وأركان الحج أربعة: الإحرام مع النية والوقوف بعرفة والطواف بالبيت والسعي بين الصفا والمروة
SYARAT / RUKUN / TATA CARA HAJISyarat-syarat haji itu ada 4 (empat):
(a) Menjalankan ihram dengan niat (niat memasuki ibadah haji dengan mengenakan pakaian tak berjahit pada tanggal 9 Dzulhijjah);
(b) Wukuf (berhenti) di Arafah (setelah rembang matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah);
(c) Tawaf (berkeliling) di (sekitar) Ka’bah (7 kali). (masuk waktunya tengah malam Nahr / malam 10 Dzulhijjah. Akhir waktunya tak terbatas. Diakhirkannya di luar hari Nahr makruh. Diakhirkannya di luar hari-hari tasyriq sangat makruh).
(d) Sa’i (berjalan cepat pulang pergi) antaa bukit Safa dan Marwah (7 kali, dimulai dari Shofa dan diakhiri pada Marwah).
Pengertian Rukun haji adalah syarat wajib yang harus dilakukan oleh orang islam saat menunaikan ibadah haji. Rukun haji yaitu niat ihram, thawaf, sa'i, wukuf, tahalul, tertib. Rukun haji harus dilaksanakan, apabila ada salah satu yang tidak dilaksanakan maka ibadah hajinya tidak sah.
Rukun-Rukun Haji
1. Niat Ihrom
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”
(Qs. Al-Bayyinah: 5)
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Mutafaqun 'Alaih)
Wajib ihram (*Dikutip dari Rumaysho.com) :
Ihram dari miqot. Tidak memakai pakaian berjahit (yang menunjukkan lekuk
badan atau anggota tubuh). Laki-laki tidak diperkenankan memakai baju,
jubah, mantel, imamah, penutup kepala, khuf atau sepatu (kecuali jika
tidak mendapati khuf). Wanita tidak diperkenankan memakai niqob (penutup
wajah) dan sarung tangan.
Bertalbiyah.
Sunnah ihram:
- Mandi.
- Memakai wewangian di badan.
- Memotong bulu kemaluan, bulu ketiak, memendekkan kumis, memotong kuku
sehingga dalam keadaan ihram tidak perlu membersihkan hal-hal tadi,
apalagi itu terlarang saat ihram.
- Memakai izar (sarung) dan rida’ (kain atasan) yang berwarna putih bersih dan memakai sandal.
- Sedangkan wanita memakai pakaian apa saja yang ia sukai, tidak mesti
warna tertentu, asalkan tidak menyerupai pakaian pria dan tidak
menimbulkan fitnah.
- Berniat ihram setelah shalat.
- Memperbanyak bacaan talbiyah.
- Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya, sebaiknya
dilakukan setelah shalat, setelah berniat untuk manasik. Namun jika
berniat ketika telah naik kendaraan, maka itu juga boleh sebelum sampai
di miqot. Jika telah sampai miqot namun belum berniat, berarti dianggap
telah melewati miqot tanpa berihram.
Lafadz talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ.لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ
لَبَّيْكَ.إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكُ.لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik.
Innalhamda wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”. (Aku menjawab
panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab
panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu,
tiada sekutu bagi-Mu). Ketika bertalbiyah, laki-laki disunnahkan
mengeraskan suara.
2. Wukuf di ‘Arafah
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اَلْحَجُّ عَرَفَةُ.
“Haji adalah wukuf di ‘Arafah.” (HR. Sunan Ibni Majah no. 2441, Sunan
at-Tirmidzi II/188, no. 890. Sunan an-Nasa-i V/264. Sunan Ibni Majah
II/1003, no. 3015. Sunan Abi Dawud V/425, no. 1933).
Berdasarkan hadits ath-Tha'i, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Muzdalifah ketika beliau
keluar untuk shalat, aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, aku
datang dari gunung kembar Thaya, tungganganku telah kubuat lemah, dan
diriku juga telah lelah, demi Allah aku tidak meninggalkan satu gunung
pun kecuali aku berhenti di sana, apakah aku mendapatkan haji?’ Beliau
menjawab.
مَنْ شَهِدَ صَلاتَنَا هَذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ
وَقَفَ بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ
حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ.
“Barangsiapa yang mengikuti shalat kami (di Muzdalifah) lalu bermalam
bersama kami hingga kami berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar
telah wukuf di ‘Arafah pada malam atau siang hari, maka hajinya telah
sempurna dan ia telah menghilangkan kotorannya.” (Sunan Ibni Majah no.
2442. Sunan at-Tirmidzi no. 892. Sunan Abi Dawud no. 1934. Sunan Ibnu
Majah no. 3016).
3. Menginap di Muzdalifah sampai terbit fajar dan shalat Shubuh di sana
Berdasarkan sabda beliau kepada ‘Urwah pada hadits tadi, “Barangsiapa
yang mengikuti shalat kami (di Muzdalifah), lalu bermalam bersama kami
hingga kami berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar telah wukuf di
‘Arafah pada malam atau siang hari, maka hajinya telah sempurna dan ia
telah menghilangkan kotorannya.” (Sunan Ibnu Majah no. 2442. Sunan
at-Tirmidzi no. 892. Sunan Abi Dawud no. 1934 Sunan Ibnu Majah no.
3016).
4. Thawaf Ifadhah
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“…Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Qs. Al-Hajj: 29)
Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Shafiyah binti Huyay
mengalami haidh setelah merampungkan thawaf Ifadhah.” Lalu ia berkata
lagi, “Kemudian hal tersebut aku beritahukan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pun bersabda, “Apakah ia akan
menghalangi kita (untuk pergi)?” “Wahai Rasulullah, ia telah thawaf
Ifadhah, ia telah thawaf mengelilingi Ka’bah lalu haidh setelah thawaf
Ifadhah,” jawabku. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Kalau begitu kita berangkat. (Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari
(III/567, no. 1733. Shahiih Muslim II/964, no. 1211. Sunan Abi Dawud no.
1987).
Sabda beliau, “Apakah ia akan menghalangi kita (untuk pergi)?”
Menunjukkan bahwa thawaf ini harus dikerjakan, thawaf ini dapat
menghalangi kepergian orang yang belum melaksanakannya.
5. Sa’i antara Shafa dan Marwah
Berdasarkan sa’inya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sabda beliau:
اِسْعَوْا، إنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْيَ.
“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian.” (HR. Ahmad no. 277. Mustadrak al-Hakim IV/70).
Terdapat perbedaan dalam jumlah rukun haji. Ada yang menyebut 5 saja,
ada yang menyebut 6. Dalam kitab-kitab yang bermadzhab syafi'i, rukun
haji ada enam ditambah dengan Tertib.
No comments:
Post a Comment