Saat terjadi gerhana kita diperintahkan
untuk mengerjakan shalat gerhana. Seringnya, untuk gerhana matahari
diistilahkan dengan shalat kusuf, sedangkan untuk gerhana bulan dengan
shalat khusuf. Namun terkadang kedua istilah tersebut memiliki arti yang
sama. Artinya kusuf bisa digunakan untuk gerhana matahari dan bulan,
begitu juga khusuf.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda tentang gerhana ini,
إِنَّ
اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا
اَللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa
kepada Allah dan shalat sehingga kembali terang." (Muttafaq 'alaih)
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ
بِهِمَا عِبَادَهُ
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Tapi, Allah Ta'ala menakut-nakuti hamba-Nya dengan
keduanya." (Muttafaq 'alaih)
Terjadinya gerhana menjadi sebab
turunnya adzab kepada manusia karena kedurhakaaan mereka kepada Allah
dan Rasul-Nya. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa takut
dan mencegah turunnya musibah, yaitu beristighfar, berdzikir,
bertakbir, bershadaqah, membebaskan budak, dan juga shalat gerhana.
Waktu Pelaksanaannya
Waktu shalat gerhana bulan dimulai saat
terlihat gerhana sampai gerhana selesai, yakni bulan tersingkap
seluruhnya. Dasarnya adalah hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
"Maka apabila kalian melihat keduanya
(gerhana matahari dan bulan), maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah
sampai gerhana selesai." (HR. al-Bukhari)
Sementara waktu lewatnya shalat gerhana
bulan adalah dengan salah satu dari dua perkara: pertama, bulan sudah
tersingkap seluruhnya. Kedua, terbitnya matahari. Ada yang berpendapat,
dnegan hilangnya bulan (tenggelamnya). Apabila langit berawan dan ia
ragu apakah gerhana sudah selesai atau belum, maka masih dibolehkan
untuk mengerjakan shalat, karena pada asalanya gerhana itu masih
berlangsung." (Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: II/98)
Ringkasan Tatacara Shalat Gerhana
Tidak ada perselisihan di antara ulama,
shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang masyhur dari
pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua kali
bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam
Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.
Berikut ini kami ringkaskan tata cara pelaksanaan shalat gerhana berdasarkan hadits-hadits shahih:
- Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
- Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
- Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
- Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi.
** Disunnahkan
pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada adzan atau iqomah
sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu
beliau mengutus seorang untuk menyeru “Al-Shalatul Jami'ah,” maka
mereka berkumpul dan beliau maju bertakbir dan shalat dua rakaat dengan
empat ruku' dan empat sujud." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia mengatakan: "Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, diserukan “Al-Shalatul Jami'ah”. (HR. Al-Bukhari)
** Disunnahkan Imam
untuk memberikan nasihat kepada manusia dengan berkhutbah setelah
shalat, memperingatkan mereka agar tidak lalai dan memerintahkan mereka
supaya memperbanyak doa, istighfar, dan amal shalih. Hal ini didasarkan
pada hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah
selesai dari shalat, beliau berdiri dan berkhutbah kepada jama'ah.
Beliau memuji Allah dan menyanjungnya. Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ
مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ
عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ
تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa
kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. Kemudian beliau
bersabda: Wahai Umat Muhammad, demi allah, tidak ada seorangpun yang
lebih pencemburu daripada Allah. (Dia cemburu) hamba sahaya laki-laki
dan hamba sahaya perampuan-Nya berzina. Wahai umat Muhammad, demi Allah
kalau saja kalian tahu apa yang aku ketahui niscaya kalian sedikti
tertawa dan banyak menangis." (HR. Al-Bukhari)
No comments:
Post a Comment