Monday, February 12, 2018

SYARAT ZINA MUHSON

https://hsssnwwwayyya58.blogspot.co.id/2017/12/fathul-qorib-mujib.html 


وشرائط الإحصان أربع البلوغ والعقل والحرية ووجود الوطء في نكاح صحيح والعبد والأمة حدهما نصف حد الحر وحكم اللواط وإتيان البهائم كحكم الزنا, ومن وطئ فيما دون الفرج عزر ولا يبلغ بالتعزير أدنى الحدود

Syarat Muhson ada empat: 1. Baligh, 2. Berakal.3. Merdeka dan adanya Wati dalam nikah yang sah.Seorang hamba baik laki laki atau perempuan maka hadnya separo dari hadnya orang merdeka. Adapun Had Liwati dan menyetubuhi hewan adalah seperti Zina. Dana baranga siapa yanjg wati selain farji maka hadnya diusir yang tidak sampai sejauh ukuran usiran yang terendahnya Had. 

A. pengertian zina muhsan . 

Zina artinya melakukan persetubuhan laki-laki dengan perempuan yang bukan istrinya. perbuatan zina itu haram, termasuk perbuatan zina yaitu mencampuri binatang-binatang. 

Sedangkan pengertian zina muhshan itu sendiri yaitu orang yang sudah pernah nikah lalu berzina.

 اياكم والزنا فاءن فيه ٲربع خصال يذهب البهاءعن الوجه.ويقطع الرزق ويسخط الرحمن.ويوجب الخلود فى النار. 

Artinya: 
“ jauhilah oleh kamu sekalian perbuatan zina,karena sesungguhnya di dalam perbuatan zina itu ada (akibat) empat perkara,yaitu : menghilangkan nur wajah; memutuskan rizki; membuat marah yang Maha Pemurah; dan mewajibkan kekal di dalam neraka (apabila pelakunya menganggap zina sebagai perbuatan yang dihalalkan)”.(HR.Imam Thabrany dari Ibnu ‘Abbas).

Zina adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah,tidak sekali-kali Allah melarang suatu perbuatan melainkan perbuatan itu mengandung madharrat (bahaya) bagi manusia. Oleh karena itu maka Allah melarang setiap perbuatan yang membahayakan diri manusia. 

Diantaranya adalah zina,karena perbuatan zina akan mengakibatkan empat perkara bagi pelakunya yaitu: hilangnya nur wajah,memutuskan jalan rizki,mendapat murka tuhan dan kekal di neraka apabila ia menghalalkan perbuatan zina itu. 

B. hukuman bagi zina muhshan. 

Hukuman bagi pelaku zina muhshan ialah rajam (dilempar dengan batu yang sederhana sampai mati)

. عن ابي هريرةرضي الله عنه قال: اتى رجل رسول الله صلى الله عليه وسلم فى المسجد فناداه فقال:يارسول الله انى زنيت فاعرض عنه حتى ردد عليه اربع مرات,فلما شهد على نفسه اربع شهادات دعاه النبي صلى الله عليه وسلم فقال: ابك جنون؟ قال : لا , قال : فهل احصنت ؟ قال:نعم, فقال النبي صلى الله عليه وسلم: اذ هبوابه فارجموه,قال جابر: فكنت فيمن رجمه, فرجمناه بالمصلى, فلما اذلقته الحجارة هرب فادكرناه فرجمناه.(رواه البخارى وسلم) 

Artinya: 
Dari abu hurairah RA.ia berkata : ada seorang laki-laki (maiz bin malik al aslam) datang kepada Nabi SAW. Ketika beliau sedang di masjid katanya : Rasulullah,saya telah berzina.mendengar ucapan itu Rasulullah SAW.berpaling daripadanya.tetapi orang itu selalu mengulang-ulangi perkataannya,bahkan bersumpah pula.maka Nabi SAW. Memanggilnya dan bertanya :”apakah engkau gila ?”. jawabnya : “tidak”. Nabi bertanya :” apakah engkau berzina muhshan?”.jawabnya :”benar”.nabi SAW.bersabda :” bawalah orang ini dan rajamlah !”.jabiir berkata :” sya adalah termasuk orang yang merajamnya.kami merajamnya di tempat salat id.tetapi setelah ia kena batu,orang itu lari.kami mengejarnya dan sampai ditempat yang banyak batu ia kami dapatkan,dan kami rajam ia disana.”(HR Bukhari dan Muslim).

MENUDUH ORANG BERZINA

https://hsssnwwwayyya58.blogspot.co.id/2017/12/fathul-qorib-mujib.html 


“فصل” وإذا قذف غيره بالزنا فعليه حد القذف بثمانية شرائط, ثلاثة منها في القاذف, وهو أن يكون بالغا عاقلا, وأن لا يكون والدا للمقذوف, وخمسة في المقذوف, وهو أن يكون مسلما بالغا عاقلا حرا عفيفا ويحد الحر ثمانين والعبد أربعين ويسقط حد القذف بثلاثة أشياء إقامة البينة أو عفو المقذوف أو اللعان في حق الزوجة

Fasal 
Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina maka dia berhak dihad tuduhan dengnan delapan sarat. Tiga di yang menuduh yaitu dia baligh, berakal dan bukan orang tua yang dituduh. Lima yang di tertuduh yaitu: Yang dituduh baligh, berakal, berakal merdeka dan terjaga. Dan dihad orang merdeka 80 kali dan hamba 40 kali. Had menuduh bias gugur dengan tiga sarat: Mendatangkan saksi, maaf dari yang dituduh atau lian di hak suami istri

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh makhluk. Islam mengangkat kedudukan pemeluknya, sehingga kehormatannya tidak boleh diganggu. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

 فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا 

Sesungguhnya Allâh telah mengharamkan atas kamu: darah kamu, harta kamu, dan kehormatan kamu, seperti keharaman harimu ini, di bulanmu ini, di negerimu ini. [HR. Al-Bukhâri, no. 6043] 

Termasuk merusak kehormatan Muslim dan Muslimah adalah menuduhnya berbuat zina tanpa bukti. 
Bukti yang dimaksud adalah mendatangkan empat orang saksi laki-laki yang melihat perzinaan itu secara langsung. 
Tuduhan tanpa bukti ini disebut qadzf. Orang yang melayangkan tuduhan keji itu terlaknat di dunia dan di akhirat serta akan mendapatkan siksa yang pedih. 

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

 إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿٢٣﴾ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٢٤﴾ يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ 

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berbuat zina) kepada wanita yang baik-baik, yang lengah (tidak melakukan perzinaan-pen), lagi beriman, mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allâh akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allâh-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).[An-Nûr/24: 23-25] 

Inilah ancaman yang sangat mengerikan bagi orang yang mulutnya lancang, dengan menuduh orang Mukmin yang bersih dengan tuduhan zina. 
Bahkan mereka berhak mendapatkan hukum cambuk 80 kali, dihukumi sebagai orang fasik, dan tertolak persaksiannya. 
Kecuali jika dia bisa mendatangkan bukti, yaitu empat laki-laki yang melihat langsung perbuatan keji tersebut dengan mata kepala mereka sendiri. 

 Allâh Azza wa Jalla berfirman:

 وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٤﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang baik-baik dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nûr/24: 4-5] 

Dan perbuatan qadzf itu termasuk tujuh perkara yang membinasakan sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ 

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allâh; sihir; membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [HR. Al-Bukhâri, no. 3456; Muslim, no. 2669] 

 PENGERTIAN QADZF 

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Qadzaf adalah perkataan
 ‘Hai pezina’, atau ‘Hai pelacur’ 
kepada seorang wanita muslimah yang bukan mahram, merdeka dan yang menjaga kehormatannya.” Atau berkata kepada suaminya, 
“Hai suami pelacur”. 
 Atau berkata kepada anaknya, 
“Hai anak pezina”, 
atau 
“Hai anak pelacur”. 
 Sesungguhnya istilah pelacur digunakan untuk pezina, maka jika ada seseorang, baik laki-laki atau wanita, berkata kepada orang lain, baik laki-laki atau wanita, seperti orang yang mengatakan kepada seorang laki-laki,
 “Hai pezina”, 
atau seseorang berkata kepada seorang bocah yang merdeka, 
“Hai orang yang disodomi”, 
orang yang mengatakan itu wajib dikenai had (hukuman) dengan 80 deraan. Kecuali dia bisa mendatangkan bukti, dan buktinya sebagaimana firman Allâh adalah 4 saksi yang menyaksikan kebenaran tuduhannya kepada wanita atau laki-laki yang dituduh itu. Jika dia tidak mendatangkan bukti, maka dia didera jika orang yang dituduh itu menuntutnya”. [Diringkas dari al-Kabâir, hlm. 92] 

WAJIB MENJAGA LIDAH! 

Banyak orang yang tidak tahu terjerumus dalam perkataan keji ini. 
Dengan mudah, mereka menuduh orang lain berzina tanpa bukti. Padahal perbuatan itu akan menyeret pelakunya menghadapi hukuman di dunia dan di akhirat. 
Oleh karena itu, sepantasnya bagi orang yang berakal untuk menjaga mulutnya dan mengendalikan lidahnya agar tidak terjerumus ke dalam neraka. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

 إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ

 Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, dia tidak menganggapnya berbahaya, dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka. [HR. Tirmidzi, no. 2314; Ibnu Mâjah, no. 3970; Ahmad, 2/355, 533; Ibnu Hibbân, no. 5706.] 

 Di dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ 

Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang dia tidak jelas apa yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat. [HR. Muslim, no.2988] 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

 مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ 

 Barangsiapa beriman kepada Allâh dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. [HR. Al-Bukhâri, no. 6475; Muslim, no. 47; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]