Tuesday, April 16, 2013

Shahih Bukhary Hadits Nomor 22

حدثنا إسماعيل قال حدثني مالك عن عمرو بن يحيى المازني عن أبيه عن أبي سعيد الخدري رضى الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال يدخل أهل الجنة الجنة وأهل النار النار ثم يقول الله تعالى أخرجوا من كان في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان فيخرجون منها قد اسودوا فيلقون في نهر الحيا أو الحياة شك مالك فينبتون كما تنبت الحبة في جانب السيل ألم تر أنها تخرج صفراء ملتوية قال وهيب حدثنا عمرو الحياة وقال خردل من خير
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
 Hadits 22: Iman Kunci Masuk Surga

Alhamdulillah, kini pembahasan hadits Shahih Bukhari memasuki hadits ke-22. Hadits yang akan kita bahas ini masih termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari setelah kitab Bad'il Wahyi. Imam Bukhari memberikan judul bab hadits ke-22 ini باب تَفَاضُلِ أَهْلِ الإِيمَانِ فِى الأَعْمَالِ (Tingkatan orang-orang beriman dalam beramal). Untuk memudahkan pembaca, karena isi hadits ini menceritakan orang beriman yang dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga meskipun imannya sangat kecil, kita berikan judul "Iman Kunci Masuk Surga." Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-22: عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِى نَهَرِ الْحَيَا - أَوِ الْحَيَاةِ ، شَكَّ مَالِكٌ - فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى جَانِبِ السَّيْلِ ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً . قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ . وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.' Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka dilemparkan ke sungai Haya' atau hayat –terdapat keraguan dari Imam Malik. Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amr menceritakan kepada kami, "Sungai Al-Hayat"dan Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji sawi." Penjelasan Hadits يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.' Hadits ini menjelaskan bahwa kelak, orang-orang yang masuk ke surga berdiam di sana. Abadi dalam nikmat Allah SWT. Sementara, orang-orang yang masuk neraka akan "diseleksi" lagi. Diantara mereka ada "penduduk tetap" yang kekal di neraka, yaitu orang-orang kafir dan munafik; yang tidak memiliki keimanan sedikitpun. Sedangkan orang-orang mukmin yang masuk neraka karena kemaksiatannya namun masih memiliki iman, mereka menjadi "penduduk sementara". Suatu saat, dengan kehendak-Nya Allah SWT mengeluarkan mereka dari neraka. Allah memberi perintah : أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.' مِثْقَالُ حَبَّةٍ (walaupun sebesar biji sawi) maksudnya adalah iman yang paling kecil. Al-Khatabi menjelaskan bahwa kata itu tidak bermaksud menunjukkan berat, namun standar dalam pengetahuan, karena mengungkapkan sesuatu yang terlintas dalam pikiran dengan sesuatu yang terlihat menjadikannya lebih mudah dipahami. Jika diketahui benda yang paling kecil saat ini adalah nukleus (inti atom), bahkan proton atau neutron, maka itupun bisa dipakai untuk memaknai maksud "habbah". فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِى نَهَرِ الْحَيَا - أَوِ الْحَيَاةِ ، شَكَّ مَالِكٌ – Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka dilemparkan ke sungai Haya' atau hayat –terdapat keraguan dari Imam Malik. Setelah diperintahkan oleh Allah, orang-orang yang memiliki keimanan -meskipun dengan keimanan yang paling kecil- itu pun dikeluarkan dari neraka. Yang menjadi masalah, setelah sekian lama "terbakar" di neraka, tubuh mereka menjadi hitam legam. Wallaahu a'lam bagaimana hakikatnya, karena kondisi akhirat jelas berbeda dengan kondisi di dunia. Yang pasti, tubuh yang hitam seperti arang ini menjadi masalah dan perlu "diperbaiki" sebelum masuk surga. Karenanya ia "dicuci" di sungai hayaa atau hayaat. Imam Malik –yang menjadi salah satu rawi hadits ini hingga sampai ke Imam Bukhari- ragu-ragu mana diantara dua nama ini yang benar. Kata hayaa (الْحَيَا) artinya hujan yang dapat menumbuhkan tanaman. Dinamakan demikian karena sungai ini begitu dimasuki, tubuh yang tadinya hitam seperti arang berubah segar, seperti tanaman yang tumbuh setelah hujan. Sedangkan kata hayat (الْحَيَاةِ) berarti kehidupan. Disebut sungai kehidupan karena ia menghidupkan tubuh yang tadinya hitam legam, tidak hidup dan tidak mati akibat siksa neraka, menjadi hidup kembali dengan sempurna. Di akhir hadits ini Imam Bukhari menyebutkan ketegasan rawi lain –yaitu Wuhaib- yang tanpa ragu-ragu menyebutkan bahwa yang benar adalah hayat (sungai kehidupan). فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى جَانِبِ السَّيْلِ ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat. Kata الْحِبَّةُ berarti benih tumbuh-tumbuhan. Jadi setelah "dicuci" di sungai hayat, tubuh mereka laksana buih yang tumbuh; segar, berwarna kuning (warna kulit yang indah), dan berlipat-lipat bagusnya. Dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, bahwa hadits ini ditempatkan di kitabul iman sebagai hujjah yang membantah keyakinan golongan murji'ah yang berpendapat bahwa iman tidak bisa bertambah dan berkurang. Padahal di dalam hadits ini dijelaskan bahwa ada orang yang imannya sangat kecil, mereka masuk neraka terlebih dahulu. Hadits ini juga membantah keyakinan golongan mu'tazilah yang menyatakan bahwa orang yang berbuat maksiat akan kekal di neraka. Pelajaran Hadits Diantara pelajaran hadits yang bisa kita ambil dari hadits di atas adalah sebagai berikut: 1. Keimanan manusia bertingkat-tingkat, ada yang sempurna, ada yang besar, dan ada pula yang kecil, bahkan sangat kecil; 2. Orang yang beriman namun bermaksiat dan belum mendapat ampunan dari Allah SWT, maka ia akan dimasukkan ke neraka terlebih dahulu; 3. Orang yang memiliki iman, meskipun sangat kecil, tidak akan kekal di neraka. Ia akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga; 4. Di akhirat ada sungai hayat (sungai kehidupan) yang fungsinya mencuci orang yang dikeluarkan dari neraka, mengubah mereka dari kondisi yang semula hitam legam tubuhnya menjadi segar, kekuning-kuningan seperti benih yang baru tumbuh; 5. Siksa di akhirat sangat pedih dan keras hingga menjadikan tubuh berwarna hitam seperi arang, meskipun kulitnya selalu diganti begitu hancur karena api neraka itu; 6. Diperbolehkan menggunakan analogi untuk memudahkan tersampainya ilmu dan menjadikan orang lain lebih memahami maksudnya; 7. Jika seseorang ragu-ragu antara dua hal yang diingatnya (mana yang benar), hendaklah ia menyebutkan keduanya seperti yang dilakukan Imam Malik dalam meriwayatkan hadits ini; 8. Iman adalah kunci masuk surga. Orang yang beriman terbagi menjadi dua golongan dalam memasuki surga. Pertama, langsung masuk surga tanpa masuk neraka. Kedua, masuk neraka terlebih dahulu baru kemudian masuk surga. Sedangkan orang yang tidak beriman, mereka akan kekal di neraka. Demikian penjelasan singkat hadits Shahih Bukhari ke-22: Iman Kunci Masuk Surga. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita sehingga kita istiqamah dalam iman dan amal shalih, dan kita berdoa kepada Allah semoga termasuk orang mukmin yang dimasukkan surga tanpa mampir ke neraka terlebih dahulu. Allaahumma aamiin. Wallaahu a'lam bish shawab.[]

Shahih Bukhary Hadits Nomor 21

حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا شعبة عن قتادة عن أنس رضى الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان من كان الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ومن أحب عبدا لا يحبه إلا لله ومن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله كما يكره أن يلقى في النار
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 Hadits 21: Benci Kekafiran

Alhamdulillah, posting hadits Shahih Bukhari beserta penjelasannya bisa hadir kembali pada pekan ini, biidznillah. Posting 17 Rabiul Akhir 1432 H yang bertepatan dengan 22 Maret 2011 ini memasuki pembahasan hadits ke-21. Hadits yang akan kita bahas ini masih termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari. Bagi pembaca yang mengikuti rubrik hadits ini secara rutin, insya Allah tidak akan asing dengan hadits berikut ini, karena ia memiliki matan (redaksi) yang sama dengan salah satu hadits sebelumnya. Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ke-21 ini " باب مَنْ كَرِهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ مِنَ الإِيمَانِ". Mengambil makna dari sana, kita singkat judul pembahasan hadits Shahih Bukhari ke-21 ini menjadi: "Benci Kekafiran". Berikut ini matan lengkap hadits Shahih Bukhari ke-21: عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ Dari Anas r.a., dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." Penjelasan dan Pelajaran Hadits Jika kita perhatikan, tampaklah bahwa matan (redaksi) hadits di atas sangat mirip dengan hadits ke-16: manisnya iman. Imam Bukhari memang seringkali membawakan hadits yang matan (redaksinya) mirip atau bahkan sama di dua atau lebih tempat (bab, bahkan kitab) yang berbeda. Karenanya kemudian ada ulama seperti Imam Adz-Dzahabi atau Syaikh Al-Albani yang membuat mukhtashar (ringkasan) Shahih Bukhari. Mukhtashar-mukhtashar itu biasanya hanya menyertakan satu hadits sekali saja. Tanpa mengulangnya. Namun demikian, Imam Bukhari memiliki maksud tersendiri ketika menempatkan hadits dengan matan serupa di tempat yang berbeda. Pertama, karena hadits tersebut mengandung pelajaran yang tidak cukup hanya dipaparkan pada satu bab saja. Kenyataannya, memang banyak hadits Nabi yang memuat sejumlah kandungan berbeda. Ia berbicara tentang aqidah, sekaligus juga menerangkan tentang ibadah dan akhlak, misalnya. Kedua, Imam Bukhari berkeinginan agar umat Islam yang mempelajari kitab shahihnya mendapatkan penekanan kembali mengenai hal yang sangat penting, yang dirasa kemanfaatannya sangat banyak jika hadits dengan matan yang mirip itu ditampilkan. Kemungkinan hal kedua ini yang menjadi alasan hadits ke-21 yang mirip dengan hadits ke-16 ini sama-sama dimuat dalam Kitabul Iman. Karenanya Imam Bukhari memberikan judul yang berbeda. Ketiga, Sesungguhnya Imam Bukhari tidak pernah mengulang hadits dengan matan dan sanad yang sama persis. Kalaupun matannya sama, sanadnya pasti berbeda. Demikian pula dengan hadits ini. Meskipun hadits ke-21 dan hadits ke-16 diriwayatkan dari Anas r.a namun perawi sesudahnya (sampai bersambung ke Imam Bukhari) berbeda. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, hadits ke-21 ini diriwayatkan oleh para perawi yang semuanya adalah orang-orang Bashrah. Karena matan hadits ke-21 ini tidak jauh berbeda dengan hadits ke-16: manisnya iman, maka pembaca bisa membaca hadits ke-16: manisnya iman, untuk melihat penjelasan dan pelajaran hadits. Wallaahu a'lam bish shawab.[]