Alhamdulillah, kita kembali bertemu dalam rubrik Hadits yang kini memasuki pembahasan hadits ke-45 dari Shahih Bukhari,
masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان). Karena di dalam
hadits ke-45 ini disebutkan surat Al Maidah ayat 3 yang menjelaskan
tentang kesempurnaan Islam, maka pembahasan hadits ini diberi judul
"Kesempurnaan Islam"
Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-45:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْيَهُودِ قَالَ لَهُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu
bahwa ada seorang Yahudi yang berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin,
ada sebuah ayat dalam kitab kalian yang jika diturunkan kepada kami,
maka kami akan menjadikan hari turunnya ayat itu sebagai hari raya.”
Umar pun bertanya, “Ayat manakah yang kau maksud?” Orang itu menjawab,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan
kepadamu nikmatKu dan Kuridhai Islam sebagai agamamu.” Umar berkata,
“Kami tahu hari dan tempat diturunkan ayat tersebut kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu pada saat beliau berada di Arafa
pada hari Jum’at.”
Penjelasan Hadits
أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْيَهُودِ
Bahwa ada seorang laki-laki Yahudi
Menurut Imam Ath Thabari dan Imam Thabrani, seorang Yahudi pada hadits di atas adalah Ka’ab Al Ahbar. Jika hadits ini dikompromikan dengan hadits lainnya, yakni pada kitab Maghazi nantinya, pada saat itu yang menemui Umar adalah sekelompok Yahudi, lalu Ka’ab Al Ahbar menjadi wakil/juru bicaranya.
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا
Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat dalam
kitab kalian yang jika diturunkan kepada kami, maka kami akan menjadikan
hari turunnya ayat itu sebagai hari raya
Maksud “akan kami jadikan” (لاَتَّخَذْنَا) adalah mengagungkan hari tersebut dan menjadikannya sebagai hari raya. Sebab hari itu agama telah disempurnakan oleh Allah.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan Kuridhai Islam sebagai agamamu
Inilah ayat yang menjelaskan bahwa Islam telah disempurnakan Allah. Inilah ayat yang menegaskan kesempurnaan Islam. Yaitu surat Al Maidah ayat 3. Kesempurnaan Islam ini adalah nikmat yang sangat besar, sehingga orang Yahudi menyarankan menjadikan hari itu sebagai hari raya yang diperingati, diingat dan disyukuri.
Menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, "Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar kepada umat ini, karena Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka; mereka tidak memerlukan lagi agama yang lain, tidak pula memerlukan nabi yang lain."
Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini, "Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan kepada Nabi-Nya dan orang-orang mukmin bahwa Dia telah menyempurnakan Islam untuk mereka, karena itu Islam tidak memerlukan tambahan lagi selamanya. Allah telah mencukupkannya dan tidak akan menguranginya. Dan Allah telah ridha kepadanya, maka Dia tidak akan pernah membencinya."
Sayyid Quthb di dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an menjelaskan bahwa dalam berinteraksi dengan ayat ini, orang-orang yang beriman harus memiliki tiga sikap:
Pertama, ia meyakini kesempurnaan Islam, bahwa Islam tidak memiliki kekurangan. Syariat Islam berlaku untuk semua manusia, di semua tempat dan segala zaman. Kesempurnaan iman adalah dengan menjalankan seluruh syariat Islam yang sempurna ini.
Kedua, ia menyadari nikmat besar berupa Islam dan iman. Nikmat besar itulah yang menjamin eksistensinya sebagai manusia. Tanpa membebaskan diri dari segala sesembahan sehingga hanya menyembah Allah serta menjadikan syariat Islam sebagai peraturan hidupnya, tanpa itu, ia sesungguhnya tidak memiliki eksistensi sebagai manusia.
Ketiga, ia ridha kepada Islam yang telah diridhai oleh Allah. Ia menyadari bahwa orang-orang yang beriman adalah orang yang telah dipilih Allah, dan dengan kesadaran itu ia berupaya istiqamah dengan segenap kemampuan dan kekuatan.
ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
Kami tahu hari dan tempat diturunkan ayat
tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu pada saat
beliau berada di Arafah pada hari Jum’at
Mungkin sebagian orang berpikir bahwa jawaban Umar tidak ada hubungannya dengan kata-kata Ka’ab Al Ahbar. Padahal jawaban Umar tersebut justru menyatakan bahwa umat Islam bahwa hari turunnya ayat tersebut justru bertepatan dengan dua hari raya. Bukan hanya satu. Yakni hari Jum’at dan hari Arafah.
Pada riwayat Thabrani, ada tambahan tegas: (wahumaa ‘iidaanan)“dan keduanya adalah hari raya”. Sedangkan pada riwayat Tirmidzi memakai lafadz, “Seorang Yahudi menanyakan tentang hal tersebut, maka dia berkata, ‘Ayat tersebut turun pada dua hari raya, yaitu hari Jum’at dan hari Arafah.
As-Sadi menguatkan bahwa setelah turunnya ayat tersebut tak ada lagi ayat halal dan haram sesudahnya.
Lalu apa korelasi hadits ini dengan iman yang menjadi judul kitab ini? Atau, mengapa Imam Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam kitab iman, bahkan dalam judul bab bertambah dan berkurangya iman? Sebab, Islam yang telah sempurna, jika ia diyakini dan dijalankan seluruhnya, berarti pelakunya telah mencapai iman yang sempurna. Jika ada bagian dalam syariat Islam yang tidak dijalaninya, maka imannya juga berkurang sebanding dengan apa yang ia langgar.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Islam telah mencapai kesempurnaan, Islam adalah agama yang sempurna. Allah Ta'ala menjaminnya melalui surat Al Maidah ayat 3;
2. Ketika seluruh ajaran Islam diyakini dan diamalkan, itulah kondisi iman yang sempurna. Sedangkan jika ada hal yang tidak dijalankan, imannya berkurang sesuai dengan kadar yang ia tinggalkan;
3. Orang Yahudi un mengetahui bahwa Islam adalah agama yang sempurna;
4. Ayat tentang kesempurnaan Islam (QS. Al Maidah : 3) diturunkan Allah pada haji wada' di hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat;
5. Hari Arafah adalah bagian dari hari raya Idul Adha, sedangkan hari Jum'at adalah hari raya pekanan bagi umat Islam.
Demikian hadits ke-45 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk senantiasa berupaya menyempurnakan iman sebagaimana kesempurnaan Islam. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-45:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْيَهُودِ قَالَ لَهُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
Penjelasan Hadits
أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْيَهُودِ
Menurut Imam Ath Thabari dan Imam Thabrani, seorang Yahudi pada hadits di atas adalah Ka’ab Al Ahbar. Jika hadits ini dikompromikan dengan hadits lainnya, yakni pada kitab Maghazi nantinya, pada saat itu yang menemui Umar adalah sekelompok Yahudi, lalu Ka’ab Al Ahbar menjadi wakil/juru bicaranya.
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا
Maksud “akan kami jadikan” (لاَتَّخَذْنَا) adalah mengagungkan hari tersebut dan menjadikannya sebagai hari raya. Sebab hari itu agama telah disempurnakan oleh Allah.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Inilah ayat yang menjelaskan bahwa Islam telah disempurnakan Allah. Inilah ayat yang menegaskan kesempurnaan Islam. Yaitu surat Al Maidah ayat 3. Kesempurnaan Islam ini adalah nikmat yang sangat besar, sehingga orang Yahudi menyarankan menjadikan hari itu sebagai hari raya yang diperingati, diingat dan disyukuri.
Menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, "Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar kepada umat ini, karena Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka; mereka tidak memerlukan lagi agama yang lain, tidak pula memerlukan nabi yang lain."
Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini, "Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan kepada Nabi-Nya dan orang-orang mukmin bahwa Dia telah menyempurnakan Islam untuk mereka, karena itu Islam tidak memerlukan tambahan lagi selamanya. Allah telah mencukupkannya dan tidak akan menguranginya. Dan Allah telah ridha kepadanya, maka Dia tidak akan pernah membencinya."
Sayyid Quthb di dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an menjelaskan bahwa dalam berinteraksi dengan ayat ini, orang-orang yang beriman harus memiliki tiga sikap:
Pertama, ia meyakini kesempurnaan Islam, bahwa Islam tidak memiliki kekurangan. Syariat Islam berlaku untuk semua manusia, di semua tempat dan segala zaman. Kesempurnaan iman adalah dengan menjalankan seluruh syariat Islam yang sempurna ini.
Kedua, ia menyadari nikmat besar berupa Islam dan iman. Nikmat besar itulah yang menjamin eksistensinya sebagai manusia. Tanpa membebaskan diri dari segala sesembahan sehingga hanya menyembah Allah serta menjadikan syariat Islam sebagai peraturan hidupnya, tanpa itu, ia sesungguhnya tidak memiliki eksistensi sebagai manusia.
Ketiga, ia ridha kepada Islam yang telah diridhai oleh Allah. Ia menyadari bahwa orang-orang yang beriman adalah orang yang telah dipilih Allah, dan dengan kesadaran itu ia berupaya istiqamah dengan segenap kemampuan dan kekuatan.
ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
Mungkin sebagian orang berpikir bahwa jawaban Umar tidak ada hubungannya dengan kata-kata Ka’ab Al Ahbar. Padahal jawaban Umar tersebut justru menyatakan bahwa umat Islam bahwa hari turunnya ayat tersebut justru bertepatan dengan dua hari raya. Bukan hanya satu. Yakni hari Jum’at dan hari Arafah.
Pada riwayat Thabrani, ada tambahan tegas: (wahumaa ‘iidaanan)“dan keduanya adalah hari raya”. Sedangkan pada riwayat Tirmidzi memakai lafadz, “Seorang Yahudi menanyakan tentang hal tersebut, maka dia berkata, ‘Ayat tersebut turun pada dua hari raya, yaitu hari Jum’at dan hari Arafah.
As-Sadi menguatkan bahwa setelah turunnya ayat tersebut tak ada lagi ayat halal dan haram sesudahnya.
Lalu apa korelasi hadits ini dengan iman yang menjadi judul kitab ini? Atau, mengapa Imam Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam kitab iman, bahkan dalam judul bab bertambah dan berkurangya iman? Sebab, Islam yang telah sempurna, jika ia diyakini dan dijalankan seluruhnya, berarti pelakunya telah mencapai iman yang sempurna. Jika ada bagian dalam syariat Islam yang tidak dijalaninya, maka imannya juga berkurang sebanding dengan apa yang ia langgar.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Islam telah mencapai kesempurnaan, Islam adalah agama yang sempurna. Allah Ta'ala menjaminnya melalui surat Al Maidah ayat 3;
2. Ketika seluruh ajaran Islam diyakini dan diamalkan, itulah kondisi iman yang sempurna. Sedangkan jika ada hal yang tidak dijalankan, imannya berkurang sesuai dengan kadar yang ia tinggalkan;
3. Orang Yahudi un mengetahui bahwa Islam adalah agama yang sempurna;
4. Ayat tentang kesempurnaan Islam (QS. Al Maidah : 3) diturunkan Allah pada haji wada' di hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat;
5. Hari Arafah adalah bagian dari hari raya Idul Adha, sedangkan hari Jum'at adalah hari raya pekanan bagi umat Islam.
Demikian hadits ke-45 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk senantiasa berupaya menyempurnakan iman sebagaimana kesempurnaan Islam. Wallaahu a'lam bish shawab.[]