Thursday, January 5, 2012

Surah » Adh-Dhuhaa » Jumlah Ayat: 11 dari 1-11



93. Adh Dhuhaa
 Muqaddimah 

Surat ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah dan diturunkan sesudah surat Al Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama, artinya : waktu matahari sepenggalahan naik.

Pokok-pokok Isinya:
Allah s.w.t. sekali-kali tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad s.a.w Isyarat dari Allah s.w.t. bahwa kehidupan Nabi Muhammad s.a.w. dan da'wahnya akan bertambah baik dan berkembang; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.



وَٱلضُّحَىٰ 
waaldhdhuhaa

1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
waallayli idzaa sajaa

2. dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
maa wadda'aka rabbuka wamaa qalaa

3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu(1582).

[1582] Maksudnya: ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadanya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah perkataan orang-orang musyrik itu.
وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ
walal-aakhiratu khayrun laka mina al-uulaa

4. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) (1583).

[1583] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad SAW itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan "akhirat" dengan "kehidupan akhirat" beserta segala kesenangannya dan "ula" dengan arti "kehidupan dunia".
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ
walasawfa yu'thiika rabbuka fatardaa

5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya (*) kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (*) Menurunkan wahyu, memberikan pimpinan dan pengetahuan kepada Nabi Muhammad sehingga beliau menjadi bersenang hati, karena telah mendapat jalan untuk memimpin ummatnya ke jalan yang baik.
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ
alam yajidka yatiiman faaawaa

6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?
وَوَجَدَكَ ضَآلًّا فَهَدَىٰ

wawajadaka daallan fahadaa

7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung(1584), lalu Dia memberikan petunjuk.

[1584] Yang dimaksud dengan "bingung" di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad SAW sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ

wawajadaka 'aa-ilan fa-aghnaa

8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ

fa-ammaa alyatiima falaa taqhar

9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ

wa-ammaa alssaa-ila falaa tanhar

10. Dan terhadap orang yang minta-minta (*), janganlah kamu menghardiknya. (*) Orang miskin yang minta sedekah, atau orang bodoh yang minta ilmu pengetahuan

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

wa-ammaa bini'mati rabbika fahaddits


11. Dan terhadap ni'mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (*) (*) Karunia berupa pengetahuan kenabian, Al-Qur'an dan agama Islam hendaknya disebar luaskan kepada yang lain.

Penutup 

Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang bimbingan pemeliharaan Allah s.w.t. terhadap Nabi Muhammad s.a.w. dengan cara yang tak putus-putusnya dan mengandung pula perintah kepada Nabi supaya mensyukuri segala nikmat itu.

HUBUNGAN SURAT ADH DHUHAA DENGAN SURAT ALAM NASYRAH

1. Kedua surat ini amat erat hubungannya karena sama-sama ditujukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
2. Kedua surat ini sama-sama menerangkan nikmat Allah dan memerintahkan kepada Nabi untuk mensyukuri nikmat itu.

Ayat 93:1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

وَٱلضُّحَىٰ 

Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (Ad-Duha 93:1)

«والضحى» أي أول النهار أو كله.

(Demi waktu Dhuha) yakni waktu matahari sepenggalah naik, yaitu di awal siang hari; atau makna yang dimaksud ialah siang hari seluruhnya. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:1)

Ayat 93:2

وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ 

dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (Ad-Duha 93:2)

«والليل إذا سجى» غطى بظلامه أو سكن.

(Dan demi malam apabila telah sunyi) telah tenang, atau telah menutupi dengan kegelapannya. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:2)

Ayat 93:3

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ 

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (Ad-Duha 93:3)

«ما ودَّعك» تركك يا محمد «ربك وما قلى» أبغضك نزل هذا لما قال الكفار عند تأخر الوحي عنه خمسة عشر يوما: إن ربه ودَّعه وقلاهُ.

(Tiada meninggalkan kamu) tiada membiarkan kamu sendirian, hai Muhammad (Rabbmu, dan tiada pula Dia benci kepadamu) atau tidak senang kepadamu. Ayat ini diturunkan setelah selang beberapa waktu yaitu lima belas hari wahyu tidak turun-turun kepadanya, kemudian orang-orang kafir mengatakan, sesungguhnya Rabb Muhammad telah meninggalkannya dan membencinya. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:3)

Ayat 93:3

وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ 

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (Ad-Duha 93:4)

«وللآخرة خير لك» لما فيها من الكرامات لك «من الأولى» الدنيا.

(Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu) maksudnya kehidupan di akhirat itu lebih baik bagimu, karena di dalamnya terdapat kemuliaan-kemuliaan bagimu (dari permulaan) dari kehidupan duniawi. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:4)

Ayat 93:5

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ 

 Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Ad-Duha 93:5)

(ولسوف يعطيك ربك) في الآخرة من الخيرات عطاء جزيلا (فترضى) به فقال صلى الله عليه وسلم: "" إذن لا أرضى وواحد من أمتي في النار "" إلى هنا تم جواب القسم بمثبتين بعد منفيين.

(Dan kelak Rabbmu pasti memberimu) di akhirat berupa kebaikan-kebaikan yang berlimpah ruah (lalu kamu menjadi puas) dengan pemberian itu. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Kalau begitu mana mungkin aku puas, sedangkan seseorang di antara umatku masih berada di neraka." Sampai di sini selesailah Jawab Qasam, yaitu dengan kedua kalimat yang dinisbatkan sesudah dua kalimat yang dinafikan. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:5)

Ayat 93:6

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ 

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (Ad-Duha 93:6)

«ألم يجدك» استفهام تقرير أي وجدك «يتيما» بفقد أبيك قبل ولادتك أو بعدها «فآوى» بأن ضمك إلى عمك أبي طالب.

(Bukankah Dia mendapatimu) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan (sebagai seorang yatim) karena ayahmu telah mati meninggalkan kamu sebelum kamu dilahirkan, atau sesudahnya (lalu Dia melindungimu) yaitu dengan cara menyerahkan dirimu ke asuhan pamanmu Abu Thalib. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:6)

Ayat 93:7

وَوَجَدَكَ ضَآلًّا فَهَدَىٰ 

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (Ad-Duha 93:7)

«ووجدك ضالا» عما أنت عليه من الشريعة «فهدى» أي هداك إليها.

(Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung) mengenai syariat yang harus kamu jalankan (lalu Dia memberi petunjuk) Dia menunjukimu kepadanya. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:7)

Ayat 93:8

وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ 

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (Ad-Duha 93:8)

(ووجدك عائلا) فقيرا (فأغنى) أغناك بما قنعك به من الغنيمة وغيرها وفي الحديث: "" ليس الغني عن كثرة العرض ولكن الغني غني النفس "".

(Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan) atau orang yang fakir (lalu Dia memberikan kecukupan) kepadamu dengan pemberian yang kamu merasa puas dengannya, yaitu dari ganimah dan dari lain-lainnya. Di dalam sebuah hadis disebutkan, "Tiadalah kaya itu karena banyaknya harta, tetapi kaya itu adalah kaya jiwa." (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:8)

Ayat 93:9

فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ 

 Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. (Ad-Duha 93:9)

«فأما اليتيم فلا تقهر» بأخذ ماله أو غير ذلك.

(Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang) dengan cara mengambil hartanya atau lain-lainnya yang menjadi milik anak yatim. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:9)

Ayat 93:10

وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ 

 Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. (Ad-Duha 93:10)

«وأما السائل فلا تنهر» تزجره لفقره.

(Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya) membentaknya karena dia miskin. (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:10)

Ayat 93:11

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ 

 Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (Ad-Duha 93:11)

«وأما بنعمة ربك» عليك بالنبوة وغيرها «فحدّث» أخبر، وحذف ضميره في بعض الأفعال رعاية للفواصل.

(Dan terhadap nikmat Rabbmu) yang dilimpahkan kepadamu, yaitu berupa kenabian dan nikmat-nikmat lainnya (maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya) yakni mengungkapkannya dengan cara mensyukurinya. Di dalam beberapa Fi'il pada surah ini Dhamir yang kembali kepada Rasulullah saw. tidak disebutkan karena demi memelihara Fawashil atau bunyi huruf di akhir ayat. Seperti lafal Qalaa asalnya Qalaaka; lafal Fa-aawaa asalnya Fa-aawaaka; lafal Fahadaa asalnya Fahadaaka; dan lafal Fa-aghnaa asalnya Fa-aghnaaka (Tafsir Al-Jalalain, Ad-Duha 93:11)

Surah » Al-Lail » Jumlah Ayat: 21 dari 1-21



92. Al Lail
 Muqaddimah 

Surat ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al A'laa. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Pokok-pokok isinya:

Usaha manusia itu berlainan, karena itu balasannya berlainan pula; orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan di akhirat, harta benda tidak akan akan memberi manfaat kepadanya; orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.
waallayli idzaa yaghsyaa


1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
waalnnahaari idzaa tajallaa

2. dan siang apabila terang benderang,
wamaa khalaqa aldzdzakara waal-untsaa

3. dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
inna sa'yakum lasyattaa

4. sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
fa-ammaa man a'thaa waittaqaa

5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
washaddaqa bialhusnaa

6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
fasanuyassiruhu lilyusraa

7. maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
wa-ammaa man bakhila waistaghnaa

8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup [1581],

[1581] Yang dimaksud dengan "merasa dirinya cukup" ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
wakadzdzaba bialhusnaa

9. serta mendustakan pahala terbaik,
fasanuyassiruhu lil'usraa

10. maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.


wamaa yughnii 'anhu maaluhu idzaa taraddaa


11. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

inna 'alaynaa lalhudaa


12. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk,

wa-inna lanaa lal-aakhirata waal-uulaa


13. dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia.

fa-andzartukum naaran talazhzhaa


14. Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.

laa yashlaahaa illaa al-asyqaa


15. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,

alladzii kadzdzaba watawallaa

16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).

wasayujannabuhaa al-atqaa


17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,

alladzii yu/tii maalahu yatazakkaa


18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

wamaa li-ahadin 'indahu min ni'matin tujzaa


19. padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu ni'mat kepadanya yang harus dibalasnya,

illaa ibtighaa-a wajhi rabbihi al-a'laa


20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha TInggi.


walasawfa yardaa


21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

 Penutup 

Surat Al Lail menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akhirat kelak.

HUBUNGAN SURAT AL LAIL DENGAN SURAT ADH DHUHAA

Pada surat Al Lail diterangkan bahwa orang yang taqwa akan dimudahkan Allah mengerjakan prbuatan taqwa sehingga memperoleh kebahagiaan. Sedang pada surat Adh Dhuhaa diterangkan bahwa keberuntungan di akhirat lebih baik dari keberuntungan di dunia.