Tuesday, December 22, 2015

TITAH CINTA SANG KUASA

Bismilahirohmanirohim
Demi Allah sang pemilik cinta
Allahu jalla wa ala
KuasaNya menitah hamba untuk menyinta
Menyinta pada sesama juga semua
Maka kan ku coba menyeritakan tentang riwayat cinta

Beberapa tahun yang lalu menyapa cinta yang ku bawa
Terhadap purtaku yang kedua balita
Entah kenapa dada ini terasa sesak tidak bisa apa apa
Ketika kakek dari anak menghentikan langkah saat ku bawa
Tuk berhijrah walau hanya sementara saja
Padahal telah ku ungkapkan alasan sebelumnya
Sebagai kakak di indramayu nan jauh dari adiknya
Namun tetap tak mengindahkan semua
Maka apresiasi untuk sebuah riwayat cinta
Dengan langkah sendiri bermula anugrah dia
Badal umrah atasnamanya
Mungkin tahun depan sebagai langkah nyata
Inya Allah bukan hanya di dalam otak atik kata
Namun berharap semua mimpi jadi nyata
Yang tak pudar oleh sang waktu
Hidup selamanya bersatu

CINTA DAN UANG

Saya yakin semua orang hidup perlu uang
Tapi janganlah semua di ukur dengan uang
Otak tak bisa berpikir sehat terbuai mengawang
Kepala di penuhi proyeksi janji masa depan perang
Sukma licik picik dalam untaian yang leluasa memenuhi alam pikiran
Sementara korban menahan perih dalam kenelangsaan menyakitkan
Mengatakan cinta pun syarat berlebihan
Mendewakan dengan dada di busungkan
Beginilah jika hanya karena uang
Sering kali rela aib bertelanjang
Sudi menjadi seakan orang jalang
Orang lain tau di kisah terpangpang
Alkisah
Pertama kali ku tidak perduli
Pada sipat anugrah manusiawi
Yang tertanam pada diri ini
Dengan pijaran asmara dewi
Berharap ini sosok bidadari
Bercerita dengan penuh arti
Pergi di negri sebrang
Jauh di rantau orang
Yang mungkin ini adalah orang dari……………….ang
Munkin juga orang dari ……………………….ang
Lebih jelasnya aku pun belum pernah memandang
Apalagi sampai aku pegang
Aku ngak mau bilang
Siapa orang
Di mana sekarang
Dengan begini cerita menjadi usang
Pikiran menjadi tenang

BERHAJI

Tanggal delapan langsung kearafah
Tanpa hijrah dan mampir kemina
Tuk menghemat energy dan tenaga
Tuk bisa berteduh di bawah kemah
Pada tanggal Sembilan duhur zulhijah
Berwukuf hanya untuk beribadah
Dunia di lupakan sejenak untuk ahirat
Berdoa meminta di Kabul segala hajat
Dengan husu bercucuran air mata lebat
Sampai tenggelam matahari di ufuk barat
Berjalan menju muzdalifah talbiyah di kumandangkan
Dengan komando salah satu orang di permulaan
Labaikallah huma labaik 

Labaika la syarika labaik
Innal hamda wa nikmata laka labaik”
Bebondong bonding sampai muzdalifah
Dan memungut kerikik selepas salat jamaah
Menunggu lepas tengah malam jalan kemina
Melempar kerikil dan tahalul di jamarat.
Setelah itu langsung ke mekah
Hari ke hari menjalankan prosesi haji
Ibadah yang sakral umat islam tahun ini
Walau terik mentari membakar diri
Angin bergelombang menghampiri
Rintik hujan pun sesekali membasahi
Tetap langkahkan kaki tak surutkan niat
Melangkah pasti membulatkan tekad
Sempurnakan ihtiar tunduk ibadah
Mewarnai sejak awal keberangkatan dari madinah
Terangkum dalam hati menyaksikan sesuatu itu indah
Melintasi gurun pasir dengan inova yang di tumpangi
Banyak peternakan kambing dan onta di sambangi
Hingga putik putik rindu bertebaran harum mewangi
Bunga bunga cinta pun mekar di gurun surgawi

Foto Hasan Wirayuda.