah. Dan tiada suatu keburukan pun melainkan kamu telah melakukannya di antara kami dan kamu. Maka jika kamu mendatangkan pembicaraan ini (yakni Alquran) hanyalah untuk mencari harta benda, maka akan kami kumpulkan dari harta kami buatmu, sehingga jadilah kamu orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Dan jika ternyata kamu hanyalah untuk mencari kedudukan, maka niscaya kami akan menjadikanmu sebagai pemimpin dan penghulu kami. Dan jika ternyata apa yang datang kepadamu itu (Alquran), barangkali ia adalah mimpi buruk yang telah menguasai dirimu, maka niscaya kami akan membelanjakan harta kami demi untuk mencari obatnya supaya kamu dapat sembuh darinya." Maka Rasulullah saw. menjawab, "Aku tidak seperti apa yang telah kalian katakan itu, tetapi sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul, dan Dia telah menurunkan kitab (Alquran) kepadaku, serta Dia memerintahkan aku supaya membawa berita gembira bagi kalian dan sekaligus sebagai pemberi peringatan." Mereka berkata, "Maka jika ternyata kamu masih juga tidak mau menerima tawaran kami, maka sesungguhnya telah kamu ketahui, bahwa tiada seorang pun yang lebih sempit negerinya, lebih sedikit harta kekayaannya serta lebih keras kehidupannya daripada kami. Maka hendaknyalah kamu mintakan kepada Rabbmu yang telah mengutusmu itu, supaya Dia mengenyahkan dari kami bukit-bukit (Mekah) ini yang telah mempersempit kami. Dan hendaknya Dia melapangkan negeri kami serta hendaknya Dia mengalirkan padanya sungai-sungai seperti sungai-sungai negeri Syam dan negeri Iraq. Dan hendaknyalah Dia membangkitkan hidup kembali orang-orang yang terdahulu daripada bapak-bapak kami. Dan jika kamu tidak mau melakukan hal itu, maka mintakanlah kepada Rabbmu untuk menurunkan malaikat yang membenarkan apa yang kamu katakan itu Dan hendaknya Dia menjadikan bagi kami kebun-kebun, perbendaharaan-perbendaharaan kekayaan dan gedung-gedung dari emas dan perak, maka niscaya kami akan membantu semua apa yang kamu butuhkan, karena sesungguhnya kamu berjalan-jalan di pasar-pasar dan mencari rezeki. Dan jika kamu tidak melakukannya juga, maka runtuhkanlah langit ini sebagaimana apa yang kamu duga itu, yaitu bahwa Rabbmu jika menghendaki niscaya Dia akan memperbuatnya. Maka sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kamu melakukan apa yang kami minta tadi." Maka Rasulullah saw. bangkit pergi meninggalkan mereka akan tetapi bangkit pula mengikutinya Abdullah bin Abu Umayyah, lalu ia berkata, "Hai Muhammad! Kaummu telah menawarkan kepadamu hal-hal tersebut, tetapi kamu masih juga tidak mau menerimanya. Kemudian mereka meminta kepadamu buat diri mereka berbagai macam permintaan, mereka melakukan hal itu untuk mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka ternyata kamu tidak mau melakukannya juga. Kemudian mereka meminta kepadamu supaya kamu menyegerakan azab yang kamu pertakutkan kepada mereka (akan tetapi kamu tidak mau juga untuk melakukannya). Demi Allah, aku selamanya tidak akan beriman percaya kepadamu, hingga kamu dapat membuat tangga ke langit, kemudian kamu menaikinya, sedangkan kami melihat dan menunggu hingga kamu sampai ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan suatu kitab yang terbuka dan disertai dengan empat malaikat yang mengiringimu, lalu mereka menyaksikan bahwa kamu benar-benar sesuai dengan apa yang kamu katakan." Maka pada saat itu juga Rasulullah saw. berpaling darinya dengan rasa sedih. Maka turunlah kepadanya wahyu yang menyitir apa yang telah dikatakan oleh Abdullah bin Abu Umayyah tadi, yaitu firman-Nya, "Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak akan percaya kepadamu.'.." (Q.S. Al-Isra 90) sampai dengan firman-Nya, "Tiada lain aku ini adalah seorang manusia yang menjadi rasul." (Q.S. Al-Isra 93)



aw takuuna laka jannatun min nakhiilin wa'inabin fatufajjira al-anhaara khilaalahaa tafjiiraan


91. atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya,
 
 

aw tusqitha alssamaa-a kamaa za'amta 'alaynaa kisafan aw ta/tiya biallaahi waalmalaa-ikati qabiilaan


92. atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.
 
 

aw yakuuna laka baytun min zukhrufin aw tarqaa fii alssamaa-i walan nu/mina liruqiyyika hattaa tunazzila 'alaynaa kitaaban naqrauhu qul subhaana rabbii hal kuntu illaa basyaran rasuulaan


93. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca". Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?"
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Murdawaih dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. berada di tengah kota Mekah, maka beliau berdoa seraya mengucapkan di dalam doanya itu, "Ya Allah, ya Rahman." Maka kala itu juga orang-orang musyrik berkata, "Lihatlah oleh kalian pemeluk agama baru ini; dia mencegah kita untuk menyeru (menyembah) kepada dua tuhan, sedangkan dia sendiri menyeru kepada dua tuhan juga." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (asmaul husna)'..." (Q.S. Al-Isra 110). Imam Bukhari dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula merendahkannya." (Q.S. Al-Isra 110). Imam Bukhari mengatakan, bahwa ayat di atas diturunkan sewaktu Rasulullah saw. sedang bersembunyi di Mekah. Dan adalah Rasulullah saw. jika salat bersama dengan sahabat-sahabatnya, beliau selalu mengeraskan suara bacaan Alqurannya. Dan tersebutlah bahwa jika kaum musyrikin mendengar Alquran dibacakan, lalu mereka mencaci Alquran, Dzat yang menurunkannya dan orang yang menerimanya. Maka turunlah ayat tersebut. Imam Bukhari mengetengahkan pula hadis yang lain melalui Siti Aisyah r.a. bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah berdoa. Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui Ibnu Abbas r.a. Kemudian Ibnu Jarir mentarjihkan (menguatkan) riwayat yang pertama tadi, karena ia lebih sahih sanadnya, dan demikian pula Imam Nawawi dan lain-lainnya mentarjihkan riwayat yang pertama. Al-Hafizh Ibnu Hajar telah mengatakan, tetapi kedua riwayat tersebut dapat pula digabungkan pengertiannya, yaitu bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan berdoa dalam salat. Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui hadisnya Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa tersebutlah apabila Rasulullah saw. melakukan salat di dalam Baitullah, maka beliau mengeraskan bacaannya lalu turunlah ayat ini. Ibnu Jarir dan Imam Hakim mengetengahkan sebuah hadis melalui Siti Aisyah r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan bacaan tasyahhud (tahiyyat dalam salat). Hadis yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah ini menjelaskan makna yang dimaksud di dalam riwayat yang terdahulu tadi. Ibnu Mani' di dalam kitab musnadnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa kaum Muslimin selalu mengeraskan suara di dalam berdoa, yaitu, "Allahummarhamni" (Ya Allah, kasihanilah aku). Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan mereka supaya jangan mengeraskan dan jangan terlalu merendahkan suara mereka di dalam berdoa.
 
 

wamaa mana'a alnnaasa an yu/minuu idz jaa-ahumu alhudaa illaa an qaaluu aba'atsa allaahu basyaran rasuulaan


94. Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"
 
 

qul law kaana fii al-ardhi malaa-ikatun yamsyuuna muthma-inniina lanazzalnaa 'alayhim mina alssamaa-i malakan rasuulaan


95. Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul".
 
 

qul kafaa biallaahi syahiidan baynii wabaynakum innahu kaana bi'ibaadihi khabiiran bashiiraan


96. Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya".
 
 

waman yahdi allaahu fahuwa almuhtadi waman yudhlil falan tajida lahum awliyaa-a min duunihi wanahsyuruhum yawma alqiyaamati 'alaa wujuuhihim 'umyan wabukman washumman ma/waahum jahannamu kullamaa khabat zidnaahum sa'iiraan


97. Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.
 
 

dzaalika jazaauhum bi-annahum kafaruu bi-aayaatinaa waqaaluu a-idzaa kunnaa 'izhaaman warufaatan a-innaa lamab'uutsuuna khalqan jadiidaan


98. Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?"
 
 

awa lam yaraw anna allaaha alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha qaadirun 'alaa an yakhluqa mitslahum waja'ala lahum ajalan laa rayba fiihi fa-abaa alzhzhaalimuuna illaa kufuuraan


99. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu [868] bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.

[868] Maksudnya: waktu mereka mati atau waktu mereka dibangkitkan.
 
 

qul law antum tamlikuuna khazaa-ina rahmati rabbii idzan la-amsaktum khasyyata al-infaaqi wakaana al-insaanu qatuuraan


100. Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat kikir.


walaqad aataynaa muusaa tis'a aayaatin bayyinaatin fais-al banii israa-iila idz jaa-ahum faqaala lahu fir'awnu innii la-azhunnuka yaa muusaa mashuuraan


101. Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mu'jizat yang nyata [869], maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir".

[869] Mu'jizat yang sembilan itu ialah: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan, laut, dan bukit Thur.
 
 

qaala laqad 'alimta maa anzala haaulaa-i illaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi bashaa-ira wa-innii la-azhunnuka yaa fir'awnu matsbuuraan


102. Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa".
 
 

fa-araada an yastafizzahum mina al-ardhi fa-aghraqnaahu waman ma'ahu jamii'aan


103. Kemudian (Fir'aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia (Fir'aun) serta orang-orang yang bersama-sama dia seluruhnya,
 
 

waqulnaa min ba'dihi libanii israa-iila uskunuu al-ardha fa-idzaa jaa-a wa'du al-aakhirati ji/naa bikum lafiifaan


104. dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: "Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu )".
 
 

wabialhaqqi anzalnaahu wabialhaqqi nazala wamaa arsalnaaka illaa mubasysyiran wanadziiraan


105. Dan Kami turunkan (Al-Qur'an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
 
 

waqur-aanan faraqnaahu litaqra-ahu 'alaa alnnaasi 'alaa muktsin wanazzalnaahu tanziilaan


106. Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
 
 

qul aaminuu bihi aw laa tu/minuu inna alladziina uutuu al'ilma min qablihi idzaa yutlaa 'alayhim yakhirruuna lil-adzqaani sujjadaan


107. Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
 
 

wayaquuluuna subhaana rabbinaa in kaana wa'du rabbinaa lamaf'uulaan


108. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi".
 
 

wayakhirruuna lil-adzqaani yabkuuna wayaziiduhum khusyuu'aan


109. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.
 
 

quli ud'uu allaaha awi ud'uu alrrahmaana ayyan maa tad'uu falahu al-asmaau alhusnaa walaa tajhar bishalaatika walaa tukhaafit bihaa waibtaghi bayna dzaalika sabiilaan


110. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya [870] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".

[870] Maksudnya janganlah membaca ayat Al-Qur'an dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat didengar oleh ma'mum.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhiy yang menceritakan, bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, mereka mengatakan, bahwa Allah mempunyai seorang anak. Dan orang-orang Arab mengatakan, "Kami penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu (berhala) yang Kamu miliki sedangkan dia (sekutu itu) tidak mempunyai milik." Dan orang-orang Shabi'in dan orang-orang Majusi mengatakan, "Seandainya tidak ada penolong-penolong-Nya, maka niscaya Allah akan terhina." Maka turunlah firman-Nya, "Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya.'" (Q.S. Al-Isra 111).



waquli alhamdu lillaahi alladzii lam yattakhidz waladan walam yakun lahu syariikun fii almulki walam yakun lahu waliyyun mina aldzdzulli wakabbirhu takbiiraan


111. Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Ibnu Ishak yang ia terima dari salah seorang Syekh di Mesir yang ia terima pula dari Ikrimah, dan Ikrimah menerimanya dari sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy pada suatu ketika mengutus Nadhr ibnu Harits dan Uqbah ibnu Abu Mu'ith. kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy itu berpesan kepada para utusannya itu, "Tanyakanlah oleh kalian kepada mereka tentang Muhammad, mintalah kepada mereka agar menceritakan sifat-sifat Muhammad dan memberitakan tentang perkataannya, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang ahli kitab pertama. Pada mereka terdapat pengetahuan tentang perihal nabi-nabi yang tidak ada pada kita". Kemudian kedua utusan itu berangkat hingga sampai di Madinah, lalu mereka langsung bertanya kepada para pendeta Yahudi tentang Rasulullah saw. dan mereka menceritakan kepada para pendeta Yahudi itu tentang perkara dan sebagian perkataan yang telah diucapkannya. Lalu para pendeta Yahudi itu berpesan kepada para utusan orang-orang Quraisy, "Tanyakanlah kepadanya tentang tiga perkara, jika ia dapat menceritakannya kepada kalian, berarti ia benar-benar seorang nabi yang diutus. Jika ternyata ia tidak dapat menceritakannya berarti dia adalah lelaki pembual. Tanyakanlah kepadanya tentang para pemuda (Ash-habul Kahfi) di masa silam yang pergi mengasingkan diri daripada kaumnya; bagaimanakah perihal mereka?, karena sesungguhnya di dalam kisah mereka terdapat hal-hal yang mengherankan dan menakjubkan. Dan tanyakanlah kepadanya tentang seorang lelaki yang menjelajah Minangkori hingga sampai ke ujung Timur dan ke ujung Barat, bagaimanakah kisahnya? Dan tanyakanlah kepadanya tentang masalah roh, apakah roh itu?" Lalu kedua utusan itu kembali kepada orang-orang Quraisy, keduanya berkata, "Kami datang kepada kalian dengan membawa perkara yang memutuskan antara kalian dengan Muhammad". Maka mereka datang kepada Rasulullah saw. seraya menanyakan kepadanya tentang hal-hal tersebut. Rasulullah saw. menjawab, "Aku akan menceritakan apa yang kalian pertanyakan itu besok", tanpa mengucapkan kata-kata Insya Allah lagi. Setelah itu mereka pergi dan Rasulullah saw. diam selama lima belas malam menunggu wahyu turun, akan tetapi malaikat Jibril tidak muncul-muncul juga, sehingga penduduk kota Mekkah gempar. Sedangkan Rasulullah saw. merasa sedih dan susah dengan berhentinya wahyu, ia merasa berat atas pembicaraan yang dipergunjingkan oleh penduduk Mekkah mengenai dirinya. Kemudian malaikat Jibril datang dengan membawa surah Ash-habul Kahfi, yang di dalamnya terdapat teguran untuk dirinya, karena ia merasa sedih dengan perihal mereka. Di dalam surah Al Kahfi ini terkandung pula apa yang mereka tanyakan yaitu tentang perihal para pemuda dan lelaki yang menjelajah Minangkori, serta firman-Nya yang mengatakan, "Mereka bertanya kepadamu tentang roh." (Q.S. Al Isra 85) Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Abu Jahal ibnu Hisyam, An Nadhr ibnul Harits, Umayyah ibnu Khalaf, Al Ashi ibnu Wa'il, Al Aswad ibnu Abdul Muththalib dan Abul Buhturi berkumpul bersama segolongan orang-orang Quraisy. Rasulullah saw. merasa berat sekali terhadap apa yang ia perselisikan, yaitu pertentangan kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasihat-nasihat yang ia sampaikan buat mereka. Hal tersebut membuat diri Rasulullah saw. merasa sedih sekali, lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati sesudah mereka berpaling." (Q.S. Al Kahfi, 6)

No comments:

Post a Comment