Monday, April 9, 2012

TAFSIR SURAT AL-MU’AWWIDZATAIN (SURAT AL-FALAQ DAN AN-NAAS)-2

II. TAFSIR SURAT AN-NAAS

Allah Ta’ala berfirman,

”Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb manusia,[1]. Raja manusia,[2]. Sembahan manusia, [3]. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, [4]. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, [5]. Dari jin dan manusia.’”[6]

Keutamaan Surat

Mengenai keutamaan surat ini sudah disebutkan pada bagian lalu ketika kita membahas tentang keutamaan surat al-Falaq sehingga tidak perlu lagi dikupas.

Kapan Surat Ini Dibaca?

Demikian juga mengenai hal ini sudah dibahas pada pembahasan lalu dalam tafsir surat al-Falaq.

Kosa Kata

Makna lafazh Rabbin Naas, Malikin Naas, Ilaahin Naas : Yakni Raja dan Pencipta mereka. Tiga sifat ini merupakan sifat Rabb Ta’ala; rububiyyah, al-Mulk (yang memiliki kekuasaan) dan Uluuhiyyah. Dia-lah Rabb segala sesuatu, raja dan Ilahn-nya. Segala sesuatu diciptakan untuk-Nya, dikuasai (tunduk) dan menyembah untuk-Nya.

Makna lafazh al-Waswaas : Syaithan yang diwakili manusia untuk membisikkan (kejahatan) kepada umat manusia, menghiasi bagi mereka keburukan dan maksiat (sehingga menjadi baik dalam pandangan mata mereka-red.,)

Makna lafazh al-Khannaas : Yakni, sifat syaithan tersebut; yang menjauh dan bersembunyi ketika disebut nama Allah. Ia banyak menjauh dan membelakangi. Bila disebut nama Allah, ia bermalas-malasan (merasa sesak) dan bila seorang hamba tidak menyebut Rabbnya ia merasa plong dan berjingkrak-jingkrak.

Makna lafazh al-Ladzii Yuwaswisu fii shuduurin Naas : yaitu membisikkan agar berbuat maksiat, menganjurkan agar melakukan perbuatan buruk serta mengajak seorang hamba agar ta’at dan beribadah kepadanya. Asli kata, “al-Waswasah” adalah ucapan yang tersembunyi, yang sampai ke hati tetapi suaranya tidak didengar.

Makna lafazh Minal Jinnati Wan Naas : Yakni dari syaithan-syaithan kalangan jin dan manusia. Jadi, bisikan syaithan dari kalangan jin adalah sebagai yang telah disebutkan sedangkan bisikan syaithan dari kalangan manusia adalah menampakkan orang tersebut sebagai seorang yang suka menasehati dan bersimpati pada orang agar orang itu tunduk kepadanya dan mengikuti jejaknya.

Beberapa Pesan

1. Disyari’atkannya berlindung kepada Allah dan ta’awwudz dari syaithan dan konco-konconya

2. Disyari’atkannya memuji Allah dengan sifat-sifat pujian dan pengagungan yang pantas untuk-Nya sebelum memohon/meminta kepada-Nya

3. Siapa yang berlindung kepada Allah dengan setulus-tulusnya, niscaya sudah cukup baginya

(SUMBER: Silsilah Manaahij Dawraat asy-Syar’iyyah- fi`ah an-Naasyi`ah- at-Tafsiir karya Dr.Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil, h.60-61)

TAFSIR SURAT AT-TIIN (Keutamaan Buah Tiin)

TAFSIR AYAT

(1) Allah SWT bersumpah dengan dua pohon yang terkenal ini, yaitu Tin dan Zaitun, karena buah dan pohonnya mempunyai banyak manfaat. Dan juga karena keduanya berada di tanah Syam, tempat kenabian Isa ibn Maryam AS

(2) Dan Allah SWT bersumpah dengan bukit Sinai (tempatnya di Mesir), tempat kenabian Musa AS

(3) Kemudian Allah bersumpah dengan Makkah Al-Mukarramah tempat kenabian Muhammad SAW yang telah dijadikannya sebagai tempat yang aman dan dijamin aman pula orang yang berada di dalamnya. Allah SWT telah bersumpah dengan tiga tempat suci itu yang telah Dia pilih dan Dia munculkan darinya sebaik-baik dan semulia-mulia kenabian

(4) Sedangkan obyek yang disumpahkan adalah firman-Nya berikut ini, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna, anggota badannya serasi dan tegak, tidak kehilangan sesuatu yang dibutuhkannya baik lahir maupun batin

(5) Meskipun terdapat nikmat-nikmat yang besar itu, yang seharusnya wajib disyukuri, tapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Mereka justru sibuk dengan permainan, mereka lebih memilih hal-hal yang tidak berguna dan akhlak yang rendah. Maka kelak di akhirat, Allah SWT akan mengembalikan mereka ke dasar neraka, tempat orang-orang bermaksiat yang membangkang kepada Rabb mereka

(6) Kecuali orang yang telah Allah berikan kepadanya anugerah iman, amal shalih dan akhlak yang mulia. Maka dengan itu mereka akan mendapat tempat yang tinggi di surga dan pahala yang tiada putus-putusnya. Yang ada adalah kelezatan yang melimpah, kesenangan yang tak henti-henti dan kenikmatan terus bertambah, untuk selama-lamanya. Buahnya tak ada henti-hentinya, demikian pula dengan naungannya

(7) Lalu Allah SWT menutup surat ini dengan melontarkan sebuah pertanyaan kepada hamba-Nya: Wahai manusia, apa gerangan yang menyebabkan kamu mendustakan hari pembalasan atas semua amal perbuatan? Sedangkan kamu telah melihat banyak tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang dapat memberimu keyakinan dan nikmat-nikmat Allah yang menuntut kamu untuk tidak ingkar terhadap setiap sesuatu yang Dia kabarkan kepadamu

(8) Bukankah Allah SWT adalah Hakim yang paling adil yang memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya? Dia tidak menzhalimi mereka dan tidak berbuat curang. Apakah pantas Kemahabijaksanaan-Nya lalu berarti membiarkan mereka sia-sia begitu saja; tidak diperintahkan dan dilarang serta tidak diberi pahala dan tidak disiksa? Atau bahwa Dzat yang telah menciptakan manusia jenjang demi jenjang, melimpahkan bagi mereka nikmat dan kebaikan yang terhingga dan mendidik mereka dengan sebaik-bainya, harus mengembalikan mereka ke suatu tempat yang menjadi tempat menetap mereka, yang kepadanya mereka menuju?

(SUMBER: at-Tafsiir al-Yasiir karya Yusuf bin Muhammad al-Owaid, tafsir surat at-Tiin)