Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang membaca : “Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak sekutu bagi-Nya, Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
“Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya”.
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata : Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca di waktu pagi dan sore : “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya”.
Dari Abu Ayyub Al-Ansari r.a., dari Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang membaca : “Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. BagiNya kerajaan dan pujian, Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Dari Abu Hurairah r.a.. dia berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: ”Dua kalimat yang ringan di lidah,berat di timbangan,dan di senangi Tuhan Yang Maha Belas Kasih”, adalah: “Maha Suci Allah dan untuk-Nya pujian. Dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung”. (HR. Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072) Dari Abu Hurairah r.a.. dia berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: ‘Sungguh apabila aku membaca’: “Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar”.
Dari Sa’ad r.a., dia berkata : Kami di sisi Rosulullah SAW., lalu beliau bersabda : “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang diantara yang duduk bertanya : “Bagaimanakah seseorang diantara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah dia membaca : “Maha Suci Allah”
Dari Jabir r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda : Barangsiapa yang membaca : “Maha Suci Allah, Yang Maha Agung, segala puji bagi-Nya”
Dari Abdullah bin Qais r.a., dia berkata : Rasulullah SAW, bersabda : “Wahai Abdullah bin Qais, maukah kamu aku tunjukkan perbendaharaan Surga?”, Aku berkata : “Kami mau wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Bacalah : “Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim 4/2076) Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat : “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar”.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., dia berkata : “Seorang Arab Badui datang pada Rasulullah SAW, lalu berkata : “Ajarilah aku perkataan yang dapat kuucapkan!” Rasulullah SAW bersabda : “Katakanlah” : (i) “Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Allah Maha Besar. Segala Puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana”.
Dari Thariq Al-Asyja’i dia berkata : “ Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi SAW ; mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan agar berdoa dengan kalimat ini : “Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku berilah keselamatan kepadaku dan berilah rezeki kepadaku”. (HR. Muslim 4/2073) Dari Jabir bin Abdullah r.a., dia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda : “Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca : (i) “Segala puji bagi Allah”
(HR. Tirmidzi 5/462, Muslim 2/1249 dan Al-Hakim 1/503, dia menshahihkannya dan Adz-Dzahabi menyetujuinya) Kalimat-kalimat yang terbaik adalah : “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah” (HR. Ahmad 513 dengan Sanad yang shahih). Di ambil dari...http://moslempraying.anna-world.com/pentingnya-berdoa/keutamaan-tasbih-tahmid-tahlil-dan-takbir |
Sunday, May 6, 2012
KEUTAMAAN TASBIH, TAHMID, TAHLIL DAN TAKBIR
TAHLILAN
Pada hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma ul husna, shalawat dan lain-lain.
Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir, hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama. (Tahlil artinya adalah lafadh Laa ilaaha illallah) Lalu bagaimana hukumnya mengadakan acara tahlilan atau dzikir dan berdoa bersama yang berkaitan dengan acara kematian untuk mendoakan dan memberikan hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia Dan apakah hal itu bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit
Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau shadaqah, atau Qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada Mayyit, dengan Nash yang Jelas dalam Shahih Muslim hadits no.1149, bahwa "seorang wanita bersedekah untuk Ibunya yang telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw", dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa "seorang sahabat menghajikan untuk Ibunya yang telah wafat", dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, "Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad" (Shahih Muslim hadits no.1967).
Dan hal ini (pengiriman amal untuk mayyit itu sampai kepada mayyit) merupakan Jumhur (kesepakatan) Ulama seluruh madzhab dan tak ada yang memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi i, bila si pembaca tak mengucapkan lafadz : "Kuhadiahkan", atau wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini, atau dzikir ini, atau ayat ini..", bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi iy mengatakan pahalanya tak sampai.
Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pada Lafadznya. Demikian pula Ibn Taimiyyah yang menyebutkan 21 hujjah (dua puluh satu dalil) tentang Intifa min amalilghair (mendapat manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat : "DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YG DIPERBUATNYA, maka Ibn Abbas ra menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dengan ayat "DAN ORANG ORANG YG BERIMAN YG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN",
Mengenai hadits yang mengatakan bahwa bila wafat keturunan adam, maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang berdoa untuknya, maka orang orang lain yang mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas jelas bukanlah amal perbuatan si mayyit, karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yang dihadiahkan untuk si mayyit, dan juga sebagai hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur'an untuk mendoakan orang yang telah wafat : "WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN", (QS Al Hasyr-10).
Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam Imam yang memungkirinya, siapa pula yang memungkiri muslimin berkumpul dan berdzikir, hanya syaitan yang tak suka dengan dzikir.
Didalam acara Tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaah illallah, tasbih, shalawat, ayat qur an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dengan tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah muslimin terutama yang awam. Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab, bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ,
Munculkan satu dalil yang mengharamkan acara Tahlil, (acara berkumpulnya muslimin untuk mendoakan yang wafat) tidak di Al Qur an, tidak pula di Hadits, tidak pula di Qaul Sahabat, tidak pula di kalam Imamulmadzahib, hanya mereka saja yang mengada ada dari kesempitan pemahamannya.
Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yang melarangnya, itu adalah Bid ah hasanah yang sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw, justru kita perlu bertanya, ajaran muslimkah mereka yang melarang orang mengucapkan Laa ilaaha illallah, siapa yang alergi dengan suara Laa ilaaha illallah kalau bukan syaitan dan pengikutnya , siapa yang membatasi orang mengucapkan Laa ilaaha illallah, muslimkah, semoga Allah memberi hidayah pada muslimin, tak ada larangan untuk menyebut Laa ilaaha illallah, tak pula ada larangan untuk melarang yang berdzikir pada hari ke 40, hari ke 100 atau kapanpun, pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yang nyata.
Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yang merupakan adat orang kafir, bahkan mimbar yang ada di masjid masjid pun adalah adat istiadat gereja, namun selama hal itu bermanfaat dan tak melanggar syariah maka boleh boleh saja mengikutinya, sebagaimana Rasul saw meniru adat yahudi yang berpuasa pada hari 10 muharram, bahwa Rasul saw menemukan orang yahudi puasa dihari 10 muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as, dan Rasul saw bersabda : Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as, lalu beliau saw memerintahkan muslimin agar berpuasa pula" (HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).
Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca AL Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al ikhlas setiap rakaatnya, ia jadikan Al Ikhlas sama dengan Fatihah hingga selalu berdampingan disetiap rakaat, maka orang mengadukannya pada Rasul saw, dan ia ditanya oleh Rasul saw : Mengapa kau melakukan hal itu, maka ia menjawab : Aku mencintai surat Al Ikhlas. Maka Rasul saw bersabda : Cintamu pada surat Al ikhlas akan membuatmu masuk sorga" (Shahih Bukhari).
Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tsb dari ajaran Rasul saw, ia membuat buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al Ikhlas, maka Rasul saw tak melarangnya bahkan memujinya.
Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh (Huffadh adalah Jamak dari Al hafidh, yaitu ahli hadits yang telah hafal 100.000 hadits (seratus ribu) hadits berikut sanad dan hukum matannya) dan para Imam imam mengirim hadiah pada Rasul saw :
Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : "aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw".
Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : "aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7X haji yang pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw".
Ia adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan ia menyimpan 70 ribu masalah yang dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H
Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Alqur an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).
Walillahittaufiq
Subscribe to:
Posts (Atom)