“فصل” وإذا قذف غيره بالزنا فعليه حد القذف بثمانية شرائط, ثلاثة منها في القاذف, وهو أن يكون بالغا
عاقلا, وأن لا يكون والدا للمقذوف, وخمسة في المقذوف, وهو أن يكون مسلما بالغا عاقلا حرا عفيفا
ويحد الحر ثمانين والعبد أربعين ويسقط حد القذف بثلاثة أشياء إقامة البينة أو عفو المقذوف أو اللعان في
حق الزوجة.
Fasal
Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina maka dia berhak dihad tuduhan dengnan delapan sarat. Tiga di yang menuduh yaitu dia baligh, berakal dan bukan orang tua yang dituduh. Lima yang di tertuduh yaitu: Yang dituduh baligh, berakal, berakal merdeka dan terjaga. Dan dihad orang merdeka 80 kali dan hamba 40 kali. Had menuduh bias gugur dengan tiga sarat: Mendatangkan saksi, maaf dari yang dituduh atau lian di hak suami istri
Islam adalah agama rahmat bagi seluruh makhluk. Islam mengangkat kedudukan pemeluknya, sehingga kehormatannya tidak boleh diganggu.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Sesungguhnya Allâh telah mengharamkan atas kamu: darah kamu, harta kamu, dan kehormatan kamu, seperti keharaman harimu ini, di bulanmu ini, di negerimu ini. [HR. Al-Bukhâri, no. 6043]
Termasuk merusak kehormatan Muslim dan Muslimah adalah menuduhnya berbuat zina tanpa bukti.
Bukti yang dimaksud adalah mendatangkan empat orang saksi laki-laki yang melihat perzinaan itu secara langsung.
Tuduhan tanpa bukti ini disebut qadzf.
Orang yang melayangkan tuduhan keji itu terlaknat di dunia dan di akhirat serta akan mendapatkan siksa yang pedih.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿٢٣﴾ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٢٤﴾ يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berbuat zina) kepada wanita yang baik-baik, yang lengah (tidak melakukan perzinaan-pen), lagi beriman, mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allâh akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allâh-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).[An-Nûr/24: 23-25]
Inilah ancaman yang sangat mengerikan bagi orang yang mulutnya lancang, dengan menuduh orang Mukmin yang bersih dengan tuduhan zina.
Bahkan mereka berhak mendapatkan hukum cambuk 80 kali, dihukumi sebagai orang fasik, dan tertolak persaksiannya.
Kecuali jika dia bisa mendatangkan bukti, yaitu empat laki-laki yang melihat langsung perbuatan keji tersebut dengan mata kepala mereka sendiri.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٤﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang baik-baik dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nûr/24: 4-5]
Dan perbuatan qadzf itu termasuk tujuh perkara yang membinasakan sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allâh; sihir; membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [HR. Al-Bukhâri, no. 3456; Muslim, no. 2669]
PENGERTIAN QADZF
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Qadzaf adalah perkataan
‘Hai pezina’, atau ‘Hai pelacur’
kepada seorang wanita muslimah yang bukan mahram, merdeka dan yang menjaga kehormatannya.”
Atau berkata kepada suaminya,
“Hai suami pelacur”.
Atau berkata kepada anaknya,
“Hai anak pezina”,
atau
“Hai anak pelacur”.
Sesungguhnya istilah pelacur digunakan untuk pezina, maka jika ada seseorang, baik laki-laki atau wanita, berkata kepada orang lain, baik laki-laki atau wanita, seperti orang yang mengatakan kepada seorang laki-laki,
“Hai pezina”,
atau seseorang berkata kepada seorang bocah yang merdeka,
“Hai orang yang disodomi”,
orang yang mengatakan itu wajib dikenai had (hukuman) dengan 80 deraan. Kecuali dia bisa mendatangkan bukti, dan buktinya sebagaimana firman Allâh adalah 4 saksi yang menyaksikan kebenaran tuduhannya kepada wanita atau laki-laki yang dituduh itu. Jika dia tidak mendatangkan bukti, maka dia didera jika orang yang dituduh itu menuntutnya”. [Diringkas dari al-Kabâir, hlm. 92]
WAJIB MENJAGA LIDAH!
Banyak orang yang tidak tahu terjerumus dalam perkataan keji ini.
Dengan mudah, mereka menuduh orang lain berzina tanpa bukti. Padahal perbuatan itu akan menyeret pelakunya menghadapi hukuman di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, sepantasnya bagi orang yang berakal untuk menjaga mulutnya dan mengendalikan lidahnya agar tidak terjerumus ke dalam neraka.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ
Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, dia tidak menganggapnya berbahaya, dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka. [HR. Tirmidzi, no. 2314; Ibnu Mâjah, no. 3970; Ahmad, 2/355, 533; Ibnu Hibbân, no. 5706.]
Di dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang dia tidak jelas apa yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat. [HR. Muslim, no.2988]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa beriman kepada Allâh dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. [HR. Al-Bukhâri, no. 6475; Muslim, no. 47; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]