II. TAFSIR SURAT AN-NAAS
Allah Ta’ala berfirman,
”Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb manusia,[1]. Raja manusia,[2]. Sembahan manusia, [3]. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, [4]. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, [5]. Dari jin dan manusia.’”[6]
Keutamaan Surat
Mengenai keutamaan surat ini sudah disebutkan pada bagian lalu ketika kita membahas tentang keutamaan surat al-Falaq sehingga tidak perlu lagi dikupas.
Kapan Surat Ini Dibaca?
Demikian juga mengenai hal ini sudah dibahas pada pembahasan lalu dalam tafsir surat al-Falaq.
Kosa Kata
Makna lafazh Rabbin Naas, Malikin Naas, Ilaahin Naas : Yakni Raja dan Pencipta mereka. Tiga sifat ini merupakan sifat Rabb Ta’ala; rububiyyah, al-Mulk (yang memiliki kekuasaan) dan Uluuhiyyah. Dia-lah Rabb segala sesuatu, raja dan Ilahn-nya. Segala sesuatu diciptakan untuk-Nya, dikuasai (tunduk) dan menyembah untuk-Nya.
Makna lafazh al-Waswaas : Syaithan yang diwakili manusia untuk membisikkan (kejahatan) kepada umat manusia, menghiasi bagi mereka keburukan dan maksiat (sehingga menjadi baik dalam pandangan mata mereka-red.,)
Makna lafazh al-Khannaas : Yakni, sifat syaithan tersebut; yang menjauh dan bersembunyi ketika disebut nama Allah. Ia banyak menjauh dan membelakangi. Bila disebut nama Allah, ia bermalas-malasan (merasa sesak) dan bila seorang hamba tidak menyebut Rabbnya ia merasa plong dan berjingkrak-jingkrak.
Makna lafazh al-Ladzii Yuwaswisu fii shuduurin Naas : yaitu membisikkan agar berbuat maksiat, menganjurkan agar melakukan perbuatan buruk serta mengajak seorang hamba agar ta’at dan beribadah kepadanya. Asli kata, “al-Waswasah” adalah ucapan yang tersembunyi, yang sampai ke hati tetapi suaranya tidak didengar.
Makna lafazh Minal Jinnati Wan Naas : Yakni dari syaithan-syaithan kalangan jin dan manusia. Jadi, bisikan syaithan dari kalangan jin adalah sebagai yang telah disebutkan sedangkan bisikan syaithan dari kalangan manusia adalah menampakkan orang tersebut sebagai seorang yang suka menasehati dan bersimpati pada orang agar orang itu tunduk kepadanya dan mengikuti jejaknya.
Beberapa Pesan
1. Disyari’atkannya berlindung kepada Allah dan ta’awwudz dari syaithan dan konco-konconya
2. Disyari’atkannya memuji Allah dengan sifat-sifat pujian dan pengagungan yang pantas untuk-Nya sebelum memohon/meminta kepada-Nya
3. Siapa yang berlindung kepada Allah dengan setulus-tulusnya, niscaya sudah cukup baginya
(SUMBER: Silsilah Manaahij Dawraat asy-Syar’iyyah- fi`ah an-Naasyi`ah- at-Tafsiir karya Dr.Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil, h.60-61)
No comments:
Post a Comment