Tuesday, April 16, 2013

Hadits nomor 5,Shahih Bukhary

حدثنا موسى بن إسماعيل قال حدثنا أبو عوانة قال حدثنا موسى بن أبي عائشة قال حدثنا سعيد بن جبير عن بن عباس في قوله تعالى { لا تحرك به لسانك لتعجل به } قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعالج من التنزيل شدة وكان مما يحرك شفتيه فقال بن عباس فأنا أحركهما لكم كما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يحركهما وقال سعيد أنا أحركهما كما رأيت بن عباس يحركهما فحرك شفتيه فأنزل الله تعالى { لا تحرك به لسانك لتعجل به إن علينا جمعه وقرآنه } قال جمعه له في صدرك وتقرأه { فإذا قرأناه فاتبع قرآنه } قال فاستمع له وأنصت { ثم إن علينا بيانه } ثم إن علينا أن تقرأه فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم بعد ذلك إذا أتاه جبريل استمع
   فإذا انطلق جبريل قرأه النبي صلى الله عليه وسلم كما قرأه

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Hadits 5: Jangan Terburu-buru Menghafal Al-Qur'an

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِى قَوْلِهِ تَعَالَى ( لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ ) قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُعَالِجُ مِنَ التَّنْزِيلِ شِدَّةً ، وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ - فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَنَا أُحَرِّكُهُمَا لَكُمْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُحَرِّكُهُمَا . وَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا أُحَرِّكُهُمَا كَمَا رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَرِّكُهُمَا . فَحَرَّكَ شَفَتَيْهِ - فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ( لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ* إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ) قَالَ جَمْعُهُ لَهُ فِى صَدْرِكَ ، وَتَقْرَأَهُ ( فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ) قَالَ فَاسْتَمِعْ لَهُ وَأَنْصِتْ ( ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ ) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا أَنْ تَقْرَأَهُ . فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيلُ اسْتَمَعَ ، فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيلُ قَرَأَهُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - كَمَا قَرَأَهُ

Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: "Jangan kamu gerakkan lidahmu dalam membaca Al-Qur'an dengan terburu-buru." Berkata Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW berusaha mengatasi kesulitan ketika menerima wahyu dengan menggerakkan kedua bibirnya. Ibnu Abbas berkata, "Aku menggerakkan kedua bibirku ini di hadapan kalian sebagaimana Nabi menggerakkan bibirnya." Sa'id berkata, "Saya menggerakkannya seperti Ibnu Abbas menggerakkan," maka turunlah ayat Al-Qur'an, "Jangan kamu gerakkan lidahmu dalam membaca Al-Qur'an dengan terburu-buru, sesungguhnya Kami telah mengumpulkannya (Al-Qur'an)." Dia berkata, "Allah telah mengumpulkan Al-Qur'an di dalam hatimu dan membacakannya." Allah berfirman, "Apabila Kami membacakan Al-Qur'an ikutilah bacaannya." Atau "dengarkanlah dan diam," Allah berfirman, "Kemudian Kami yang memberi penjelasan," kemudian kepada kami kamu membacanya (Al-Qur'an). Setelah itu Rasulullah SAW apabila telah didatangi oleh Jibril barulah beliau membacanya sebagaimana Jibril membaca.

Hadits di atas adalah hadits ke-5 dalam Shahih Bukhari (صحيح البخارى), di bawah Kitab Bad’il Wahyi (كتاب بدء الوحى) (Permulaan Turunnya Wahyu). Hadits tersebut menceritakan upaya Rasulullah untuk segera menghafal wahyu yang diterimanya, namun Allah membetulkan caranya.

Penjelasan Hadits
Hadits ini menjelaskan tentang asbabun nuzul QS. Al-Qiyamah ayat 15-19. Lafazh "mimmaa" (مِمَّا)dalam hadits ini bermakna "rubamaa" (رُبَماَ), menurut para ulama. Yang artinya adalah, kadang-kadang. Jadi, kadang-kadang Rasulullah menggerakkan bibirnya (seperti yang diperagakan oleh Ibnu Abbas, lalu diperagakan Said bin Jubair) agar beliau lebih cepat menghafalkan wahyu yang turun.

Upaya menggerakkan bibir untuk cepat menghafal ini merupakan bentuk tanggungjawab Rasulullah SAW yang begitu besar akan wahyu yang diterimanya. Namun, cara ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Allah memberitahukan Rasulullah sikap yang lebih baik dalam menerima wahyu. Yakni tidak menggerakkan bibir kecuali ketika Jibril telah selesai menyampaikan wahyu itu.

Adapun tentang hafalan dan pemahaman, Allah SWT menjamin melalui ayat ini bahwa Allah-lah yang memberi kuasa untuk itu. Maka setelah itu, Rasulullah tidak lagi menggerakkan bibir untuk menghafal sewaktu Jibril masih dalam kondisi menyampaikan wahyu.

Pada awal hadits ini Ibnu Abbas menyebutkan (وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ) "Rasulullah menggerakkannya (lisan dan bibirnya)" sementara pada kalimat berikutnya (رَأَيْتُ) "aku melihat". Seakan-akan ada pertentangan karena Ibnu Abbas sendiri baru berusia tiga tahun saat surat Al-Qiyamah ini turun. Dalam masalah ini Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa yang benar adalah Ibnu Abbas mendapatkan hadits ini sekligus peragaannya oleh Rasulullah SAW.

Pelajaran Hadits:
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Tanggung jawab kenabian (mas'uliyah nubuwah) yang sangat besar pada diri Rasulullah SAW sehingga beliau khawatir jika ada bagian wahyu yang terlupakan sehingga tidak tersampaikan kepada umatnya. Mas'uliyah seperti ini juga perlu dimiliki oleh para ulama' dan para dai (meski bukan tanggungjawab kenabian melainkan tanggungjawab dakwah) sehingga para ulama dan dai benar-benar totalitas dalam mengemban amanah dakwah dan gerakan penyelamatan umat (harakatul inqad)
2. Allah SWT senantiasa menjaga Rasulullah dan menyelamatkannya dari kesalahan sekecil apapun. Maka ketika ada yang salah dalam sikap Rasulullah, Allah segera membetulkannya. Inilah yang menjadikan Rasulullah memiliki sifat maksum (terbebas dari kesalahan)
3. Allah senantiasa menjaga keotentikan Al-Qur'an sejak pertama ia diturunkan. Maka Allah memudahkan Rasulullah untuk memahami dan menghafalkannya.

Demikian hadits ke-5 Shahih Bukhari dan penjelasannya, semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman Islam kita serta memperkuat mas'uliyah kita. Wallaahu a'lam bish shawab. []

Hadits nomor 4 Shahih Bukhary

قال بن شهاب وأخبرني أبو سلمة بن عبد الرحمن أن جابر بن عبد الله الأنصاري قال وهو يحدث عن فترة الوحي فقال في حديثه بينا أنا أمشي إذ سمعت صوتا من السماء فرفعت بصري فإذا الملك الذي جاءني بحراء جالس على كرسي بين السماء والأرض فرعبت منه فرجعت فقلت زملوني زملوني فأنزل الله تعالى { يا أيها المدثر قم فأنذر } إلى قوله { والرجز فاهجر } فحمي الوحي وتتابع تابعه عبد الله بن يوسف وأبو صالح وتابعه هلال بن رداد عن الزهري وقال يونس ومعمر بوادره

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.....
Hadits 4: Wahyu Turun Berturut-turut Setelah Terputus Sementara



عَنْ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الأَنْصَارِىَّ قَالَ - وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْىِ فَقَالَ - فِى حَدِيثِهِ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِى إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ ، فَرَفَعْتُ بَصَرِى فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِى جَاءَنِى بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِىٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِى . فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ( يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ * قُمْ فَأَنْذِرْ ) إِلَى قَوْلِهِ ( وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ) فَحَمِىَ الْوَحْىُ

Jabir bin Abdullah Al-Anshari berkata, Rasulullah menceritakan tentang terputusnya wahyu dengan sabdanya: "Pada suatu hari ketika aku sedang berjalan-jalan, tiba-tiba terdengar suatu suara dari langit. Maka kuangkat pandanganku ke arah datangnya suara itu. Kelihatan olehku malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hira dahulu. Dia duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku terperanjat karenanya, lalu pulang. Aku berkata kepada Khadijah, 'Selimuti aku!' Lalu Allah menurunkan ayat, "Hai orang-orang yang berselimut! Bangunlah! Maka berilah peringatan dan agungkanlah Tuhanmu. Bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah berhala.' Maka semenjak itu wahyu turun berturut-turut."

Hadits di atas adalah hadits ke-4 dalam Shahih Bukhari (صحيح البخارى), di bawah Kitab Bad’il Wahyi (كتاب بدء الوحى) (Permulaan Turunnya Wahyu). Hadits tersebut menceritakan mengenai turunnya wahyu berturut-turut setelah terputus untuk sementara.

Penjelasan Hadits

Sebagaimana disebutkan pada hadits ke-3, bahwa setelah Muhammad SAW menerima wahyu di Gua Hira lalu diajak Khadijah menemui Waraqah, setelah itu wahyu terputus untuk sementara waktu.

Wahyu kemudian turun lagi kepada Muhammad SAW. Berupa surat Al-Muddatsir ayat 1-5:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ * قُمْ فَأَنْذِرْ * وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ * وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ * وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (QS. Al-Muddatstsir : 1-5)

Banyak ulama yang menjelaskan bahwa Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dengan wahyu "Iqra" di gua hira, dan beliau diangkat menjadi Rasul dengan Surat Al-Muddatsir ayat 1-5 ini. Ibnu Qayyim termasuk yang berpendapat seperti ini.

Mengenai ayat yang turun kepada beliau ini, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury menjelaskan:
1. Tujuan diperintahkannya beliau untuk memberi peringatan adalah agar tidak tersisa seorang pun yang menyelisihi Allah di alam ini, kecuali sudah mendapatkan peringatan tentang akibatnya yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (adzab).
2. Tujuan diagungkannya Allah adalah agar tidak tersisa pada seorang pun kesombongan di muka bumi ini kecuali akan hancur kekuatannya.
3. Tujuan disucikannya pakaian dan dijauhinya kejelekan adalah agar mencapai kesucian (tazkiyyah) lahir dan batin hingga menjadi teladan tinggi bagi manusia.

Ibnu Hajar Al-Asqalani saat menjelaskan hadits ini di dalam Fathul Bari tidak mengemukakan penjelasan yang panjang sebagaimana hadits-hadits sebelumnya. Dalam keterangannya yang singkat, Ibnu Hajar mengemukakan bahwa ada pendapat yang mengatakan bahwa pakaian (ثِيَابَكَ) dalam ayat ini berarti jiwa, maka dari itu cara membersihkannya adalah dengan menjauhi perangai yang buruk dan sifat-sifat yang tercela. Sedangkan lafazh rajzu (َالرُّجْزُ) berarti berhala. Menurut bahasa rajzu artinya adzab atau siksaan, dan berhala dinamakan razju, karena penyembahan berhala menyebabkan orang mendapat siksa.

Wahyu turun berturut-turut (فَحَمِىَ الْوَحْىُ) menurut Ibnu Hajar artinya adalah wahyu datang terus menerus dan berangsur-angsur.

Pelajaran Hadits:
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Setelah ayat "Iqra'" turun di gua hira dan Muhammad SAW mengetahui kenabiannya, wahyu terputus untuk sementara waktu
2. Malaikat bisa memposisikan diri diantara langit dan bumi dengan izin Allah, namun hakikatnya (cara duduknya, wujudnya, dan sebagainya) bukan wilayah akal kita
3. Wahyu yang turun setelah sebelumnya terputus adalah surat Al-Muddatstsir ayat 1-5 yang sekaligus mengangkat Muhammad SAW sebagai Rasul dan memulai dakwahnya
4. Allah mewahyukan Rasulullah di awal misinya sebagai Nabi dan Rasul dengan hal-hal yang paling mendasar berupa tauhid dan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs).
5. Setelah turunnya surat Al-Muddatstsir ini, wahyu kemudian turun kepada Rasulullah secara terus menerus dengan cara berangsur-angsur.

Demikian hadits ke-4 Shahih Bukhari dan penjelasannya, semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman Islam kita. Wallaahu a'lam bish shawab. []