Showing posts sorted by date for query lemah lembut. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query lemah lembut. Sort by relevance Show all posts

Thursday, August 9, 2018

Surah » Al-Maidah » Ayat: 54 » Jumlah Ayat: 120

INDEX AL-QURA                  TOPIK DALAM AL_QUR"AN


Ayat 54

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ


innamaa waliyyukumu allaahu warasuuluhu waalladziina aamanuu alladziina yuqiimuuna alshshalaata wayu/tuuna alzzakaata wahum raaki'uuna 

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Al-Ma'idah 5:54)

(يا أيها الذين آمنوا من يرتد) بالفك والإدغام يرجع (منكم عن دينه) إلى الكفر إخبار بما علم الله وقوعه وقد ارتد جماعة بعد موت النبي صلى الله عليه وسلم (فسوف يأتي الله) بدلهم (بقوم يحبهم ويحبونه) قال صلى الله عليه وسلم: "" هم قوم هذا وأشار إلى أبي موسى الأشعري "" رواه الحاكم في صحيحه (أذلة) عاطفين (على المؤمنين أعزة) أشداء (على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم) فيه كما يخاف المنافقون لوم الكفار (ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله واسع) كثير الفضل (عليم) بمن هو أهله، ونزل لما قال ابن سلام يا رسول الله إن قومنا هجرونا.

(Hai orang-orang yang beriman! Siapa yang murtad) yartadda pakai idgam atau tidak; artinya murtad atau berbalik (di antara kamu dari agamanya) artinya berbalik kafir; ini merupakan pemberitahuan dari Allah swt. tentang berita gaib yang akan terjadi yang telah terlebih dahulu diketahui-Nya. Buktinya setelah Nabi Muhammad saw. wafat segolongan umat keluar dari agama Islam (maka Allah akan mendatangkan) sebagai ganti mereka (suatu kaum yang dicintai oleh Allah dan mereka pun mencintai-Nya) sabda Nabi saw., "Mereka itu ialah kaum orang ini," sambil menunjuk kepada Abu Musa Al-Asyari; riwayat Hakim dalam sahihnya (bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap keras) atau tegas (terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut akan celaan orang yang suka mencela) dalam hal itu sebagaimana takutnya orang-orang munafik akan celaan orang-orang kafir. (Demikian itu) yakni sifat-sifat yang disebutkan tadi (adalah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui) akan yang patut menerimanya. Ayat ini turun ketika Ibnu Salam mengadu kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah! Kaum kami telah mengucilkan kami!" (Tafsir Al-Jalalain, Al-Ma'idah 5:54)

SEBAB TURUNNYA AYAT: 

 Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dalam kitab Al-Awsath melalui sanad yang di dalamnya banyak terdapat rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal) dari Ammar bin Yasir yang menceritakan, "Pada suatu hari datang seorang pengemis kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan waktu itu Ali sedang rukuk dalam salat sunah. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Lalu turunlah ayat, 'Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman...'" (Q.S. Al-Maidah 55). Dan hadis ini mempunyai syahid (saksi) dari hadis lain yang memperkuatnya. Abdurrazaq telah berkata, "Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya, 'Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya...' (Q.S. Al-Maidah 55), bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abu Thalib." Ibnu Murdawaih meriwayatkannya dari jalur lain, dari Ibnu Abbas dengan makna yang sama. Dan telah diketengahkan pula hadis yang serupa dari Ali secara langsung. Ibnu Jarir mengetengahkan dari Mujahid, dan juga Ibnu Abu Hatim dari Salamah Bin Kuhail hadis yang serupa; kesemuanya itu adalah saksi-saksi yang satu sama lainnya saling memperkuat.

Sunday, April 15, 2018

Muqaddimah QS.Al-Maidah

INDEX AL-QURA                  TOPIK DALAM AL_QUR"AN

Surat Al Maa'idah terdiri dari 120 ayat; termasuk golongan surat Madaniyyah. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Medinah, yaitu di waktu haji wadaa'. Surat ini dinamakan Al Maa'idah (hidangan) karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa a.s. meminta kepada Nabi Isa a.s. agar Allah menurunkan untuk mereka Al Maa'idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112). Dan dinamakan Al Uqud (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surat ini, dimana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan juga Al Munqidz (yang menyelamatkan), karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa a.s. penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah.

Pokok-pokok isinya.

1. Keimanan:
Bantahan terhadap orang-orang yang mempertuhankan Nabi Isa a.s.

2. Hukum-hukum:
Keharusan memenuhi perjanjian; hukum melanggar syi'ar Allah; makanan yang dihalalkan dan diharamkan; hukum mengawini ahli kitab; wudhu'; tayammum; mandi; hukum membunuh orang; hukum mengacau dan mengganggu keamanan; hukum qishaas; hukum melanggar sumpah dan kafaaratnya; hukum binatang waktu ihram; hukum persaksian dalam berwasiat.

3. Kisah-kisah:
Kisah-kisah Nabi Musa a.s. menyuruh kaumnya memasuki Palestina; kisah Habil dan Qabil, kisah-kisah tentang Nabi Isa a.s.

4. Dan lain-lain:
Keharusan bersifat lemah lembut terhadap sesama mukmin bersikap keras terhadap orang-orang kafir; penyempurnaan Agama Islam di zaman Nabi Muhammad s.a.w.; keharusan jujur dan berlaku adil; sikap dalam menghadapi berita-berita bohong; akibat berteman akrab dengan orang yang bukan muslim; kutukan Allah terhadap orang-orang Yahudi, kewajiban rasul hanya menyampaikan agama; sikap Yahudi dan Nasrani terhadap orang Islam; Ka'bah sokoguru kehidupan manusia; peringatan Allah supaya meninggalkan kebiasaan Arab jahiliyah; larangan-larangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengakibatkan kesempitan dalam agama. 

Saturday, February 10, 2018

HAK ASUH ANAK

https://hsssnwwwayyya58.blogspot.co.id/2017/12/fathul-qorib-mujib.html 



"فصل"
وإذا فارق الرجل زوجته وله منها ولد فهي أحق بحضانته إلى سبع سنين ثم يخير بين أبويه فأيهما اختار سلم إليه, وشرائط الحضانة سبع العقل والحرية والدين والعفة والأمانة والإقامة والخلو من زوج فإن اختل منها شرط سقط
(Fasal)
Dan ketika seorang lelaki menceraikan istrinya dan mempunyai anak maka sang ibu lebih berhak merawatnya sampai umur tujuh tahun, kemudian setelah umur tujuh tahun anak disuruh memilih antara bapak dan ibu, mana yang dipilih anak maka disana dia diserahkan.
Dan syarat merawat itu ada tujuh:
1. Berakal
2. Merdeka
3. Mempunyai sifat iffah
4. Amanah
5. Bermukim
6. Belum memiliki istri/suami baru
Apabila ada salah satu sarat yang tidak dimiliki maka gugur.

 Islam mengistilahkan hak pengasuhan tersebut dengan hidlaanah (حِضَانَةٌ). Hidlaanah menurut definisi syar’iy maksudnya adalah : حفظ من لا يستقل بأمره، وتربيته عما يهلكه، أو يضره. “Penjagaan/pemeliharaan anak yang belum mampu mandiri untuk mengurusi dirinya sendiri, pendidikannya, serta (pemeliharaan) dari segala sesuatu yang dapat membinasakannya atau membahayakannya”. Begitulah yang dikatakan Ash-Shan’aniy rahimahullah dalam Subulus-Salam (3/617, ta’liq : Al-Albaaniy; Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1427).

Lantas, siapakah pihak yang paling berhak di antara mantan suami istri itu terhadap anak-anaknya ? Mari kita perhatikan riwayat berikut :

 حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ السُّلَمِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ أَبِي عَمْرٍو يَعْنِي الْأَوْزَاعِيَّ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ بَطْنِي لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِي وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي 

Telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Khaalid As-Sulamiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid, dari Abu ‘Amru – yaitu Al-Auza’iy - : Telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya ‘Abdullah bin ‘Amru : Bahwasannya ada seorang wanita berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya anakku ini, perutku adalah tempatnya, dan puting susuku adalah tempat minumnya, dan pangkuanku adalah rumahnya; sedangkan ayahnya telah menceraikanku dan ingin memisahkanya dariku”. Lalu Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya : “Engkau lebih berhak terhadapnya selama engkau belum menikah” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2276; hasan].

Hadits ini menjadi dalil bahwa ibu lebih berhak dalam pengasuhan anak, selama ia belum menikah kembali dengan laki-laki lain. ‘Umar radliyallaahu ‘anhu pernah menceraikan istrinya yang kemudian keduanya berselisih tentang hak pengasuhannya anaknya. Lalu keduanya mengadukan perkara tersebut kepada Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu, lalu ia (Abu Bakr) berkata :

"ريحها، وحرّها، وفرشها خير له منك حتى يَشِب ويختار لنفسه"

(Sesungguhnya) keharuman wanita itu, kehangatannya, dan tempat tidurnya lebih baik bagi anak itu daripada engkau (‘Umar), hingga ia mampu memilih yang baik bagi dirinya sendiri” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 7/154 no. 12601; hasan].

 Ash-Shan’aaniy rahimahullah kembali berkata :

 ودلّ الحديث على أن الأم إذا نكحت، سقط حقها من الحضانة؛ وإليه ذهب الجماهير؛ قال ابن المنذر : أجمع على هذا كل من أحفظ عنه من أهل العلم. وذهب الحسن وابن حزم إلى عدم سقوط الحضانة بالنكاح، واستدل بأن أنس بن مالك كان عند والدته وهي مزوّجة، وكذا أم سلمة تزوجت بالنبي صلى الله عليه وآله وسلم وبقى ولدها في كفالتها، وكذا ابنة حمزة قضى بها النبي صلى الله عليه وسلم الخالتها وهي مزوجة. قال : وحدث ابن عمرو المذكور فيه مقال؛ فإنه صحيفة؛ يريد : لأنه قد قيل : إن حديث عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده صحيفة. وأجيب عنه بأن حديث عمرو بن شعيب قبله الأئمة وعلموا به؛ البخاري وأحمد وابن المديني والحميدي وإسحاق بن راهويه وأمثالهم؛ فلا يلتفت إلى القدح فيه. وأما ما احتج به، فإنه لا يتم دليلا إلا مع طلب من تنتقل إليه الحضانة ومنازعته. وأما مع عدم طلبه، فلا نزاع في أن للأم المزوجة أن تقوم بولدها، ولم يذكر في القصص المذكورة أنه حصل نزاع في ذلك؛ فلا دليل فيما ذكره على ما ادعاه. “

Hadits ini (riwayat Abu Dawud di atas) menunjukkan bahwa ibu apabila ia telah menikah, maka gugurlah haknya dari asuhan dan pemeliharaan anaknya. Demikianlah menurut pendapat mayoritas ulama. Ibnul-Mundzir berkata : ‘Telah disepakati pendapat seperti ini dari setiap ulama yang menghapal hadits tersebut. Al-Hasan dan Ibnu Hazm berpendapat : Tidak gugur hak pemeliharaan oleh ibunya dikarenakan pernikahannya. Mereka berdalil bahwasannya Anas bin Maalik tetap berada dalam pemeliharaan ibunya yang telah menikah lagi. Demikian pula Ummu Salamah yang kemudian menikah dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, sedangkan anaknya tetap dalam pemeliharaannya. Demikian pula anak perempuan Hamzah telah diputuskan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi sallam untuk dipelihara bibinya padahal ia telah menikah lagi’. Ia berkata : Dan hadits Ibnu ‘Amru di atas terdapat pembicaraan, karena periwayatan itu berasal dari shahiifah. Maksudnya : Sesungguhnya hadits ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berasal dari shahiifah. Dijawab : Bahwasannya hadits ‘Amru bin Syu’aib diterima para imam dan mereka beramal dengannya, diantaranya : Al-Bukhaariy, Ahmad, Ibnul-Madiiniy, Al-Humaidiy, Ishaaq bin Raahawaih, dan yang lainnya. Maka, tidak selayaknya memperhatikan celaan/kritik pada hadits tersebut. Adapun hadits yang mereka jadikan dalil (untuk menetapkan hak pengasuhan ibu tidak gugur dengan adanya pernikahan), maka ia tidak sempurna menjadi dalil, kecuali bersama permintaan orang/laki-laki terhadap pemindahan pengasuhan dan pemisahan anaknya itu (dari ibunya). Apabila tidak disertai permintaan, maka sepakat, bahwa ibunya yang telah menikah lagi masih berhak mengasuh anaknya itu. Tidak disebutkan dalam cerita/kisah tersebut bahwa pernah terjadi perselisihan/gugatan (tentang hak pengasuhan anak). Oleh karena itu, tidak ada bukti tentang sesuatu yang ia sebutkan untuk menguatkan pendapatnya itu” [Subulus-Salaam, 3/618-619].

Shiddiq Hasan Khaan menambahkan jawaban yang diberikan Ash-Shan’aaniy rahimahumallah di atas :

ويجاب عن ذلك؛ بأن موجود البقاء مع عدم المنازع لا يحتج به؛ لاحتمال أنه لم يبق له قريب غيرها.

Jawaban atas hal itu :
Tinggalnya seorang anak bersama ibu tanpa gugatan (dari pihak lain) tidak bisa dijadikan hujjah, karena ada kemungkinan anak itu tidak mempunyai keluarga dekat selain ibunya” [At-Ta’liiqaatur-Radliyyah ‘alar-Raudlatin-Nadliyyah oleh Al-Albaaniy, 2/336; Daar Ibnu ‘Affaan, Cet. 1/1423].

 Namun jika anak tersebut telah menginjak usia tamyiiz, maka ia (si anak) berhak memilih kepada siapa ia akan tinggal/ikut antara ayahnya atau ibunya.

 حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ وَأَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ عَنْ هِلَالِ بْنِ أُسَامَةَ أَنَّ أَبَا مَيْمُونَةَ سَلْمَى مَوْلًى مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ رَجُلَ صِدْقٍ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ فَارِسِيَّةٌ مَعَهَا ابْنٌ لَهَا فَادَّعَيَاهُ وَقَدْ طَلَّقَهَا زَوْجُهَا فَقَالَتْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَرَطَنَتْ لَهُ بِالْفَارِسِيَّةِ زَوْجِي يُرِيدُ أَنْ يَذْهَبَ بِابْنِي فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اسْتَهِمَا عَلَيْهِ وَرَطَنَ لَهَا بِذَلِكَ فَجَاءَ زَوْجُهَا فَقَالَ مَنْ يُحَاقُّنِي فِي وَلَدِي فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اللَّهُمَّ إِنِّي لَا أَقُولُ هَذَا إِلَّا أَنِّي سَمِعْتُ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَاعِدٌ عِنْدَهُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ زَوْجِي يُرِيدُ أَنْ يَذْهَبَ بِابْنِي وَقَدْ سَقَانِي مِنْ بِئْرِ أَبِي عِنَبَةَ وَقَدْ نَفَعَنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَهِمَا عَلَيْهِ فَقَالَ زَوْجُهَا مَنْ يُحَاقُّنِي فِي وَلَدِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا أَبُوكَ وَهَذِهِ أُمُّكَ فَخُذْ بِيَدِ أَيِّهِمَا شِئْتَ فَأَخَذَ بِيَدِ أُمِّهِ فَانْطَلَقَتْ بِهِ 

Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Hulwaaniy: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq dan Abu ‘Aashim, dari Ibnu Juraij: Telah mengkhabarkan kepadaku Ziyaad, dari Hilaal bin Usaamah : Bahwasannya Abu Maimuunah Salmaa mantan budak penduduk Madinah yang termasuk orang jujur, berkata : Ketika aku sedang duduk bersama Abu Hurairah, datang kepadanya seorang wanita Persia yang membawa anaknya - keduanya mengklaim lebih berhak terhadap anak tersebut -, dan suaminya telah menceraikannya. Wanita tersebut berkata menggunakan bahasa Persia : “Wahai Abu Hurairah, suamiku ingin pergi membawa anakku”. Kemudian Abu Hurairah berkata kepadanya menggunakan bahasa asing : “Undilah anak tersebut”. Kemudian suaminya datang dan berkata : “Siapakah yang menyelisihiku mengenai anakku ?”. Kemudian Abu Hurairah berkata : “Ya Allah, aku tidak mengatakan hal ini kecuali karena aku telah mendengar seorang wanita datang kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sementara aku duduk di sisinya, kemudian ia berkata : ‘Wahai Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya suamiku hendak pergi membawa anakku, sementara ia telah membantuku mengambil air dari sumur Abu 'Inaabah, dan ia telah memberiku manfaat’. Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : ‘Undilah anak tersebut !’. Kemudian suaminya berkata : ‘Siapakah yang akan menyelisihiku mengenai anakku ?’. Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata : ‘Ini adalah ayahmu dan ini adalah ibumu, gandenglah tangan salah seorang diantara mereka yang engkau kehendaki!’. Kemudian anak itu menggandeng tangan ibunya, lalu wanita tersebut pergi membawanya” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2277; shahih].

Al-Khaththaabiy rahimahullah berkata :

" هذا في الغلام الذي قد عقل واستغنى عن الحضانة، وإذا كان كذلك خير بين والديه"

Ini berlaku pada anak yang telah berakal (tamyiiz) dan tidak membutuhkan pengasuhan lagi. Jika keadaan seperti itu, maka ia disuruh memilih antara ayah atau ibunya (yang hendak ia ikuti)” [‘Aunul-Ma’buud, 6/373, tahqiq : ‘Abdurrahman Muhammad ‘Utsmaan].

Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :

 قد ثبت التخييرُ عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم في الغلام، من حديث أبي هريرة:وثبت عن الخلفاء الراشدين، وأبي هريرة، ولا يُعرف لهم مخالفٌ في الصحابة ألبتة، ولا أنكره منك. قالوا: وهذا غايةٌ في العدل الممكن، فإن الأمَّ إنما قُدِّمتْ في حال الصغر لحاجة الولد إلى التربية والحمل والرضاع والمداراة التي لا تتهيأ لِغير النساء، وإلا فالأمُّ أحد الأبوين، فكيف تُقدَّم عليه؟ فإذا بلغ الغلام حداً يُعْرِبُ فيه عن نفسه، ويستغني عن الحمل والوضع وما تُعانيه النساء، تساوى الأبوانِ، وزال السببُ الموجبُ لتقديم الأم، والأبوانِ متساويانِ فيه، فلا يُقَدَّمُ أحدُهما إلا بمرجِّح، والمرجِّحُ إما من خارج، وهو القرعةُ، وإما من جهة الولد، وهو اختيارُه، وقد جاءت السنةُ بهذا وهذا، وقد جمعهما حديثُ أبي هريرة، فاعتبرناهما جميعاَ، ولم ندفع أحدهما بالآخر. وقدمنا ما قدمه النبيّ صلى الله عليه وسلم، وأخّرنا ما أخره، فقدم التخييرُ، لأن القُرعة إنما يُصار إليها إذا تساوت الحقوقُ مِن كل وجه، ولم يبق مرجِّحٌ سواها، وهكذا فعلنا هاهنا قدمنا أحدَهما بالاختيار، فإن لم يختر، أو اختارهما جميعاً، عدلنا إلى القُرعة، فهذا لو لم يكن فيه موافقة السنة، لكان مِن أحسن الأحكام، وأعدلها، وأقطعها للنزاع بتراضي المتنازعين. وفيه وجه آخر في مذهب أحمد والشافعي: أنه إذا لم يختر واحداً منهما كان عند الأم بلا قُرعة، لأن الحضانة كانت لها، وإنما ننقلُه عنها باختياره، فإذا لم يختر، بقي عندها على ما كان. فإن قيل: فقد قدمتُمُ التخييرَ على القُرعة، والحديث فيه تقديمُ القُرعة أولاً، ثم التخيير، وهذا أولى، لأن القرعة طريق شرعي للتقديم عند تساوي المستحقين، وقد تساوى الأبوانِ، فالقياسُ تقديمُ أحدهما بالقُرعة، فإن أبيا القُرعة، لم يبق إلا اختيارُ الصبي، فيُرجح به، فما بالُ أصحابِ أحمد والشافعي قدَّموا التخييرَ على القرعة.

Telah shahih adanya hak pilih yang diriwayatan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang anak dalam hadits Abu Hurairah. Telah shahih pula ketetapan itu dari Khulafaaur-Raasyidiin dan Abu Hurairah dimana tidak diketahui adanya penyelisihan sedikitpun terhadap (pendapat) mereka dari kalangan shahabat; dan tidak pula ada pengingkaran. Bahkan mereka berkata : ‘Ini adalah keputusan yang paling adil’. Karena seorang ibu harus diutamakan/didahulukan untuk mengasuh anak kecil dalam hal mendidiknya, menggendongnya, menyusuinya, dan bersikap lemah-lembut kepadanya. Semuanya itu tidak mungkin akan didapati kecuali dari diri seorang wanita. Ia adalah salah satu di antara dua orang tua si anak; lantas bagaimana ia tidak diutamakan terhadap anak itu ? Apabila anak itu telah mencapai usia tertentu dan mampu menyampaikan isi hatinya, tidak perlu digendong dan dibawa-bawa lagi oleh seorang wanita, maka dalam hal tersebut kedua orang tua mempunyai kedudukan yang sama. Hak pendahuluan/pengutamaan terhadap ibu menjadi hilang karena keduanya mempunyai hak yang sama. Tidak boleh diutamakan salah satu di antara keduanya kecuali ada faktor khusus yang menyebabkan pengutamaan itu dilakukan. Faktor itu bisa bersifat eksternal, yaitu dengan pengundian; atau bersifat internal, yaitu berdasarkan pilihan dari anak itu sendiri. Terdapat hadits yang menjadi dasar atas kedua hal tersebut yang terkumpul pada hadits Abu Hurairah (sebagaimana telah disebutkan di atas – Abul-Jauzaa’). Hendaklah keduanya (suami istri) memakai dua cara ini, dan tidak menolak salah satu di antara keduanya. Kita mendahulukan apa-apa yang telah didahulukan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan mengakhirkan apa-apa yang beliau telah akhirkan. Yang pertama dilakukan adalah menyuruh si anak untuk memilih, karena undian hanya dilakukan bila terdapat hak yang sama kuat dalam pengasuhan anak dari segala sisi dimana tidak ada cara lain yang ditempuh selain dengan cara tersebut. Inilah yang kita lakukan dengan mendahulukan salah satu di antara keduanya (orang tua) dengan cara meberikan pilihan kepada si anak. Jika ia tidak memilih, atau ia memilih keduanya secara bersama-sama, baru beralih kepada cara pengundian. Seandainya saja tidak ada sunnah (dalil) yang mendasari pengundian ini, maka ini adalah pendapat yang paling baik dan adil (yang bisa diijtihadkan); yang bisa menghindari perselisihan sehingga kedua belah pihak dapat ridla menerima keputusan tersebut. Ada pendapat lain dari madzhab Ahmad dab Asy-Syaafi’iy : ‘Apabila anak tersebut tidak memilih salah satu di antara kedua orang tuanya, maka hak itu otomatis jatuh ke ibu tanpa harus melalui undian. Karena al-hidlaanah (pengasuhan) merupakan hak si ibu secara asal. Pemindahan hak asuh dari ibu tersebut hanya dapat dilakukan dengan pilihan si anak. Apabila ia tidak memilih, maka hak itu kembali ke asalnya (yaitu ibu)” [Zaadul-Ma’aad, 5/468-469; Muassasah Ar-Risaalah, Cet. 3/140].

 فمن قدمناه بتخيير 
 أو قرُعة أو بنفسه، فإنما نُقدِّمه إذا حصلت به مصلحة الولد، ولو كانت الأم أصون مِن الأب وأغيرَ منه قدمت عليه، ولا التفات إلى قرعة ولا اختيار الصبي في هذه الحالة، فإنه ضعيفُ العقل يؤثِرُ البطالة واللعب، فإذا اختار من يُساعِدُهُ على ذلك، لم يُلتفت إلى اختياره، وكان عند من هو أنفعُ له وأخيرُ، ولا تحتمِلُ الشريعة غيرَ هذا، “

Setiap anak yang kita berikan pilihan, baik dengan mengundi atau pilihan dirinya sendiri, yang semua itu dipertimbangkan untuk menghasilkan kemaslahatan bagi si anak. Seandainya ada seorang ibu yang lebih shaalih dan lebih bisa menjaga dibandingkan dengan ayahnya, maka ibunya lebih didahulukan daripada ayahnya. Tidak boleh hal ini dipalingkan pada cara undian atau pilihan si anak dalam keadaan seperti ini. Karena anak itu akalnya masih lemah, masih terpengaruh perkara sia-sia dan suka bermain-main. Jika ia memilih, maka tidak boleh pilihannya itu dipengaruhi oleh orang lain. Ia harus bersama dengan orang yang paling bermanfaat dan paling baik bagi dirinya. Syari’at tidak menetapkan hidlaanah selain dari cara ini” [idem, 5/474].

Thursday, February 1, 2018

Akhlaq

Akhlaq
Akhlaq mulia
Ihsan: 2:83, 2:112, 2:177, 2:195, 2:229, 3:134, 3:148, 3:172, 4:125, 4:128, 5:85, 5:93, 7:56, 7:161, 9:91, 9:100, 9:120, 10:26, 11:115, 12:22, 12:78, 12:90, 16:30, 16:90, 16:128, 17:7, 22:37, 28:14, 28:77, 29:69, 31:3, 31:22, 37:80, 37:105, 37:110, 37:121, 37:131, 39:10, 39:34, 46:12, 51:16, 53:31, 55:60, 77:44
Menyampaikan amanat: 2:283, 3:75, 4:2, 4:58, 8:27, 23:8, 70:32
Etika terhadap Allah: 2:32, 7:143, 11:45, 11:47, 18:24, 20:12, 20:84, 26:51, 27:19
Etika terhadap Nabi
Memanggil Nabi dengan namanya: 24:63, 49:4, 49:5
Meninggikan suara melebihi suara Nabi: 49:1, 49:2, 49:3
Etika berbicara dengan Nabi: 2:104, 49:3, 49:4, 49:5
Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya: 24:62
Pembicaraan khusus dengan Nabi: 58:12, 58:13
Istiqamah (teguh pendirian): 10:89, 11:112, 41:6, 42:15, 45:18, 46:13
Mendamaikan perselisihan antar manusia
Keutamaan mendamaikan perselisihan antar manusia: 2:182, 2:224, 4:35, 4:85, 4:114, 7:142, 8:1, 49:9, 49:10
Mendamaikan antara suami dan isteri: 2:232, 4:35, 4:128
Inabah (taubat): 11:75, 11:88, 13:27, 30:31, 30:33, 31:15, 34:9, 38:24, 38:34, 39:8, 39:17, 39:54, 40:13, 42:10, 42:13, 50:8, 50:33, 60:4
Infaq
Anjuran untuk berinfaq: 2:254, 2:261, 3:17, 3:92, 3:180, 14:31, 17:29, 25:67, 26:88, 32:16, 35:29, 36:47, 42:38, 51:19, 57:7, 57:10, 57:11, 57:18, 63:10, 64:16, 64:17, 73:20, 107:3
Infaq-pelindung dari api neraka: 2:177, 3:17, 3:134, 4:39, 8:60, 34:39, 51:19, 90:14, 90:15, 90:16, 92:18, 107:3
Ancaman bagi yang tidak meninfaqkan hartanya: 2:254, 3:180, 4:37, 9:34, 9:35, 50:25, 92:8
Melindungi janda-janda dan orang miskin: 2:177, 2:215, 4:8, 4:36, 18:79, 24:22, 69:34, 74:44, 76:8, 89:18, 90:16, 107:3
Mendahulukan kepentingan orang lain: 2:177, 59:9
Menyempurnakan takaran dan timbangan: 6:152, 7:85, 11:84, 11:85, 12:59, 12:88, 17:35, 26:181, 26:182, 26:183, 55:8, 55:9
Berbuat baik
Hakikat kebaikan: 2:177, 2:189
Keutamaan perbuatan baik
Keutamaan silaturahmi: 4:1, 8:75, 13:21, 13:25, 30:38, 33:6, 60:8
Berbuat baik merupakan sebaik-baik amalan: 2:224, 3:92, 3:134
Berbakti kepada kedua orang tua
Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar: 6:151, 17:23, 46:17
Yang patut dijadikan teman: 12:99, 12:100
Hubungan orang kafir dengan orang tuanya yang muslim: 29:8, 31:15, 58:22, 60:1, 60:8, 60:13
Silaturahmi
Dosa orang yang memutuskan hubungan silaturahmi: 2:27, 13:25, 47:23, 50:25
Sedekah kepada keluarga: 2:215, 50:25
Hubungan dengan saudara yang musyrik: 9:23, 29:8, 31:15, 58:22, 60:1, 60:2, 60:8, 60:9
Larangan membunuh anak karena takut miskin: 6:137, 6:140, 6:151, 17:31
Rendah diri dan khusyuk: 2:238, 3:17, 3:43, 3:199, 5:83, 7:55, 11:23, 14:37, 14:38, 14:40, 14:41, 17:109, 19:3, 19:4, 21:83, 21:87, 21:90, 23:2, 23:76, 25:64, 25:65, 30:26, 32:16, 33:35, 38:41, 39:9, 46:15, 57:16, 60:5, 79:45
Tolong menolong: 5:2, 48:29
Berserah diri: 20:72, 26:50, 39:38, 40:44
Takwa
Keutamaan takwa: 2:103, 2:189, 2:197, 2:203, 2:224, 3:15, 3:76, 3:120, 3:123, 3:133, 3:172, 3:179, 3:186, 3:198, 3:200, 4:77, 4:128, 4:129, 5:35, 5:65, 5:93, 5:100, 6:155, 7:26, 7:35, 7:96, 7:156, 7:169, 7:201, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:108, 12:57, 12:90, 12:109, 16:31, 16:128, 19:63, 24:52, 27:53, 36:45, 39:61, 39:73, 43:67, 49:13, 65:2, 65:3, 65:4, 65:5, 92:5
Sifat-sifat orang yang bertakwa: 2:3, 2:4, 3:115, 7:201, 8:34, 22:32, 23:57, 23:61, 49:3, 53:32
Menyeru pada ketakwaan: 2:41, 2:48, 2:194, 2:196, 2:197, 2:203, 2:223, 2:231, 2:233, 2:241, 2:278, 2:281, 2:282, 2:283, 3:50, 3:102, 3:123, 3:125, 3:130, 3:200, 4:1, 4:9, 4:128, 4:129, 4:131, 5:2, 5:4, 5:7, 5:8, 5:11, 5:35, 5:57, 5:88, 5:93, 5:96, 5:100, 5:108, 5:112, 6:51, 6:69, 6:72, 6:153, 6:155, 7:128, 8:1, 8:69, 9:119, 22:1, 30:31, 33:55, 33:70, 36:45, 37:124, 39:10, 39:16, 49:1, 49:12, 57:28, 58:9, 59:7, 59:18, 60:11, 64:16, 65:1, 65:10, 71:3
Jalan takwa: 2:21, 2:63, 2:177, 2:179, 2:183, 2:187, 7:171
Pahala takwa: 2:212, 3:15, 3:120, 3:133, 3:172, 3:179, 3:198, 4:77, 5:65, 5:100, 6:32, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:109, 9:123, 10:62, 10:63, 12:57, 12:109, 15:45, 16:30, 19:63, 19:85, 24:52, 25:15, 27:53, 39:20, 39:73, 64:16, 65:2, 68:34, 77:41, 78:31
Mengagungkan syi'ar Allah tanda ketakwaan hati: 5:2, 22:30, 22:32, 22:36, 22:37
Tawadhu (rendah diri): 7:199, 15:88, 17:37, 22:34, 25:63, 26:215, 31:18, 31:19
Taubat
Keutamaan taubat: 2:160, 2:222, 4:26, 4:27, 4:64, 5:34, 5:39, 7:153, 8:38, 9:3, 9:11, 9:74, 9:112, 11:3, 11:52, 11:90, 13:27, 17:25, 19:60, 20:82, 24:31, 25:70, 25:71, 28:67, 38:24, 38:25, 39:54, 40:7, 66:4, 66:8
Perintah bertaubat: 5:74, 7:153, 7:161, 9:104, 11:52, 11:61, 24:31, 39:54, 66:4, 66:8, 110:3
Waktu diterimanya taubat: 3:90, 4:17, 4:18, 6:158, 10:90, 10:91
Cara bertaubat: 2:37, 2:54, 2:160, 3:135, 4:64, 4:92, 4:110, 4:146, 5:74, 6:54, 7:23, 11:3, 12:97, 16:119, 24:5, 25:70, 25:71, 66:8
Tidak putus asa untuk mendapatkan ampunan: 3:135, 4:116, 4:146, 5:34, 5:39, 9:102, 9:118, 15:59, 16:119, 20:82, 25:70, 25:71, 27:11, 39:53, 71:10
Penyesalan adalah taubat: 3:135, 28:15, 68:32
Penyesalan yang tiada berarti: 5:31, 5:52, 6:27, 6:31, 7:5, 9:82, 10:51, 10:54, 18:42, 19:39, 21:14, 21:46, 21:97, 23:100, 23:106, 23:107, 25:27, 25:28, 26:100, 26:101, 26:102, 26:157, 28:47, 28:64, 33:66, 34:33, 37:20, 37:27, 37:28, 39:56, 39:57, 39:58, 40:52, 41:29, 43:38, 63:10, 66:7, 67:10, 68:31, 69:28, 69:50, 89:24
Orang yang diterima dan yang tidak diterima taubatnya
Taubat orang yang berzina: 4:16
Taubat pencuri: 5:39
Taubat pembunuh: 4:92
Taubat orang yang menuduh zina: 24:5
Taubat orang kafir: 3:89
Taubat orang murtad: 3:89
Taubat orang munafik: 4:146
Tawakkal: 3:122, 3:159, 3:160, 3:173, 4:81, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 8:49, 8:61, 9:51, 9:59, 9:129, 10:71, 10:84, 10:85, 11:56, 11:88, 11:123, 12:67, 13:30, 14:11, 14:12, 16:42, 16:99, 25:58, 26:217, 27:79, 29:59, 33:3, 33:48, 39:38, 42:10, 42:36, 58:10, 60:4, 64:13, 65:3, 67:29, 73:9
Berpendirian: 2:249, 2:250, 3:8, 3:144, 3:146, 3:147, 3:153, 4:104, 8:45, 26:50, 33:22, 47:35
Cinta karena Allah
Kewajiban mencintai Allah dan RasulNya: 2:165, 3:31, 9:24
Tanda cinta karena Allah: 3:31, 5:54, 59:9
Suka berbuat baik kepada orang bagian dari iman: 59:10
Keutamaan bersaudara karena Allah
Cinta Ilahi bagi orang yang bersaudara karena Allah: 8:63
Hubungan timbal balik dengan saudara: 8:72, 8:74, 24:61, 49:10, 90:17, 103:3
Menjaga rahasia: 66:3
Hikmah: 2:129, 2:151, 2:231, 2:251, 2:269, 3:48, 3:79, 3:81, 3:164, 4:54, 4:113, 5:110, 6:89, 12:22, 16:125, 17:1, 17:39, 21:74, 21:79, 26:21, 26:83, 28:14, 31:12, 33:34, 38:20, 43:63, 45:16, 54:5, 62:2
Sabar: 3:134, 23:96
Malu
Malu bagian dari kebenaran: 33:53
Takut kepada Allah: 2:40, 2:150, 2:197, 2:279, 2:283, 3:28, 3:30, 4:9, 4:77, 5:3, 5:28, 5:44, 5:94, 6:15, 7:56, 7:149, 7:205, 8:2, 8:48, 9:13, 9:18, 13:10, 13:12, 13:13, 13:21, 14:14, 16:50, 16:51, 17:57, 20:3, 21:49, 21:90, 22:35, 23:57, 23:60, 24:52, 27:10, 31:33, 32:16, 33:37, 33:39, 35:18, 36:11, 39:13, 39:16, 39:23, 49:10, 50:33, 52:26, 55:46, 59:13, 67:12, 70:27, 70:28, 71:13, 74:36, 76:10, 79:40, 87:10, 98:8
Berharap (raja'): 4:104, 5:84, 12:87, 13:12, 15:56, 17:57, 18:110, 39:9
Kasih sayang (rahmat)
Keutamaan dan perintah berkasih sayang: 17:24, 24:22, 90:17
Rahmat Allah mendahului kemurkaanNya: 2:64, 3:89, 3:155, 4:29, 4:64, 4:66, 4:147, 6:133, 7:56, 14:10, 23:75, 23:109, 24:14, 24:20, 24:21, 27:11, 33:24, 36:43, 36:44, 40:7, 40:9
Putus asa dari rahmat Allah: 12:87, 15:55, 15:56, 17:83, 30:36, 39:53
Rahmat di antara orang-orang beriman: 7:199, 48:29
Ridha: 9:51, 9:59, 88:9, 93:5, 98:8
Lemah lembut: 7:199, 17:28, 25:63, 48:29

Thursday, September 20, 2012

Bdan Permusyawaratan

No. Surah Terjemahan
1. Ali Imran
159

159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.




Asbabun Nuzul(sebab turunnya ayat)
2. Asy-Syuura
38

38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.




Asbabun Nuzul(sebab turunnya ayat)

Thursday, May 31, 2012

BIOGRAFI SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW


 

Nabi Muhammad saw berasal dari kabilah Quraisy, tepatnya keturunan Hasyim. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, cucu Hasyim. Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahb yang berasal dari keturunan Bani Zuhrah, salah satu kabilah Quraisy.

Setelah menikah, Abdullah melakukan pepergian ke Syam. Ketika pulang dari pepergian itu, ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu juga.

Setelah beberapa bulan dari wafatnya sang ayah berlalu, Nabi pamungkas para nabi lahir di bulan Rabi’ul Awal, tahun 571 Masehi di Makkah, dan dengan kelahirannya itu, dunia menjadi terang-benderang. Sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Makkah, ibundanya menyerahkan Muhammad kecil kepada Halimah Sa’diyah dari kabilah Bani Sa’d untuk disusui. Beliau tinggal di rumah Halimah selama empat tahun. Setelah itu, sang ibu mengambilnya kembali.

Dengan tujuan untuk berkunjung ke kerabat ayahnya di Madinah, sang ibunda membawanya pergi ke Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibundanya wafat dan dikebumikan di Abwa`, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah ibunda beliau wafat, secara bergantian, kakek dan paman beliau, Abdul Muthalib dan Abu Thalib memelihara beliau. Pada usia dua puluh lima tahun, beliau menikah dengan Khadijah yang waktu itu sudah berusia empat puluh tahun. Beliau menjalani hidup bersamanya selama dua puluh lima tahun hingga ia wafat pada usia enam puluh lima tahun.

Pada usia empat puluh tahun, beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia mewahyukan kepada beliau al-Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu untuk menandinginya. Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan memujinya karena kemuliaan akhlaknya.

Beliau hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat masyhur, beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di Madinah.
Bukti Kenabian Rasulullah saw

Secara global, kenabian seorang nabi dapat diketahui melalui tiga jalan:

1. Pengakuan sebagai nabi.
2. Kelayakan menjadi nabi.
3. Mukjizat.

Pengakuan Sebagai Nabi

Telah diketahui oleh setiap orang bahwa Rasulullah saw telah mengaku sebagai nabi di Makkah pada tahun 611 M., masa di mana syirik, penyembahan berhala dan api telah menguasai seluruh dunia. Hingga akhir usia, beliau selalu mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam, dan sangat banyak sekali di antara mereka yang mengikuti ajakan beliau itu.

Kelayakan Menjadi Nabi

Maksud asumsi di atas adalah seorang yang mengaku menjadi nabi harus memiliki akhlak dan seluruh etika yang terpuji, dari sisi kesempurnaan jiwa harus orang yang paling utama, tinggi dan sempurna, dan terbebaskan dari segala karakterisitik yang tidak terpuji. Semua itu telah dimiliki oleh Rasulullah saw. Musuh dan teman memuji beliau karena akhlaknya, memberitakan sifat-sifat sempurna dan kelakuan terpujinya dan membebaskannya dari setiap karakterisitik yang buruk.

Kesimpulannya, akhlak beliau yang mulia, tata krama beliau yang terpuji, perubahan dan revolusi yang beliau cetuskan di seanterao dunia, khususnya di Hijaz dan jazirah Arab, dan sabda-sabda beliau yang mulia berkenaan dengan tauhid, sifat-sifat Allah, hukum halal dan haram, serta nasihat-nasihat beliau telah membuktikan kelayakan beliau untuk menduduki kursi kenabian, dan setiap orang yang insaf tidak akan meragukan semua itu.
Mukjizat

Mukjizat dapat disimpulkan dalam lima hal:

1. Mukjizat akhlak.
2. Mukjizat ilmiah.
3. Mukjizat amaliah.
4. Mukjizat maknawiyah.
5. Mukjizat keturunan.

Mukjizat Akhlak

Sejak masa muda, Nabi Muhammad saw telah dikenal dengan kejujuran, amanat, kesabaran, ketegaran, dan kedermawanan. Dalam kesabaran dan kerendahan diri beliau tidak memiliki sekutu dan dalam kemanisan etika beliau tak tertandingi. “Sesungguhnya engkau berada di puncak akhlak yang agung.” Dalam memaafkan, beliau tak ada taranya. Ketika mendapatkan gangguan dan cemoohan masyarakatnya, beliau hanya berkata اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”Beliau selalu mengharapkan kebaikan seluruh umat manusia, penyayang dan belas-kasih terhadap mereka. “Ia belas-kasih dan pengasih terhadap Mukminin.”

Beliau tidak pernah menyembunyikan keceriaan wajah terhadap para sahabat dan selalu mencari berita tentang kondisi mereka. Beliau selalu memberikan tempat khusus kepada orang-orang baik di sisi beliau. Orang yang paling utama di sisi beliau adalah orang yang dikenal dengan kebajikanya terhadap Muslimin dan orang yang termulia adalah orang yang lebih bertindak toleran dan tolong-menolong terhadap umat Islam. Beliau tida pernah duduk dan bangun (dari duduk) kecuali dengan menyebut nama Allah dan mayoritasnya, beliau duduk menghadap ke arah Kiblat. Beliau tidak pernah menentukan tempat duduk khusus bagi dirinya. Beliau memperlakukan masyarakat sedemikian rupa sehingga mereka merasa dirinya adalah orang termulia di sisi beliau. Beliau tidak banyak berbiacara dan tidak pernah memotong pembicaraan seseorang kecuali ia berbicara kebatilan.

Beliau tidak pernah mencela dan mencerca seseorang. Beliau tidak pernah mencari-cari kesalahan orang lain. Budi pelerti beliau yang menyeluruh telah meliputi seluruh umat manusia. Beliau selalu sabar menghadapi perangai buruk bangsa Arab dan orang-orang yang asing bagi beliau. Beliau selalu duduk di atas tanah dan duduk bersama orang-orang miskin serta makan bersama mereka. Dalam makan dan berpakaian, beliau tidak pernah melebihi rakyat biasa. Setiap berjumpa dengan seseorang, beliau selalu memulai mengucapkan salam dan berjabat tangan dengannya. Beliau tidak pernah mengizinkan siapa pun berdiri (untuk menghormati)nya. Beliau selalu menghormati orang-orang berilmu dan berakhlak mulia. Dibandingkan dengan yang lain, beliau lebih bijaksana, sabar, adil, berani dan pengasih. Beliau selalu menghormati orang-orang tua, menyayangi anak-anak kecil dan membantu orang-orang yang terlantar. Sebisa mungkin, beliau tidak pernah makan sendirian. Ketika beliau meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan sekeping Dinar dan Dirham pun.

Keberanian beliau sangat terkenal sehingga Imam Ali as pernah berkata: “Ketika perang mulai memanas, kami berlindung kepada beliau.”

Rasa memaafkan beliau sangat besar. Ketika berhasil membebaskan Makkah, beliau memegang pintu Ka’bah seraya bersabda (kepada musyrikin Makkah): “Apa yang kalian katakan dan sangka sekarang?” Mereka menjawab: “Kami mengatakan dan menyangka kebaikan (terhadapmu). Engkau adalah seorang pemurah dan putra seorang pemurah. Engkau telah berhasil berkuasa terhadap kami. Engkau pasti mampu melakukan apa yang kau inginkan.” Mendengar pengakuan mereka ini, hati beliau tersentuh dan menangis. Ketika penduduk Makkah melihat kejadian itu, mereka pun turut menangis. Setelah itu beliau bersabda: “Aku mengatakan seperti apa yang pernah dikatakan oleh saudaraku Yusuf bahwa ‘Tiada cercaan bagi kalian pada hari ini. Allah akan mengampuni kalian, dan Ia adalah Lebih Pengasih dari para pengasih’.” (QS. Yusuf: 92) Beliau memaafkan seluruh kriminalitas dan kejahatan yang pernah mereka lakukan seraya mengucapkan sabda beliau yang spektakuler: “Pergilah! Kalian bebas.”

Mukjizat Ilmiah

Dengan merujuk kepada buku-buku yang memuat sabda, pidato dan nasihat-nasihat beliau secara panjang lebar, mukjizat ilmiah beliau ini dapat dipahami dengan jelas.

Mukjizat Amaliah

Dapat diakui bahwa seluruh perilaku beliau dari sejak lahir hingga wafat adalah sebuah mukjizat. Dengan sedikit merenungkan kondisi dan karakteristik masyarakat Hijaz, khususnya masyarakat kala itu, kemukjizatan seluruh perilaku beliau akan jelas bagi kita. Beliau bak sebuah bunga yang tumbuh di ladang duri. Beliau tidak hanya tidak terpengaruh oleh karakteristik duri-duri itu, bahkan beliau berhasil merubahnya. Beliau tidak hanya terpengaruh oleh kondisi kehidupan masyarakat kala itu, bahkan beliau berhasil mempengaruhi gaya hidup mereka.

Dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun, beliau telah berhasil melakukan empat pekerjaan besar dan fundamental meskipun banyak aral melintang dan problema yang melilit. Masing-masing pekerjaan itu dalam kondisi normal semestinya memerlukan usaha bertahun-tahun untuk dapat tegak berdiri sepanjang masa. Keempat pekerjaan besar itu adalah sebagai berikut:

Pertama, berbeda dengan agama-agama yang sedang berlaku pada masa beliau, beliau mendirikan sebuah agama baru yang bersifat Ilahi. Beliau telah berhasil menciptakan banyak orang beriman kepada agama tersebut sehingga sampai sekarang pun pengaruh spiritual beliau masih kuat tertanam di dalam lubuk hati ratusan juta pengikutnya. Menjadikan seseorang taat adalah sebuah pekerjaan yang mudah. Akan tetapi, menundukkan hati masyarakat, itu pun sebuah masyarakat fanatis dan bodoh tanpa syarat dan menjadikan mereka taat dari lubuk hati bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.

Kedua, dari kabilah-kabilah berpecah-belah yang selalu saling bermusuhan dan memiliki hobi berperang, beliau berhasil sebuah umat yang satu dan menjalin persaudaraan, persamaan, kebebasan dan kesatun kalimat dalam arti yang sebenarnya di antara mereka. Setelah beberapa tahun berlalu, beliau berhasil membentuk sebuah umat yang bernama umat Muhammad saw. Hingga sekarang umat ini masih eksis dan terus bertambah.

Ketiga, di tengah-tengah kabilah yang berpecah-belah, masing-masing memiliki seorang pemimpin, biasa melakukan pekerjaan secara tersendiri dan tidak pernah memiliki sebuah pemerintahan yang terpusat itu, beliau berhasil membentuk sebuah pemerintahan yang berlandaskan kepada kebebasan dan kemerdekaan yang sempurna. Dari sisi kekuatan dan kemampuan, pemerintahan ini pernah menjadi satu-satunya pemerintahan mutlak di dunia setelah satu abad berlalu.

Beliau pernah menulis enam surat dalam satu hari kepada para raja penguasa masa itu dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, raja-raja yang menganggap diri mereka berada di puncak kekuatan dan meremehkan kaum Arab.

Ketika surat beliau sampai ke tangan raja Iran dan melihat nama beliau disebutkan di atas namanya, ia marah seraya memerintahkan para suruhannya untuk pergi ke Madinah dan membawa Muhammad ke hadapannya.

Ya! Para raja itu berpikir bahwa bangsa Arab adalah sebuah bangsa yang tidak akan menunjukkan reaksi apa pun di hadapan pasukan kecil seperti bala tentara Habasyah. Bahkan, mereka akan lari tunggang-langgang meninggalkan Makkah dan kehidupan mereka, serta berlindung ke gunung-gunung. Mereka tidak dapat memahami bahwa bangsa Arab telah memiliki seorang pemimpin Ilahi dan mereka bukanlah bangsa Arab yang dulu lagi.

Keempat, dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun, beliau telah menetapkan dan menunjukkan sederetan undang-undang yang mencakup seluruh kebutuhan umat manusia. Undang-undang ini akan tetap kekal hingga hari Kiamat, dan mempraktikkannya dapat mendatangkan kebahagiaan umat manusia. Undang-undang ini tidak akan pernah layu. “Kehalalan Muhammad adalah halal selamanya hingga hari Kiamat dan keharamannya adalah haram selamanya hingga hari Kiamat.”[1] Undang-undang ini akan selamanya hidup kekal. Di hauzah-hauzah ilmiah selalu dibahas dan didiskusikan oleh para fuqaha besar dalam sebuah obyek pembahasan fiqih,



Mukjizat Ma’nawiyah

Mukjizat abadi beliau adalah al-Quran yang telah turun kepada beliau dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun, dan dari sejak saat itu hingga sekarang selalu mendapatkan perhatian dan penelaahan dari berbagai segi oleh seluruh masyarakat dunia. Kitab ini berhasil membangkitkan rasa heran para ilmuan dan sepanjang masa masih memiliki kekokohan dan kedudukannya yang mulia. Kitab ini terselamatkan dari segala bentuk tahrif, pengurangan dan penambahan. Ratusan tafsir dan buku tentang hakikat arti dan kosa katanya telah ditulis. Allah telah menjamin keterjagaannya dalam firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَ إِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
“Kami-lah yang telah menurunkan al-Quran ini dan Kami pulalah yang akan menjaganya.”

Mukjizat Keturunan

Salah satu mukjizat beliau yang lain adalah keturunan suci beliau yang terjaga dari dosa. Hanya kedudukan tinggi kenabianlah yang mampu menghaturkan putri-putri dan para imam ma’shum seperti ini kepada masyarakat. Seseorang yang sadar dengan memperhatikan ilmu, kehidupan, ucapan dan perilaku Ahlubait as akan mengakui bahwa setiap dari mereka, sebagaimana al-Quran, adalah dalil tersendiri atas kenabian Rasulullah saw. Seandainya tidak ada dalil lain untuk membuktikan kenabian Rasulullah saw kecuali keberadaan keturunan semacam itu, hal itu sudah mencukupi dan hujjah sudah sempurna. Pembahasan panjang-lebar tentang masalah ini tidak relevan untuk kesempatan pendek ini.

KARAKTER DAN KEUTAMAAN RASULLULLAH SAW

Salah satu karekter rasulullah saw yang paling menonjol adalah kemenangan tidak menjaga kan dia bangga hal ini bisa kita lihat diperang badar dan pembebasan kita makkah(fathu makkah) dan kekalahan tidak membuat dia putus asa dapat kita lihat pristiwa perang uhud bahkan dengan cekatan is mempersiapkan pasukan baru untuk menghadapi hamru"ul asad dan pengingkari perjanjian yang dilakukan kaum yahudi bani quraizah ,dan kewaspadaan beliau,selalu mengedek kekuatan musuh dengan teliti dan mempersiapkan segalanya.

Dia memperlakukan kaum dan pengikutnya dengan tujuan mempererat silaturrahmi dan selalu menamamkan rasa percaya diri dalam mereka is selalu mengasihi anak anak kecil dan mengayomi mereka.berbuat baik dengan fakir miskin dan terhadap hewan dia selalu menanamkan rasa kasih sayang dan melarang untuk menyakiti binatang
Salah satu contoh rasa prikemanusian rasul saw adalah ketika mengutus pasukan untuk berperang dengan musuh dia selalu berpesan tidak boleh menyerang kaum sipil,dia lebih memilih damai terhadap musuh dari pada berperang ketika berperang dia berpesan tidak boleh membunuh lanjut usia anak kecil perempuan dan mengniaya musuh yang sudah tidak berdaya
Ketika kaum quraisi minta suaka politik kepadanya ia tidak memberlakukan baikot ekonomi bahkan ia menyepakati import gandum dari yaman
Ia juga menyerukan realisasikan sebuah perdamaian dunia dan melarang peperanga kecuali hal yang darurat

USAHA RASUL SAW DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT &BERPRIKEMANUSIAN

Kedatangan rasul adalah sebuah rahmat bagi manusia semuanya is tidak pernah membedakan seseorang pun baik itu kulit putih atau kulit hitam dan dari suku bangsa mana,karma semua manusia itu makan dari rizki allah yang diberikan allah
Rasul saw mengajak manusia untuk
1:meningkatkan harkat martabat manusia ia bersabda semua manusia berasil dari adam dan ia berasal dari tanah
2: mengajak damai sebelum perang
3: memaafkan sebelom membalas
4: mempermudah seseorang sebelom membalas perbuatan
dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa peperangan yang dilaksanakan bertujuan untuk merealisasikan tujuan tujuan insani yang agung dan menuju kepada tatanan masyarakat yang berprikemanusian

ia telah membuktikan bahwa dirinya adalah sebuah rahmat bagi manusia dan alam semesta peristiwa itu bisa dilihat dari pembebasan kota makkah dangan segala kemenangan yang telah digapai saat itu ia tetap berbuat baik dengan musuh dan enggan untuk membalas dendam padahal ia dapat melaksanakan ia pernah memaafkan mereka dengan sabda"pergilah kalian karma kalian sekarang sudah bebas pada waktu perang dzatur riqa dia berasil menangkap pemimpin gauts bin al harits yang berusaha beberapa kali membunuh beliau akan tetapi tetap dimaafkan

rasul memperlakukan tawanan perang dengan baik ,ia telah membebaskan seorang tawanan perang dengan tangan dia sendiri disaat ia mendengar keluhan rasa sakit tangannya diikat.

RASUL SEBAGAI PANGLIMA PERANG
Kita bisa lihat keberasilan beliau dalam memenangkan peperangan dan menciptakan perdamaian dan mengujudkan manusia yang berakhlak dan memimpin pasukan dengan gagah berani

TATA KRAMA BERGAUL
Beliau tidak pernah sombong dalam pergaulan selalu tersenyum berbuat baik sesame manusia selalu menyenguk orang sakit tidak pernah memotong pembicaraan lawan tidak pernah mengangap dirinya mulia dari teman yang diajak bicara.Masih banyak lagi sipat2 rasul yang kita bisa dapat teladani.. mudah2an kita bisa dapat meniru akhlak rasulullah amin....

Detik-detik Sakaratul Maut Rasulullah SAW

Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya. Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.

Siapakah itu wahai anakku?
Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah.

Fatimah menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.

Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.

Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?

Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.

Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.

Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.

Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.

Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.

Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya. Seperti Allah dan Rasul mencintai kita semua. mudah mudahan kita berusaha untuk bisa menjadikan nabi muhammad sebagai huswatun hasanah dalam kehidupan kita amin

Referensi :

www.zainurie.wordpress.com
www.masjid.phpbb24.com
www.kaskus.us/showthread.php?t=7341229
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-nabi-muhammad-saw.html

Saturday, January 14, 2012

Akhlaq dan Adab

Akhlaq
Akhlaq mulia
Ihsan: 2:83, 2:112, 2:177, 2:195, 2:229, 3:134, 3:148, 3:172, 4:125, 4:128, 5:85, 5:93, 7:56, 7:161, 9:91, 9:100, 9:120, 10:26, 11:115, 12:22, 12:78, 12:90, 16:30, 16:90, 16:128, 17:7, 22:37, 28:14, 28:77, 29:69, 31:3, 31:22, 37:80, 37:105, 37:110, 37:121, 37:131, 39:10, 39:34, 46:12, 51:16, 53:31, 55:60, 77:44
Menyampaikan amanat: 2:283, 3:75, 4:2, 4:58, 8:27, 23:8, 70:32
Etika terhadap Allah: 2:32, 7:143, 11:45, 11:47, 18:24, 20:12, 20:84, 26:51, 27:19
Etika terhadap Nabi
Memanggil Nabi dengan namanya: 24:63, 49:4, 49:5
Meninggikan suara melebihi suara Nabi: 49:1, 49:2, 49:3
Etika berbicara dengan Nabi: 2:104, 49:3, 49:4, 49:5
Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya: 24:62
Pembicaraan khusus dengan Nabi: 58:12, 58:13
Istiqamah (teguh pendirian): 10:89, 11:112, 41:6, 42:15, 45:18, 46:13
Mendamaikan perselisihan antar manusia
Keutamaan mendamaikan perselisihan antar manusia: 2:182, 2:224, 4:35, 4:85, 4:114, 7:142, 8:1, 49:9, 49:10
Mendamaikan antara suami dan isteri: 2:232, 4:35, 4:128
Inabah (taubat): 11:75, 11:88, 13:27, 30:31, 30:33, 31:15, 34:9, 38:24, 38:34, 39:8, 39:17, 39:54, 40:13, 42:10, 42:13, 50:8, 50:33, 60:4
Infaq
Anjuran untuk berinfaq: 2:254, 2:261, 3:17, 3:92, 3:180, 14:31, 17:29, 25:67, 26:88, 32:16, 35:29, 36:47, 42:38, 51:19, 57:7, 57:10, 57:11, 57:18, 63:10, 64:16, 64:17, 73:20, 107:3
Infaq-pelindung dari api neraka: 2:177, 3:17, 3:134, 4:39, 8:60, 34:39, 51:19, 90:14, 90:15, 90:16, 92:18, 107:3
Ancaman bagi yang tidak meninfaqkan hartanya: 2:254, 3:180, 4:37, 9:34, 9:35, 50:25, 92:8
Melindungi janda-janda dan orang miskin: 2:177, 2:215, 4:8, 4:36, 18:79, 24:22, 69:34, 74:44, 76:8, 89:18, 90:16, 107:3
Mendahulukan kepentingan orang lain: 2:177, 59:9
Menyempurnakan takaran dan timbangan: 6:152, 7:85, 11:84, 11:85, 12:59, 12:88, 17:35, 26:181, 26:182, 26:183, 55:8, 55:9
Berbuat baik
Hakikat kebaikan: 2:177, 2:189
Keutamaan perbuatan baik
Keutamaan silaturahmi: 4:1, 8:75, 13:21, 13:25, 30:38, 33:6, 60:8
Berbuat baik merupakan sebaik-baik amalan: 2:224, 3:92, 3:134
Berbakti kepada kedua orang tua
Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar: 6:151, 17:23, 46:17
Yang patut dijadikan teman: 12:99, 12:100
Hubungan orang kafir dengan orang tuanya yang muslim: 29:8, 31:15, 58:22, 60:1, 60:8, 60:13
Silaturahmi
Dosa orang yang memutuskan hubungan silaturahmi: 2:27, 13:25, 47:23, 50:25
Sedekah kepada keluarga: 2:215, 50:25
Hubungan dengan saudara yang musyrik: 9:23, 29:8, 31:15, 58:22, 60:1, 60:2, 60:8, 60:9
Larangan membunuh anak karena takut miskin: 6:137, 6:140, 6:151, 17:31
Rendah diri dan khusyuk: 2:238, 3:17, 3:43, 3:199, 5:83, 7:55, 11:23, 14:37, 14:38, 14:40, 14:41, 17:109, 19:3, 19:4, 21:83, 21:87, 21:90, 23:2, 23:76, 25:64, 25:65, 30:26, 32:16, 33:35, 38:41, 39:9, 46:15, 57:16, 60:5, 79:45
Tolong menolong: 5:2, 48:29
Berserah diri: 20:72, 26:50, 39:38, 40:44
Takwa
Keutamaan takwa: 2:103, 2:189, 2:197, 2:203, 2:224, 3:15, 3:76, 3:120, 3:123, 3:133, 3:172, 3:179, 3:186, 3:198, 3:200, 4:77, 4:128, 4:129, 5:35, 5:65, 5:93, 5:100, 6:155, 7:26, 7:35, 7:96, 7:156, 7:169, 7:201, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:108, 12:57, 12:90, 12:109, 16:31, 16:128, 19:63, 24:52, 27:53, 36:45, 39:61, 39:73, 43:67, 49:13, 65:2, 65:3, 65:4, 65:5, 92:5
Sifat-sifat orang yang bertakwa: 2:3, 2:4, 3:115, 7:201, 8:34, 22:32, 23:57, 23:61, 49:3, 53:32
Menyeru pada ketakwaan: 2:41, 2:48, 2:194, 2:196, 2:197, 2:203, 2:223, 2:231, 2:233, 2:241, 2:278, 2:281, 2:282, 2:283, 3:50, 3:102, 3:123, 3:125, 3:130, 3:200, 4:1, 4:9, 4:128, 4:129, 4:131, 5:2, 5:4, 5:7, 5:8, 5:11, 5:35, 5:57, 5:88, 5:93, 5:96, 5:100, 5:108, 5:112, 6:51, 6:69, 6:72, 6:153, 6:155, 7:128, 8:1, 8:69, 9:119, 22:1, 30:31, 33:55, 33:70, 36:45, 37:124, 39:10, 39:16, 49:1, 49:12, 57:28, 58:9, 59:7, 59:18, 60:11, 64:16, 65:1, 65:10, 71:3
Jalan takwa: 2:21, 2:63, 2:177, 2:179, 2:183, 2:187, 7:171
Pahala takwa: 2:212, 3:15, 3:120, 3:133, 3:172, 3:179, 3:198, 4:77, 5:65, 5:100, 6:32, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:109, 9:123, 10:62, 10:63, 12:57, 12:109, 15:45, 16:30, 19:63, 19:85, 24:52, 25:15, 27:53, 39:20, 39:73, 64:16, 65:2, 68:34, 77:41, 78:31
Mengagungkan syi'ar Allah tanda ketakwaan hati: 5:2, 22:30, 22:32, 22:36, 22:37
Tawadhu (rendah diri): 7:199, 15:88, 17:37, 22:34, 25:63, 26:215, 31:18, 31:19
Taubat
Keutamaan taubat: 2:160, 2:222, 4:26, 4:27, 4:64, 5:34, 5:39, 7:153, 8:38, 9:3, 9:11, 9:74, 9:112, 11:3, 11:52, 11:90, 13:27, 17:25, 19:60, 20:82, 24:31, 25:70, 25:71, 28:67, 38:24, 38:25, 39:54, 40:7, 66:4, 66:8
Perintah bertaubat: 5:74, 7:153, 7:161, 9:104, 11:52, 11:61, 24:31, 39:54, 66:4, 66:8, 110:3
Waktu diterimanya taubat: 3:90, 4:17, 4:18, 6:158, 10:90, 10:91
Cara bertaubat: 2:37, 2:54, 2:160, 3:135, 4:64, 4:92, 4:110, 4:146, 5:74, 6:54, 7:23, 11:3, 12:97, 16:119, 24:5, 25:70, 25:71, 66:8
Tidak putus asa untuk mendapatkan ampunan: 3:135, 4:116, 4:146, 5:34, 5:39, 9:102, 9:118, 15:59, 16:119, 20:82, 25:70, 25:71, 27:11, 39:53, 71:10
Penyesalan adalah taubat: 3:135, 28:15, 68:32
Penyesalan yang tiada berarti: 5:31, 5:52, 6:27, 6:31, 7:5, 9:82, 10:51, 10:54, 18:42, 19:39, 21:14, 21:46, 21:97, 23:100, 23:106, 23:107, 25:27, 25:28, 26:100, 26:101, 26:102, 26:157, 28:47, 28:64, 33:66, 34:33, 37:20, 37:27, 37:28, 39:56, 39:57, 39:58, 40:52, 41:29, 43:38, 63:10, 66:7, 67:10, 68:31, 69:28, 69:50, 89:24
Orang yang diterima dan yang tidak diterima taubatnya
Taubat orang yang berzina: 4:16
Taubat pencuri: 5:39
Taubat pembunuh: 4:92
Taubat orang yang menuduh zina: 24:5
Taubat orang kafir: 3:89
Taubat orang murtad: 3:89
Taubat orang munafik: 4:146
Tawakkal: 3:122, 3:159, 3:160, 3:173, 4:81, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 8:49, 8:61, 9:51, 9:59, 9:129, 10:71, 10:84, 10:85, 11:56, 11:88, 11:123, 12:67, 13:30, 14:11, 14:12, 16:42, 16:99, 25:58, 26:217, 27:79, 29:59, 33:3, 33:48, 39:38, 42:10, 42:36, 58:10, 60:4, 64:13, 65:3, 67:29, 73:9
Berpendirian: 2:249, 2:250, 3:8, 3:144, 3:146, 3:147, 3:153, 4:104, 8:45, 26:50, 33:22, 47:35
Cinta karena Allah
Kewajiban mencintai Allah dan RasulNya: 2:165, 3:31, 9:24
Tanda cinta karena Allah: 3:31, 5:54, 59:9
Suka berbuat baik kepada orang bagian dari iman: 59:10
Keutamaan bersaudara karena Allah
Cinta Ilahi bagi orang yang bersaudara karena Allah: 8:63
Hubungan timbal balik dengan saudara: 8:72, 8:74, 24:61, 49:10, 90:17, 103:3
Menjaga rahasia: 66:3
Hikmah: 2:129, 2:151, 2:231, 2:251, 2:269, 3:48, 3:79, 3:81, 3:164, 4:54, 4:113, 5:110, 6:89, 12:22, 16:125, 17:1, 17:39, 21:74, 21:79, 26:21, 26:83, 28:14, 31:12, 33:34, 38:20, 43:63, 45:16, 54:5, 62:2
Sabar: 3:134, 23:96
Malu
Malu bagian dari kebenaran: 33:53
Takut kepada Allah: 2:40, 2:150, 2:197, 2:279, 2:283, 3:28, 3:30, 4:9, 4:77, 5:3, 5:28, 5:44, 5:94, 6:15, 7:56, 7:149, 7:205, 8:2, 8:48, 9:13, 9:18, 13:10, 13:12, 13:13, 13:21, 14:14, 16:50, 16:51, 17:57, 20:3, 21:49, 21:90, 22:35, 23:57, 23:60, 24:52, 27:10, 31:33, 32:16, 33:37, 33:39, 35:18, 36:11, 39:13, 39:16, 39:23, 49:10, 50:33, 52:26, 55:46, 59:13, 67:12, 70:27, 70:28, 71:13, 74:36, 76:10, 79:40, 87:10, 98:8
Berharap (raja'): 4:104, 5:84, 12:87, 13:12, 15:56, 17:57, 18:110, 39:9
Kasih sayang (rahmat)
Keutamaan dan perintah berkasih sayang: 17:24, 24:22, 90:17
Rahmat Allah mendahului kemurkaanNya: 2:64, 3:89, 3:155, 4:29, 4:64, 4:66, 4:147, 6:133, 7:56, 14:10, 23:75, 23:109, 24:14, 24:20, 24:21, 27:11, 33:24, 36:43, 36:44, 40:7, 40:9
Putus asa dari rahmat Allah: 12:87, 15:55, 15:56, 17:83, 30:36, 39:53
Rahmat di antara orang-orang beriman: 7:199, 48:29
Ridha: 9:51, 9:59, 88:9, 93:5, 98:8
Lemah lembut: 7:199, 17:28, 25:63, 48:29
Zuhud
Tentang dunia
Dunia penjara orang mukmin dan surga orang kafir: 2:214, 3:14, 7:51, 20:131, 28:61, 42:36
Kerendahan dunia: 3:14, 3:157, 3:185, 3:197, 4:74, 4:77, 4:94, 6:32, 6:130, 7:51, 7:169, 7:176, 8:67, 10:58, 11:15, 11:95, 13:26, 16:96, 16:107, 16:117, 18:8, 18:45, 20:72, 22:47, 26:88, 26:205, 26:207, 28:60, 28:61, 29:64, 30:55, 40:39, 42:36, 43:32, 43:35, 46:35, 47:36, 57:20, 87:17, 93:4
Singkatnya umur dunia: 7:24, 9:38, 10:24, 10:45, 11:68, 11:95, 17:52, 20:103, 20:104, 23:112, 23:113, 23:114, 28:61, 30:55, 40:39, 46:35, 77:46, 78:40, 79:46, 87:17
Dunia merupakan tempat ujian: 2:155, 2:212, 2:214, 3:140, 3:141, 3:142, 3:152, 3:166, 3:179, 3:186, 5:48, 6:42, 6:53, 6:70, 6:130, 6:165, 7:51, 7:94, 7:129, 7:163, 7:168, 8:17, 8:28, 9:16, 9:126, 11:118, 16:112, 18:7, 20:72, 21:35, 23:30, 25:20, 27:40, 29:2, 29:3, 29:10, 30:41, 31:33, 32:21, 33:11, 33:28, 33:29, 33:72, 34:21, 35:37, 39:49, 46:20, 47:4, 47:31, 52:47, 67:2, 68:17, 72:17, 75:36, 76:2, 89:15, 89:16
Cela dunia: 6:70, 6:130, 7:51, 7:169, 7:176, 8:67, 9:38, 10:23, 13:26, 14:3, 28:60, 28:61, 29:64, 42:36, 79:38, 87:17, 93:4
Hakikat zuhud di dunia: 3:157, 4:74, 13:26
Keutamaan zuhud dan pendek harapan: 3:157, 20:131, 28:80, 42:20
Perhatian terhadap dunia: 2:96, 2:200, 2:204, 2:212, 3:14, 3:145, 3:152, 4:134, 7:51, 7:169, 7:176, 9:38, 9:55, 9:85, 10:7, 11:15, 13:26, 14:3, 16:107, 28:83, 29:64, 30:7, 31:33, 35:5, 42:20, 45:35, 46:20, 53:29, 56:45, 57:14, 62:11, 63:9, 64:15, 75:20, 76:27, 79:38, 87:16, 102:1, 102:2, 104:2, 104:3
Ketenangan: 13:28, 39:23, 48:18, 48:26
Lapang dada: 3:134, 7:199, 24:12, 37:84, 59:9, 59:10
Mengadu kepada Allah: 26:117
Bersyukur
Bersyukur atas nikmat Allah: 2:152, 2:172, 2:239, 3:43, 3:123, 3:144, 3:145, 5:6, 5:89, 7:58, 7:144, 7:189, 14:7, 16:121, 27:40, 28:17, 28:73, 29:17, 31:12, 34:13, 39:66
Sabar
Kesabaran Allah atas kejahatan orang kafir: 3:181, 4:50, 6:108, 16:54, 17:40, 17:42
Para nabi adalah orang yang paling berat menerima ujian: 2:87, 2:91, 2:217, 3:21, 3:161, 3:183, 3:184, 4:113, 5:49, 5:70, 5:110, 6:10, 6:25, 6:34, 6:112, 7:60, 7:61, 7:66, 7:67, 7:77, 7:82, 7:88, 7:90, 7:109, 7:127, 7:131, 8:30, 9:40, 9:61, 10:65, 10:71, 10:76, 10:78, 11:12, 11:27, 11:32, 11:53, 11:54, 11:55, 11:62, 17:47, 17:103, 18:106, 19:46, 20:40, 20:63, 21:3, 21:5, 21:36, 21:41, 21:68, 21:74, 21:76, 21:87, 22:42, 22:43, 22:44, 23:33, 23:38, 23:70, 25:4, 25:5, 25:7, 25:8, 25:9, 25:20, 25:31, 25:41, 26:14, 26:27, 26:29, 26:34, 26:35, 26:111, 26:112, 26:116, 26:117, 26:123, 26:141, 26:153, 26:154, 26:160, 26:167, 26:169, 26:176, 26:185, 26:186, 26:187, 27:13, 27:47, 27:49, 27:56, 27:70, 28:24, 28:36, 28:48, 29:24, 29:29, 34:43, 34:45, 35:4, 35:25, 36:14, 36:15, 36:18, 36:30, 36:69, 37:36, 37:97, 37:106, 38:4, 38:6, 38:7, 38:14, 38:41, 40:5, 40:24, 40:25, 40:26, 40:28, 40:37, 43:7, 43:30, 43:52, 43:53, 44:14, 46:8, 46:22, 50:12, 50:13, 50:14, 51:39, 51:52, 52:30, 52:33, 54:9, 54:18, 54:23, 54:24, 54:25, 54:33, 60:1, 61:5, 66:10, 68:2, 68:51, 69:41, 69:42, 72:19, 81:22, 96:10, 108:3, 111:4
Perintah bersabar: 2:45, 2:153, 3:120, 3:146, 3:186, 3:200, 7:128, 8:46, 10:109, 11:49, 11:115, 16:127, 18:28, 19:65, 20:132, 25:20, 30:60, 31:17, 38:17, 40:55, 40:77, 46:35, 50:39, 52:48, 54:27, 68:48, 68:49, 70:5, 73:10, 74:7, 90:17
Ganjaran sabar: 2:153, 2:155, 2:157, 2:177, 2:249, 3:142, 3:200, 7:137, 8:46, 8:66, 11:11, 11:115, 12:90, 13:24, 16:96, 16:110, 16:126, 22:35, 23:111, 25:75, 28:54, 28:80, 29:59, 32:24, 33:35, 38:44, 39:10, 41:35, 42:43, 49:5, 76:12, 90:18, 103:3
Kapan kita harus bersabar
Sabar menghadapi penyakit: 2:214
Sabar dalam menghadapi sesuatu yang kita benci: 2:155, 2:156, 2:157, 2:177, 2:214, 2:217, 3:186, 7:125, 7:126, 16:42, 18:69, 28:24, 37:102, 94:5, 94:6
Sabar saat berperang: 2:177, 2:250, 3:125, 3:142, 3:146, 3:153, 3:200, 8:15, 8:16, 8:45, 8:46, 8:65, 8:66, 33:22
Jujur
Keutamaan berhati-hati dalam berbuat jujur: 2:177, 3:17, 5:119, 9:119, 33:8, 33:23, 33:24, 33:35, 39:33, 47:21, 49:15
Mematuhi pemimpin
Kewajiban mematuhi pemimpin: 4:59, 24:48, 24:51
Mendengar dan patuh pada selain maksiat: 4:59, 26:151, 26:152, 29:8, 31:15, 34:31, 34:32, 34:33, 60:12
Mengikuti pemimpin dalam jihad: 3:146, 3:152, 3:153, 3:172, 4:59
Adil: 3:18, 4:3, 4:58, 5:8, 5:42, 6:152, 7:29, 16:76, 16:90, 16:118, 49:9, 57:25
Menjaga kehormatan diri: 2:273, 4:6, 4:25, 5:5, 23:5, 24:30, 24:31, 24:33, 24:60, 33:35, 66:12, 70:29, 70:30
Memaafkan orang yang bersalah: 2:109, 3:134, 4:31, 4:149, 5:13, 7:199, 15:85, 23:96, 24:22, 41:34, 42:37, 42:40, 42:43, 43:89, 45:14, 64:14
Kepuasan: 9:59, 20:131
Memuliakan dan menerima tamu: 11:69, 18:77, 28:25, 51:26, 51:27
Bersandar kepada Allah: 2:250, 3:122, 4:45, 5:23, 6:17, 6:40, 6:41, 6:43, 7:55, 7:125, 7:149, 7:155, 7:156, 7:200, 8:49, 9:51, 9:59, 9:118, 9:129, 10:22, 11:56, 11:80, 11:123, 12:67, 12:86, 13:30, 16:53, 18:27, 19:48, 21:112, 23:26, 23:29, 25:30, 25:65, 26:12, 26:62, 26:117, 27:62, 28:21, 28:22, 28:24, 28:33, 29:30, 30:33, 33:3, 39:8, 40:56, 40:84, 44:20, 51:50, 54:10, 55:29, 58:1, 58:10, 60:4, 64:13, 67:29, 71:25, 72:22, 75:10, 75:11, 113:1
Pujian
Pujian Allah terhadap diriNya: 6:1, 7:54, 7:190, 8:40, 13:9, 13:12, 25:1, 25:61, 28:68, 28:70, 30:18, 31:11, 31:30, 32:7, 35:14, 67:1
Pujian manusia terhadap dirinya: 4:49, 53:32
Siaga: 2:177, 3:200
Waspada: 2:284, 3:29, 13:10
Cinta: 7:199, 30:21, 48:29
Nasihat: 4:63, 5:79, 7:159, 11:34, 24:17, 28:20, 28:76, 36:20, 90:17, 103:3
Keyakinan: 2:249, 26:24, 26:50, 26:62, 27:3, 33:22, 37:102
Akhlaq-Akhlaq buruk
Menuruti hawa nafsu: 2:120, 2:145, 4:135, 5:48, 5:49, 5:77, 6:56, 6:119, 6:150, 7:176, 18:28, 19:59, 20:16, 22:71, 25:43, 28:50, 30:29, 38:26, 42:15, 45:18, 45:23, 47:14, 47:16, 53:23, 54:3
Mengikuti prasangka: 3:154, 4:157, 6:116, 6:148, 10:36, 10:66, 53:23, 53:28
Berbaur dengan orang-orang bodoh: 4:140, 6:68, 7:199
Orang yang paling jelek di sisi Allah: 8:22, 8:55
Beretika buruk terhadap Allah: 2:26, 2:55, 2:68, 2:69, 2:70, 2:118, 5:24, 8:31, 25:21, 25:26
Sombong dan berbangga-bangga
Celaan berbangga-bangga: 4:36, 11:10, 17:37, 28:83, 31:18, 57:20, 57:23
Celaan kesombongan: 4:36, 17:37, 28:83, 31:18, 40:75, 57:23
Balasan orang yang sombong: 9:25, 28:81, 31:18, 75:34, 75:35
Bangga dengan banyak anak: 18:34, 57:20, 102:1
Bangga dengan banyak harta: 18:34, 57:20, 102:1
Takabbur: 2:34, 2:206, 2:247, 4:36, 4:172, 4:173, 6:93, 6:157, 7:36, 7:40, 7:48, 7:75, 7:76, 7:133, 7:146, 7:206, 10:75, 15:31, 15:33, 16:23, 16:29, 17:37, 22:9, 23:46, 23:67, 25:21, 25:60, 26:5, 27:14, 28:39, 29:39, 31:7, 31:18, 32:15, 34:31, 34:43, 35:43, 37:13, 37:35, 38:74, 38:75, 39:59, 39:60, 39:72, 40:35, 40:60, 40:76, 41:15, 45:8, 45:31, 46:10, 46:20, 54:2, 57:23, 63:5, 71:7, 74:23, 74:49
Menipu: 4:120, 17:64, 18:34, 26:44, 67:20, 74:6
Berlebih-lebihan: 3:147, 4:6, 6:141, 7:31, 7:81, 10:83, 17:26, 17:27, 17:29, 25:67
Menyebarkan Kejelekan: 4:27, 24:11, 24:15, 24:19
Permusuhan: 2:178, 2:190, 2:194, 2:231, 5:2, 5:87, 6:119, 7:55, 9:10, 26:166, 48:25, 68:12
Makan riba: 2:275, 2:279, 3:130, 4:161, 30:39
Istinkaf (sombong): 4:172, 4:173
Membuat kerusakan: 2:11, 2:27, 2:60, 2:205, 2:251, 3:63, 4:27, 5:32, 5:33, 5:64, 7:56, 7:74, 7:85, 7:86, 7:103, 8:73, 9:107, 11:85, 12:73, 13:25, 16:88, 17:16, 18:94, 26:130, 26:152, 26:183, 27:14, 27:34, 27:48, 28:4, 28:19, 28:77, 28:83, 29:30, 29:36, 30:41, 38:28, 47:22, 89:12
Kikir dan bakhil: 2:268, 3:180, 4:37, 9:67, 9:76, 17:29, 17:100, 25:67, 36:47, 47:37, 47:38, 53:34, 57:24, 59:9, 64:16, 68:24, 70:21, 89:17, 89:18, 92:8, 107:3, 107:7
Mengungkit-ungkit kebaikan dan menyakiti orang lain: 2:262, 2:264, 74:6
Bathr (Tidak menerima kebenaran dan mensyukuri nikmat): 8:47, 11:10, 28:58
Benci: 5:91, 102:3
Zalim dan melampaui batas: 16:90, 42:42, 49:9
Buhtan (bohong atau pura-pura): 4:20, 4:112, 4:156, 24:16, 33:58, 60:12
Tabzir (foya-foya): 6:141, 7:31, 17:26, 17:27
Memata-matai: 49:12
Berangan-angan: 4:32, 15:88, 28:79, 53:24
Memanggil dengan nama (julukan) yang jelek: 49:11
Pasrah (tanpa usaha): 5:24
Pengecut: 2:246, 4:77, 5:22, 5:24, 8:15, 33:13, 33:19, 47:20
Dengki
Ain (dengki) suatu realita: 113:5
Menjauhi dengki dan kezaliman: 4:32
Mengucapkan Masyaa' Allah Laa Quwata Illa Billah: 18:39
Kotoran atau kejahatan: 3:179, 5:100, 6:136, 7:58, 24:26
Berkhianat: 3:75, 4:107, 5:13, 8:27, 8:58, 8:71, 12:52, 22:38, 66:10
Bermuka dua: 2:14, 2:76, 3:119, 4:81, 9:8
Riya: 2:264, 4:38, 4:142, 8:47, 107:6
Mencaci
Larangan mengutuk dan mencaci: 4:148, 49:11
Mengutuk orang kafir dan mencacinya: 2:88, 2:89, 2:159, 2:161, 3:87, 4:46, 4:47, 4:52, 5:13, 5:60, 5:64, 5:78, 7:44, 9:30, 9:68, 11:18, 11:60, 11:68, 11:95, 11:99, 13:25, 33:57, 33:64, 33:68, 48:6, 51:10, 63:4, 74:19, 74:20, 80:17
Mengejek atau mengolok-olok: 2:14, 2:15, 2:67, 2:202, 4:140, 5:57, 5:58, 6:5, 6:10, 9:64, 9:65, 9:79, 11:8, 11:38, 15:11, 15:95, 16:34, 18:56, 18:106, 21:36, 21:41, 23:110, 25:41, 26:6, 26:25, 27:56, 31:6, 36:30, 37:12, 37:14, 39:48, 39:56, 40:83, 43:7, 43:32, 45:9, 45:33, 45:35, 49:11
Buruk sangka: 3:154, 6:116, 10:36, 10:60, 10:66, 38:27, 41:50, 45:32, 48:6, 48:12, 49:12, 53:23
Ragu-ragu: 2:10, 9:45, 9:110, 22:11, 50:25
Menghalang-halangi kebenaran: 2:217, 3:70, 3:71, 3:72, 3:99, 4:61, 4:160, 4:167, 5:43, 5:75, 7:45, 7:86, 8:34, 8:36, 8:47, 9:9, 9:34, 11:19, 14:3, 14:30, 16:88, 16:94, 17:73, 22:25, 31:6, 47:1, 47:32, 47:34, 58:16, 63:2
Kezaliman
Balasan kezaliman: 2:59, 2:114, 2:124, 3:117, 4:20, 4:30, 4:153, 4:168, 5:29, 5:31, 6:21, 6:129, 6:135, 6:144, 7:5, 7:9, 7:41, 7:44, 7:47, 7:162, 7:165, 7:166, 8:54, 11:18, 11:113, 20:111, 25:27, 25:37, 28:37, 28:59, 29:40, 42:42, 53:52
Kemenangan atas orang zalim: 4:148, 42:39, 42:41
Maafnya orang yang teraniaya: 4:149, 23:96, 42:40
Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat: 20:111, 42:42
Balasan terhadap kezaliman: 42:41
Ghadar (khianat): 2:27, 8:56, 8:58, 8:71
Curang: 6:152, 83:1, 83:2, 83:3
Marah
Marah karena Allah: 7:71, 7:150, 7:154, 20:86, 21:87
Mengumpat dan membicarakan orang lain
Menjauhkan diri dari mengumpat: 49:12, 68:11
Balasan orang-orang yang mengumpat: 49:12
Mengumpat orang yang zalim: 4:148
Membunuh: 4:29, 4:30, 4:92, 4:93, 5:29, 5:30, 5:32, 6:137, 6:140, 6:151, 17:33, 25:68, 28:15, 60:12
Menuduh berbuat zina: 24:4, 24:11, 24:23, 33:58
Dusta
Dusta itu tercela: 4:50, 5:41, 6:93, 7:37, 16:105, 29:68
Balasan dusta: 4:50, 6:93, 6:150, 7:36, 7:37, 7:38, 9:77, 16:62, 29:68
Perintah menjauhi prasangka buruk: 49:6, 49:12
Kufur nikmat: 6:64, 10:12, 22:38, 22:66, 27:40, 29:65, 29:66, 29:67, 30:33, 31:12, 31:32, 39:8, 39:49, 41:51, 42:48, 80:17
Pembicaraan yang tidak berarti: 23:3, 31:6, 88:11
Homosexual: 7:80, 7:81, 11:78, 26:165, 27:55, 29:29
Makar (khianat): 3:54, 6:123, 6:124, 7:99, 7:123, 8:30, 10:21, 12:16, 12:31, 12:102, 13:33, 13:42, 14:46, 16:26, 16:45, 27:50, 27:51, 34:33, 35:10, 35:43, 40:45, 71:22, 86:15
Bisik-bisik yang tercela: 4:114, 21:3, 58:7, 58:8, 58:9, 58:10
Melanggar janji: 2:27, 3:77, 3:82, 4:21, 4:155, 5:13, 7:102, 7:135, 7:169, 8:56, 9:12, 9:13, 9:77, 13:25, 16:91, 16:92, 16:94, 16:95, 43:50, 48:10
Mengadu domba: 9:47, 68:11
Hamz dan lamz (berbisik atau mencibir sambil menghina): 9:58, 9:79, 49:11, 68:11, 83:30, 104:1
Etika dan hak-hak umum
Etika berbicara
Berbicaralah yang baik atau diam: 17:53
Keutamaan perkataan baik: 22:24, 35:10
Perkataan baik dan perkataan buruk: 14:24, 14:25, 14:26, 24:26, 28:55, 39:18
Berkata benar: 33:32, 33:70
Sebaik-baik perkataan: 39:18
Larangan berbuat keji: 4:148, 6:151, 7:33, 16:90, 23:3, 24:15, 24:16, 24:19, 24:21, 25:72, 26:165, 27:54, 27:55, 29:28
Merendahkan suara saat berbicara: 31:19, 49:3
Menundukkan kepala bagi wanita saat berbicara: 33:32
Gubahan syair
Syair yang dibolehkan: 26:227
Syair yang dilarang: 26:224, 26:225, 26:226
Etika berkumpul
Yang didapat dari perkumpulan baik dan perkumpulan jelek: 4:140, 6:68, 23:67
Memilih kawan berkumpul: 4:144, 6:52, 6:68, 74:45
Menghormati dan meluaskan tempat kepada orang saat berkumpul: 58:11
Berbisik-bisik dalam tempat perkumpulan: 58:8, 58:9
Etika keluar dari tempat perkumpulan: 24:62
Etika berjalan
Angkuh ketika berjalan: 4:36, 17:37, 31:18
Rendah diri ketika berjalan: 25:63, 31:19
Memberi salam
Cara memberi salam
Lafaz salam dan penghormatan: 15:52, 16:32, 19:15, 51:25
Ucapan salam ahli kitab: 58:8
Ucapan salam malaikat: 13:24, 15:46, 15:52, 16:32, 25:75, 51:25
Menjawab salam
Cara menjawab salam: 4:86, 51:25
Meminta izin
Etika meminta izin: 24:27, 24:28, 24:58, 24:59, 33:53
Lafaz dan cara meminta izin: 24:61
Meminta izin untuk menghindari pandangan (yang dilarang): 24:58
Meminta izin di hotel dan tempat-tempat umum: 24:29
Meminta izin ketika akan keluar: 24:62
Hak tamu
Menghormati dan melayani tamu: 18:77, 51:26, 51:27
Membuat makanan dan berkerja keras untuk melayani tamu: 11:69, 24:61, 33:53, 51:26, 51:27
Hak jalanan
Menundukkan pandangan: 24:30, 24:31
Hak tetangga
Menghormati tetangga: 4:36
Hak-hak tetangga terdekat: 4:36, 107:7
Memperlakukan binatang
Perumpamaan dengan binatang: 7:179
Kalung binatang: 5:2, 5:97
Hubungan dengan hamba sahaya
Makan dan minum hamba sahaya: 4:36
Pakaian hamba sahaya: 4:36
Memerintah hamba sahaya sesuai kemampuannya: 4:36
Memperlakukan hamba dengan baik: 4:36





Tuesday, January 3, 2012

Surah » An-Naazi'aat » Jumlah Ayat: 46 dari 1-46


79. An Naazi´aat
 Muqaddimah 

Surat An Naazi´aat terdiri atas 46 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat An Naba´. Dinamai An Naazi´aat diambil dari perkataan An Naazi´aat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Dinamai pula as Saahirah yang diambil dari ayat 14, dinamai juga Ath Thaammah diambil dari ayat 34.

Pokok-pokok isinya:
1. Keimanan:
Penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang- orang musyrik terhadapnya; manusia dibagi 2 golongan di akhirat; manusia tidak dapat mengetahui kapan terjadinya saat kiamat.
2. Kisah:
Kisah Musa a.s. dengan Fir´aun.


waalnnaazi'aati gharqaan

1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
waalnnaasyithaati nasythaan

2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
waalssaabihaati sabhaan

3. dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
faalssaabiqaati sabqaan

4. dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
faalmudabbiraati amraan

5. dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)(1551).

[1551] Dalam ayat 1 s/d 5 Allah bersumpah dengan malaikat-malaikat yang bermacam-macam sifat dan urusannya, bahwa manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat.Sebahagian ahli tafsir berpendapat, bahwa dalam ayat-ayat itu Allah bersumpah dengan bintang-bintang.
yawma tarjufu alrraajifatu

6. (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
tatba'uhaa alrraadifatu

7. tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
quluubun yawma-idzin waajifatun

8. Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
abshaaruhaa khaasyi'atun

9. Pandangannya tunduk.
yaquuluuna a-innaa lamarduuduuna fii alhaafirati

10. (Orang-orang kafir) berkata: "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula(1552)?

[1552] Setelah orang-orang kafir mendengar adanya hari kebangkitan sesudah mati mereka merasa heran dan mengejek sebab menurut keyakinan mereka tidak ada hari kebangkitan itu. Itulah sebabnya mereka bertanya demikian itu.

a-idzaa kunnaa 'izhaaman nakhiratan


11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?"

qaaluu tilka idzan karratun khaasiratun


12. Mereka berkata: "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan".

fa-innamaa hiya zajratun waahidatun


13. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,

fa-idzaa hum bialssaahirati


14. maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

hal ataaka hadiitsu muusaa


15. Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.

idz naadaahu rabbuhu bialwaadi almuqaddasi thuwaan


16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;

idzhab ilaa fir'awna innahu thaghaa


17. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,

faqul hal laka ilaa an tazakkaa


18. dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".

wa-ahdiyaka ilaa rabbika fatakhsyaa


19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"

fa-araahu al-aayata alkubraa


20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu'jizat yang besar.
 
fakadzdzaba wa'ashaa


21. Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai.

tsumma adbara yas'aa


22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

fahasyara fanaadaa


23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.

faqaala anaa rabbukumu al-a'laa


24. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi".

fa-akhadzahu allaahu nakaala al-aakhirati waal-uulaa


25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

inna fii dzaalika la'ibratan liman yakhsyaa


26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).

a-antum asyaddu khalqan ami alssamaau banaahaa


27. Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,

rafa'a samkahaa fasawwaahaa


28. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

wa-aghthasya laylahaa wa-akhraja dhuhaahaa


29. dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.

waal-ardha ba'da dzaalika dahaahaa


30. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.


akhraja minhaa maa-ahaa wamar'aahaa


31. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

waaljibaala arsaahaa


32. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,

mataa'an lakum wali-an'aamikum


33. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

fa-idzaa jaa-ati alththaammatu alkubraa


34. Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.

yawma yatadzakkaru al-insaanu maa sa'aa


35. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,

waburrizati aljahiimu liman yaraa


36. dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.

fa-ammaa man thaghaa


37. Adapun orang yang melampaui batas,

waaatsara alhayaata alddunyaa


38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

fa-inna aljahiima hiya alma/waa


39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).

wa-amaa man khaafa maqaama rabbihi wanahaa alnnafsa 'ani alhawaa


40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

fa-inna aljannata hiya alma/waa


41. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).

yas-aluunaka 'ani alssaa'ati ayyaana mursaahaa


42. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?(1553)

[1553] Kata-kata ini mereka ucapkan adalah sebagai ejekan saja, bukan karena mereka percaya akan hari berbangkit.

fiima anta min dzikraahaa


43. Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)?

ilaa rabbika muntahaahaa


44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).

innamaa anta mundziru man yakhsyaahaa


45. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit)

ka-annahum yawma yarawnahaa lam yalbatsuu illaa 'asyiyyatan aw dhuhaahaa

46. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari(1554).

[1554] Karena hebatnya suasana hari berbangkit itu mereka merasa bahwa hidup di dunia adalah sebentar saja.

Penutup 

Surat An Naazi´aat mengutarakan sumpah Allah dengan menyebut malaikat yang bermacam-macam tugasnya, bahwa hari kiamat pasti terjadi, dan membangkitkan manusia itu adalah mudah bagi Allah, serta mengancam orang- orang musyrik yang mengingkari kebangkitan dengan siksaan yang telah dialami Fir´aun dan pengikut-pengikutnya. Selanjutnya surat ini menerangkan keadaan orang-orang musyrik pada hari kiamat dan bagaimana kedahsyatan hari kiamat itu.

HUBUNGAN SURAT AN NAAZI´AAT DENGAN SURAT ´ABASA

Pada akhir surat An Naazi´aat ditaerangkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. hanyalah pemberi peringatan kepada orang-orang yang takut dengan hari kiamat, sedang pada permulaan surat ´Abasa dibayangkan bahwa dalam memberikan peringatan itu hendaklah memberikan penghargaan yang sama kepada orang-orang yang diberi peringatan dengan tidak memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat.